Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

"Liebe und hoffnung geben uns die kraft leben."

Sudah dua bulan lebih aku tinggal di rantau. Rasanya tidak pernah terpikirkan akan mengasuh Kautsar tanpa kakek neneknya. Ada perasaan haru dan juga bangga. Aku lihat Kautsar semakin bertumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria. Tidak pernah terpikirkan juga aku akan secepat ini menjadi ibu yang bekerja. Meski tidak harus berangkat fajar pulang petang, tapi tetap saja, meninggalkan anak di rumah barang 1-2 jam punya tantangan tersendiri. Apalagi kalau harus meninggalkannya 8 jam. Tantangannya kadang bukan dari si anak, tapi dari batinku sendiri yang berkecamuk. Apalagi terngiang suaranya memanggilku "mama.. mama..". Belum lagi teringat bulir air matanya yang jatuh dengan deras ditambah genggaman jemarinya di bajuku yang semakin erat. Maka jahatlah orang yang sering menghina ibu bekerja huhuhu. Batin ini sudah sakit tapi malah ditaburi garam. Sama halnya juga tidak baik menghina ibu rumah tangga yang pagi-malamnya penuh perjuangan. Pada dasarnya, caci-mencaci itu harus enyah da

The city of million hopes

Sebulan di Samarinda. Kota yang penuh pengharapan. Kota sejuta mimpi dan cita-cita. Kota padat identitas budaya. Kulihat banyak penjual nasi bersenandung riang. Mereka melipur lara. Meredam rindu pada keluarga. Merantau tentu bukan hal yang mudah bagi mereka. Kulihat ibu-ibu pedagang terus berjuang. Tak peduli pagi ataupun petang. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk orang-orang tersayang. Samarinda. Kota yang sarat akan doa. Banyak orang datang ingin membalikkan hidup. Saat di luar nasib mereka telah redup. Namun di sini, semoga angan-angan mereka tetap terus berdegup. Hidup ini bagai berlayar di laut lepas. Kita bisa memilih ikut arus atau menentukan arah dengan bantuan mesin. Tapi melaut bukan hal yang sepele. Daratan masih terlihat cukup jauh. Hanya harapan yang mengantarkan kita tiba. Dengan usaha dan doa.

Ayo nak, kita berjuang!

Hari ini aku akan meninggalkan anakku seharian untuk bekerja. Padahal ini Hari Sabtu. Kemarin, aku pergi dari jam 14.00 sampai 17.00. Rasanya sangat lama. Bagaimana hari ini ya. Setiap aku pulang ke rumah selepas bekerja dan membuka pintu, terdengar suara anakku menangis berlari mendekati pintu. Lalu dia akan merengek minta digendong. Aku ingin langsung memeluknya tapi tubuh dan pakaianku masih kotor. Tapi tak jarang juga aku langsung menggendongnya karena rindu yang tak terbendung. Ibu mana yang tidak trenyuh hatinya. Aku belum aktif masuk kerja tapi hati ini rasanya sudah rapuh. Anakku sangat lucu. Kami tak terpisahkan sejak adanya dia di rahimku. Kini, aku punya tanggung jawab baru. Dan beberapa hari berjalan, aku merasa inilah yang aku inginkan. Pekerjaan ini yang memang sedari dulu kucita-citakan. Tapi konsekuensinya, aku terpaksa merelakan anakku diasuh orang lain di siang hari. Dilema ibu-ibu yang tak bertepi. Tapi karena qadar-Nya telah tiba, maka semua rasa ini harus disimpan

Ketidakpastian yang pasti

Sama seperti teori ketidakpastian Heisenberg, beginilah hidup kami sekarang. Penuh ketidakpastian. Hal-hal kecil muncul di luar rencana yang telah rapi dan membuat segalanya menjadi lebih besar. Kami belum tahu dengan pasti bagaimana solusinya. Segala ikhtiar sudah dilakukan, tinggal menunggu bagaimana alur cerita ini akan dibuat oleh-Nya. Tapi, salah satu motto Ali bin Abi Thalib yang kubaca hari ini membuatku sedikit lebih tenang : " Yang buruk sengaja Allah lepaskan agar yang baik mempunyai kesempatan untuk datang ."  Mungkin, kepahitan yang kita dapatkan hari ini --karena ketidakpastian yang terus menghantui-- akan mendatangkan beribu kebaikan di masa yang akan datang. Yang pasti, setiap makhluk hidup akan diuji, salah satunya dengan perasaan gundah atas sesuatu kejadian yang belum pasti penyelesaiannya. Semangat. Allah tidak akan membebani kita di luar kemampuan kita. If Allah brings you to it, He will bring you through it. Satu hal lagi yang bisa memotivasi: banyak kond

Semoga Panjang Umur

Harusnya aku post ini waktu ulang tahunku. Tak terasa makin dekat saja usiaku dengan kepala tiga.  Sejak Kautsar lahir dan mungkin sampai sekarang, aku sering liat dia tidur. Wajahnya lucu. Matanya, hidungnya, bibirnya semuanya benar-benar imut. Di hatiku ada kekhawatiran, kalau aku lebih duluan berpulang, siapa yang akan merawat anakku. Bukan hanya merawat tapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian penuh. Dan aku tahu, seorang ibu tak bisa digantikan oleh siapapun. Waktu aku dengar berita orang tua Gala Sky meninggal. Trenyuh hatiku. Aku langsung memeluk anakku. Berhari-hari aku memikirkan Gala yang sebenernya aku pun tidak kenal. Usianya baru 2 atau 3 tahun, sedih sekali melihatnya akan tumbuh tanpa kedua orang tuanya. Untunglah Gala punya kakek nenek, om dan tante yang mau merawatnya. Dan alhamdulillah sudah sesuai syariat, kewajiban nafkah anak yatim jatuh ke keluarga bapaknya. Namun perhatian dan kasih sayang tentu boleh dari siapapun. Aku yakin dia akan bertumbuh baik dan ti

Satu Bulan yang Penuh Rasa

Sudah sebulan lebih kami merintis hidup di negeri orang. Mungkin kota yang luas ini akan masuk list : kampung halaman kami. Seperti biasa, dinamika kehidupan di sini begitu menantang. Bukan pertama kalinya kami tinggal di tanah Borneo. Tapi kali ini sungguh berbeda. Hari-hari kami sungguh kaya rasa. Anakku sepertinya bisa jadi contoh manusia yang adaptatif. Di tempat yang baru, yang aku khawatir akan menakutkan untuknya, ternyata dia tetap menjadi pribadi yang ceria. Bahkan Kautsar terlihat lebih baik dari sebelumnya dan ramah pada semua orang yang baru dia kenal. Karena dirinya lah, aku bisa bertahan sampai sekarang. Karena tubuh mungilnya yang lincah itu aku selalu bersemangat meniti tiap langkah. Karena senyum simpulnya itu lah aku siap menerima setiap kesempatan yang datang pada diriku. Memang benar si kecil adalah guru terbaik bagi orang tuanya.  Dan yang tak kalah penting adalah dalam semua kegundahan yang belum berujung : aku masih bisa merebahkan diri di kasur super empuk. Kasu

Soto

Idul fitri artinya makan-makan soto di rumah mamakku. Tamu yang datang di lebaran pertama akan disuguhi soto ala chef netty yang lezat. Tentu saja tamu hari pertama didominasi oleh saudara sendiri. Keluarga besar kami dari dua bani mayoritas berkumpul di sini, di suatu kota kecil bernama Townsville, bukan ding, Metro. Kata "Metro" tentu tidak asing di telinga masyakat internasional. Tiap lebaran juga, aku dan adik-adikku selalu memaksa mamak supaya tidak perlu diadakan makan-makan. Biar gak capek nyuci banyak mangkok. Saking magernya, kami pun sering cari ide. Wadah apa yang bisa menggantikan mangkok soto ini, dengan terus mengedepankan nilai-nilai ekonomi dan tetap go green. Akhirnya, lebaran demi lebaran berlalu dan kami pun tetap nyuci mangkok yang sama. Tapi lebaran di rumah lampung selalu kurindukan, karena banyak makanan yang aku suka. Selain soto atau kupat tahu, makanan lain seperti rendang, empek2, lapis legit, engkak dan dodol ager selalu jadi template wajib masyara

Si Uya

Ada dua kucing yang selalu menghampiri tempat tinggalku sekarang. Salah satunya dikasih nama Uya. Siapa lagi yang hobi memberi nama, kalo bukan Mas Saif. Kendaraannya pun dikasih nama dan huruf depannya harus J. Kesepakatan sama temen-temen kuliahnya dulu. Jadilah dia pernah punya motor namanya Juminten, Junedin, dan Jameta. Insya Allah mudah-mudahan segera menyusul yang namanya Jemroti. Aneh emang namanya. Semoga kami berubah pikiran. Balik lagi ke Uya. Dia dan temannya itu mukanya mirip. Aku belum bisa membedakan mana yang Uya dan mana yang bukan. Tapi paling sering aku lihat ada salah satu kucing tidur di teras, kadang di bawah jemuran bajuku. Aku anggap dia Uya.  Anakku si Ucay suka sekali dengan kedatangannya. Bahkan saking sukanya, dia sering jawil-jawil muka dan narik badannya Uya. Momen itu sungguh mendebarkan bagi mahmud penakut akut sepertiku. Banyak skenario melintas di pikiran seperti adegan cakar-mencakar ataupun gigit-menggigit. Tapi ternyata tidak ada sama sekali. Entah

Maafkan aku, mak.

Entah kenapa sejak tinggal di Samarinda aku jadi sering memikirkan mamak. Pertama, aku membayangkan hari-hari mamak tanpa Kautsar. Kedua, aku jadi menyadari betapa banyak dosaku pada mamak dan mengapa aku tak banyak membahagiakannya saat di rumah. Dulu sekali, waktu suamiku diterima jadi PNS di Samarinda, mamak sibuk bertanya padaku. "Bisa gak Saif pindah ke Lampung?". Berkali-kali mamak tanya selama setahun penuh. Aku sampai super bosan. "Gak bisa mak, harus 10 tahun dulu. Gak tentu juga pindahnya ke Lampung". Selalu itu yang aku katakan pada mamak. Dan sama seperti biasanya, jawaban itu membuat mamak terdiam seperti memikirkan sesuatu yang besar. Gejolak wanita alpha ku malah berontak di hati. Aku merasa mamak terlalu ngatur aku, bahkan suamiku. Ibu mertuaku saja tidak keberatan kami tinggal di mana. Tapi mamak selalu seperti menyuruh tinggal di Lampung secara halus. "Kalo ada kerjaan, ada tempat tinggal, mauklah pindah ke Lampung". Aku mengatakannya den

Rehat Sejenak

"Ma, mamak kangen banget sama ucay. Tiap liat kamar, liat teras, inget ucay jalan-jalan di sini." Mungkin hampir setiap pembicaraan kami di telepon selalu terbesit ungkapan itu. Bagaimana tidak, usia 5 bulan di kandungan hingga usia lahir 1 tahun, mamak dan ucay tak terpisahkan. Tapi akhirnya semua jadi berbeda. Hampir satu bulan sudah, aku dan anakku harus pergi untuk tinggal dengan suamiku. Sebagaimana seharusnya. Mungkin mamak tidak tahu, bukan hanya mamak yang rindu kebersamaan kita. Canda tawa, keluarga yang lengkap, bukan hanya jadi gurauan semata. Kini aku di sini pun sering nelangsa. Aku juga rindu bisa merebahkan diri barang satu dua jam di siang hari. Kebebasanku pergi ke kamar kecil juga sudah terenggut. Bahkan sekarang aku tidak bisa mandi keramas berlama-lama seperti dulu lagi. Tak ada lagi yang bisa ku bilangi, "Titip Ucay ya" dan menerimanya dengan senang hati, bahkan seringkali tanpa diminta. Malam ini terasa lebih panjang. Suamiku pergi dinas ke lua

Merawat yang terus tumbuh

Akhir-akhir ini aku sering tertawa kecil dengan tingkah mas. Ada perasaan senang, heran, terharu, juga tergelitik melihat suamiku mulai belajar memasak. Bagaimana tidak? Sejak menikah empat tahun yang lalu, aku tahu mas paling "pilih-pilih" pekerjaan rumah tangga. Bukannya tidak mau, tapi kalau bisa tidak dikerjakan, dia lebih memilih tidak. Apakah semua beban itu aku yang mengerjakan? Tidak juga. Sedari dulu mas lebih memilih laundry dan makan di luar. Lagian hanya tinggal seorang diri. Maklum lah kami pejuang LDR beda pulau. Jadi sejak menikah, aku pun jarang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hanya saat kami bertemu, aku sesekali memasak, bersih-bersih dan menyetrika baju mas. Itupun tidak wajib. Mas tidak pernah mengharuskanku mengerjakan pekerjaan harian seperti itu. "Yang penting jaga hati mas aja" wkwk. Segala kerjaan kan bisa diwakilkan. Asiiik. Waktu itu aku berpikir, enak ya nikah kayak gini. Kayak masih pacaran. Aku sudah jadi istri, tapi masih jadi anak

Selamat satu tahun anakku :)

Kautsar, gak kerasa ya sekarang kakak udah satu tahun. Rasanya baru kemarin ummi pulang dari rumah sakit. Baru kemarin aqiqahan. Waktu lahir, kulit kakak bersih dan suara nangisnya paling keras. Ummi merasa paling bahagia saat itu. Awal mengurusmu, ummi masih kikuk. Ummi belum pernah ngurus bayi, apalagi bayi baru lahir. Alhamdulillah banyak orang yang membantu ummi sampai akhirnya ummi bisa fulltime jadi teman main kakak. Ada abi, ada mbah uti sama kakung, ada bina sama biyak juga. Kakak jadi yang paling disayang di rumah. Jadi pusat perhatian semua orang. Kautsar, terima kasih sudah jadi anak yang baik, anak yang sabar dan pengertian. Kalo kakak sudah besar, kakak harus tau kalau kakak anak yang luar biasa. Kakak jarang nangis, bayi yang anteng. Perkembangan kakak juga pesat. Usia 6 bulan sudah bisa merangkak, usia 10 bulan sudah bisa jalan. Masya Allah, tabarakallah. Semoga senantiasa jadi anak yang cerdas, qurrota a'yun, sehat jasmani batiniah dan hafidz qur'an. Allahumma a

Cukup

Teruntuk dirimu : teman perjalanan. Dulu, kita berdua pernah menggebu akan sesuatu. Setiap hari kita berpeluh, mengiba, penuh pengharapan pada Yang Kuasa. Waktu bergulir. Banyak babak terlampaui. Banyak tempat terlewati. Harapan perlahan dalam genggaman. Namun, nyatanya tak ada hajat yang benar-benar usai. Makin dapat, makin banyak akal hati ini merajuk pada-Nya. Hidup bagai abu di atas tunggul. Lalu kita tersadar, kita tidak punya apa-apa. Jadi, mari berhenti sejenak dari dunia sawala. Pejamkan mata. Rasakan dersik yang sedari dulu berirama. Dengarkan denyut alam yang tak pernah berhenti berdegup. Selagi jemari kita menyatu, semua ini rasanya lebih dari cukup. Besok kita berjalan lagi ke asmaraloka. Kita pejuang sejati. Kau panglima paling pemberani. Musuh bisa datang dari kanan dan kiri. Tapi pertahanan tersulit ternyata melawan diri sendiri. Mari berjerih payah, karena kemuliaan hanya pada mereka yang tidak pernah menyerah. Selalu hati-hati di jalan. Karena di setiap petualangan, j

Perjalanan skincare/ produk kulit untuk bayiku (2)

Aku banyak baca review tentang kulit yang beruntusan akibat biang keringat. Tapi bismillah aku akhirnya pake Lactacyd Baby Wash sebagai sabunnya. Klaimnya aman digunakan sejak newborn dan boleh dipakai setiap hari.  Lactacyd Baby Wash punya tiga packaging 60 mL, 150 mL dan 250 mL. Bentuknya memanjang, botolnya flip top dan menurutku ga praktis. Sabunnya berbentuk cair, konsistensinya agak kental, sedikit busa dan wanginya lembut. Sejak pakai sabun ini, kulit bayiku jadi jauh membaik. Meskipun kadang masih biang keringat, tapi gak sampe parah dan cepet juga sembuhnya. Cocok banget pake ini. Sayangnya harganya mahal. Ukuran 250 mL dibanderol 100ribuan. Padahal karena sedikit busa jadi seringnya pake agak banyakan.  Lama-lama, rambut kautsar mulai tumbuh. Aku ngerasa pertumbuham rambutnya lama bangeet. Aku kepikiran ngasih kautsar shampo. Setelah ku baca-baca review, kupilih  Cussons Baby Celery and Candlenut shampo dan hair lotionnya , warnanya ungu. Selama pake dua produk ini ini, aku

Perjalanan skincare/ produk kulit untuk bayiku

Sebentar lagi Kautsar udah satu tahun. Jadi, aku mau mengabadikan produk apa aja yang sudah dia pakai sejak bayi bafu lahir. Barangkali kepake untuk adeknya nanti wkwk. Meskipun yaa aku bukan expert, semuanya berdasarkan pengalaman pribadi. Belum tentu juga cocok di anak lain. Tapi semoga bisa memberi wawasan tentang produk-produk kulit buat anak dan bermanfaat untuk mamah muda lainnya. Aku mau ceritain detail, biar nanti inget kenapa waktu itu sempet ganti-ganti produk. Tapi di akhir bakal aku simpulin, mana yang masih dipake sampe sekarang. Sebenernya sebelum HPL, aku udah googling tips memilih produk bayi dan merk apa aja yang bagus. Aku sering baca review dan testimoni di berbagai web/sosmed. Sering juga baca komentar netizen kalau ada yang minta rekomendasi produk. Plus, tanya juga sama temen-temenku yang udah punya anak duluan. Dari semua itu, kesimpulannya adalah gak ada produk yang terbaik. Semuanya tergantung kulit anak. Lah, kan anakku belum lahir, gimana aku taunya?  Skincar

Empat Tahun

Tak terasa sudah empat tahun aku menikah dengan Pak Saep. Masya Allah ternyata udah lama ya wkwk. Rasanya baru kemarin resepsi pernikahan di Hari Sabtu. Seninnya, aku dan mas sudah terbang ke Kalimantan untuk merantau karena mas liburnya terbatas. Maklum anak baru.  Waktu itu, baru pertama kali aku menjejakkan kaki di tanah Borneo. Kami turun di Bandara Sepinggan. Setelah itu ke pelabuhan untuk naik speedboat kantor. Selepas naik speedboat, kami naik bus sampai ke site. Kebetulan mas tinggal di mess/basecamp perusahaan. Rasanya jauuh sekali. Padahal hanya 3-4 jam jam perjalanan darat. Jalanannya sepi, masih banyal pepohonan di kanan dan kiri. Aku menunggu-nunggu. Mana sih perumahannya. Seringkali aku bertanya selama di perjalanan, "Mas, nanti kalo udah sampe, rame kan tempatnya?" Masuk ke Batu Kajang ternyata sangat ramai. Perkampungannya sudah padat. Lalu kami masuk ke terminal bus yang ada di dalam area perumahan. Perumahannya sangaat bagus. Cukup elit untuk kawasan itu. La

Milestone yang paling ditunggu-tunggu

Orang tua biasanya gak sabar menunggu kapan anaknya bisa berjalan. Begitu juga aku. Tapi penantian ini penuh dilema. Di satu sisi, aku tidak mau si bayi cepat besar. Di sisi lain, gak mau juga boyok ini lama pegal-pegal karena "nitah" wkwk. Dalam kegalauan emak-emak itu, Allah Maha memutuskan perkara. Tanpa diduga, anakku tiba-tiba bisa berjalan. Waktu itu usianya 9 bulan 25 hari. Aku, mamak dan alya lagi ngobrol ringan sambil momong si bujang. Eh tau-tau, bayi ini rambatan, lepas tangan dan melangkah kakinya 2-3 langkah. Kami semua kaget dan tertawa dengan tingkahnya. Masya Allah. Sejak usia 6 bulan, Kautsar memang sudah bisa merangkak. Bahkan dia usia itu juga dia mulai belajar berdiri dengan berpegangan. Waktu itu berdirinya belum kuat, kakinya masih bergetar menahan beban. Tapi bujangku ini sungguh semangat. Malah aku yang takut, karena khawatir, karena merasa belum waktunya. Kautsar juga pantang menyerah. Aku gak pernah stimulasi berlebihan, tapi dia sendiri yang melatih

Rumah

Kautsar, semakin dewasa, semakin banyak jalan yang kita tempuh, kita akan menyadari bahwa kita perlu rumah. Rumah yang sederhana. Rumah tempat kita teduh dan mendapatkan kedamaian. Rumah berkembangnya imajinasi dan kreativitas. Tempat dirimu mampu jadi apapun versi yang kau pilih. Rumah tempat jiwamu selalu ingin tertuju.  Mudah-mudahan, rumah itu adalah ayah dan ibumu. Dan ada pula di sekelilingmu, di hati orang-orang yang andal dan berbudi. Boleh jadi, rumah itu juga ada padamu. Menaungi hati yang meranggas dengan hujan di pagi hari. Semoga kelak kita bergandengan ke rumah ternyaman, yang abadi.

:)

Seringkali ketika lelah dengan aktivitas harian, aku lihat anakku yang sedang tidur. Aku pandangi wajahnya yang pulas, kugenggam tangannya perlahan. Rasanya hidup ini sangatlah indah, memilikinya sudah lebih dari cukup daripada dunia dan seisinya :)

Nama

Dulu pernah iseng mikir, kayaknya bagus kalo aku pilih pasangan yg namanya kearab-araban. Mungkin karena nama aku juga kearab-araban (walaupun mukanya sih jauh ya wkwk). Kalau kebarat-baratan, kejawen atau nama-nama keren jaman sekarang, mungkin aku juga akan cenderung memilih yang namanya senada. Cakep aja kayaknya di undangan. Soalnya sejak awal aku berniat ga nulis gelar akademik, jadi biarlah serasinya diterka-terka tetangga dari namanya aja. Absurd sih wkwk. Seiring berjalannya waktu, ada hal yang akhirnya aku sadari. Sekeliling kita dipenuhi orang-orang dengan nama lengkap yang diambil dari berbagai sumber. Nama adalah hal yang sakral. Pada umumnya hanya diberikan satu kali. Kecuali pada jaman dulu. Biasanya kalau sering sakit, ada juga yang namanya diganti. Penamaan anak biasanya disesuaikan prinsip hidup, keyakinan spiritual, dan wawasan filosofis dari orang tuanya. Makanya aku gak pernah ngetawain orang yang namanya unik. Kita gak pernah tau pengalaman hebat apa yang ada di ba

Semoga bisa merasa dengan sederhana

Saat aku posting gambar ini, banyak DM yang masuk dan menceritakan sulitnya mereka memaafkan. Iyaa, aku pun mungkin sama. Jadi, beberapa hari ini aku teringat sesuatu yang membuat lelah hati. Hal ini gak pernah aku ungkapkan karena siapa tahu hanya asumsiku. Kalau aku ceritakan, takut juga nanti menyakiti. Takut juga dianggap terlalu overthinking, yang mungkin mayoritas akan bilang demikian. Tapi lama kelamaan rasanya menggangu pikiran karena hidup terus berjalan. Lalu aku ingat sahabatku pernah bilang : kita cuma tamu di dunia. Sahabatku yang lain juga bilang : Allah suka orang-orang yang berusaha tapi Allah juga suka orang-orang yang mau menerima. Kebetulan, aku temukan postingan seperti gambar di atas. Jadi memang aku harus memberikan uzur sebanyak-banyaknya, lalu memaafkan dan mendoakan. Sesimpel itu. Aku juga harus ingat bahwa di dunia ini tempat mencari bekal akhirat. Semoga pikiran-pikiran yang mengganggu bisa segera hilang. Semoga perbuatan baik kita diganjar pahala

Halcyon

Malam ini terasa sunyi buatku. Tak ada suara jangkrik. Atau malah memang biasanya tidak ada, aku tak tahu. Tidak terdengar ocehan tetanggaku yang biasanya memecah keheningan rumah. Malam ini sungguh damai. Cuacanya juga terasa sejuk, tidak panas dan tidak terlalu dingin. Kata orang-orang tua, malam seperti ini mirip malam lailatul qodar. Tentunya aku belum bisa mengkonfirmasi kebenarannya. Yang jelas malam seperti ini selalu aku nantikan. Setelah mematikan laptop, aku tersadar. Anakku tertidur pulas. Biasanya dia akan terbangun 2-3 kali, tapi kali ini tidak. Aku bisa mengerjakan tugasku dengan fokus. Seakan dia tahu bahwa ada hal penting yang harus dikerjakan malam ini. Sedari pagi, aku takut tidak bisa menyelesaikan tugasku. Aku takut anakku akan merengek semalaman dan akhirnya tertunda lagi semuanya. Tapi ternyata tidak. Dia dengan pandainya ambil peran dalam membantu ibunya.  Kulanjutkan lagi pekerjaanku. Aku berberes dan mencuci peralatan makan Kautsar. Bahkan aku sempat menyiapkan

Privilege

Di hari Jumat ini, aku hanya mau bilang : meski tak punya orang dalam, tapi punya iman dalam hati, badan sehat, rejeki yang barakah, orang tua dan adik yang pengertian, suami yang penyayang, anak lucu dan cerdas, mertua dan adik ipar yang harmonis adalah privilege dari Tuhan. Maka bersyukurlah.

Semoga 'kan Terulang

Tidak kerasa, sudah setahun lebih aku tinggal di rumah orang tua. Tepatnya sebelum Kautsar lahir sampai sekarang sudah 8,5 bulan. Aku cukup beruntung, punya kesempatan untuk tinggal lagi dengan keluargaku saat sudah menikah. Apalagi aku dan suamiku menetap di luar pulau. Tak terasa juga, apa yang dulu terasa asing kini menjadi habit.  Pagi ini, kunikmati hari dengan perasaan berbeda. Ku dengar Ana menyanyi lembut sambil memangku Kautsar di ayunan. Hampir tiap pagi dia menidurkan Kautsar dengan ayunan jaring buatan Bapak. Aku, mama dan Ayak selalu pusing jika lama berayun, maka hanya Ana yang kuat melakukannya setiap hari. Jika Kautsar tidak mau tidur, biasanya mama akan menggendongnya dan mengajaknya berkeliling sekitar rumah sampai dia tertidur. Alhamdulillah, saat itu Kautsar tertidur dengan nyenyaknya. Ku dengar juga suara wajan mama yang nyaring beradu dengan spatula, berbarengan dengan wangi masakan yang khas. Berkali-kali aku belajar masak dengan mama, tapi belum pernah rasa masa

Doa vs Merasa Pantas

Saya pernah ikut suatu seleksi. Mungkin salah satu seleksi paling bergengsi di Indonesia, khususnya untuk pelajar seperti saya waktu itu. Saya menyiapkan berkas-berkasnya dengan teliti. Setelah lulus administrasi, saya lanjut ke tahap berikutnya. Saya persiapkan lagi semuanya dengan baik dan mengikuti tes dengan performa terbaik. Beruntungnya, saya pun lolos dan lanjut lagi ke tahap terakhir. Saya benar-benar belajar, berdoa, dan minta restu kedua orang tua. Waktu itu saya juga punya nilai yang lumayan bagus. Mumpuni lah buat diterima. Kayaknya sih diterima, pikir saya. Ternyata eh ternyata, setelah pengumuman keluar, duarrr saya belum berhasil. Tahun depannya, saya coba lagi. Juga dengan ikhtiar yang luar biasa. Dan ternyata hasilnya sama, saya masih gagal juga. Saya bahkan ragu, apa saya masih punya keberanian untuk mencoba ketiga kalinya. Harusnya sih iya ya jangan menyerah. Tahun demi tahun bergulir, ternyata Allah memberi kejutan. Memang tidak sama dan tidak tahu apakah lebih bai