Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

The city of million hopes

Sebulan di Samarinda. Kota yang penuh pengharapan. Kota sejuta mimpi dan cita-cita. Kota padat identitas budaya. Kulihat banyak penjual nasi bersenandung riang. Mereka melipur lara. Meredam rindu pada keluarga. Merantau tentu bukan hal yang mudah bagi mereka. Kulihat ibu-ibu pedagang terus berjuang. Tak peduli pagi ataupun petang. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk orang-orang tersayang. Samarinda. Kota yang sarat akan doa. Banyak orang datang ingin membalikkan hidup. Saat di luar nasib mereka telah redup. Namun di sini, semoga angan-angan mereka tetap terus berdegup. Hidup ini bagai berlayar di laut lepas. Kita bisa memilih ikut arus atau menentukan arah dengan bantuan mesin. Tapi melaut bukan hal yang sepele. Daratan masih terlihat cukup jauh. Hanya harapan yang mengantarkan kita tiba. Dengan usaha dan doa.

Ayo nak, kita berjuang!

Hari ini aku akan meninggalkan anakku seharian untuk bekerja. Padahal ini Hari Sabtu. Kemarin, aku pergi dari jam 14.00 sampai 17.00. Rasanya sangat lama. Bagaimana hari ini ya. Setiap aku pulang ke rumah selepas bekerja dan membuka pintu, terdengar suara anakku menangis berlari mendekati pintu. Lalu dia akan merengek minta digendong. Aku ingin langsung memeluknya tapi tubuh dan pakaianku masih kotor. Tapi tak jarang juga aku langsung menggendongnya karena rindu yang tak terbendung. Ibu mana yang tidak trenyuh hatinya. Aku belum aktif masuk kerja tapi hati ini rasanya sudah rapuh. Anakku sangat lucu. Kami tak terpisahkan sejak adanya dia di rahimku. Kini, aku punya tanggung jawab baru. Dan beberapa hari berjalan, aku merasa inilah yang aku inginkan. Pekerjaan ini yang memang sedari dulu kucita-citakan. Tapi konsekuensinya, aku terpaksa merelakan anakku diasuh orang lain di siang hari. Dilema ibu-ibu yang tak bertepi. Tapi karena qadar-Nya telah tiba, maka semua rasa ini harus disimpan

Ketidakpastian yang pasti

Sama seperti teori ketidakpastian Heisenberg, beginilah hidup kami sekarang. Penuh ketidakpastian. Hal-hal kecil muncul di luar rencana yang telah rapi dan membuat segalanya menjadi lebih besar. Kami belum tahu dengan pasti bagaimana solusinya. Segala ikhtiar sudah dilakukan, tinggal menunggu bagaimana alur cerita ini akan dibuat oleh-Nya. Tapi, salah satu motto Ali bin Abi Thalib yang kubaca hari ini membuatku sedikit lebih tenang : " Yang buruk sengaja Allah lepaskan agar yang baik mempunyai kesempatan untuk datang ."  Mungkin, kepahitan yang kita dapatkan hari ini --karena ketidakpastian yang terus menghantui-- akan mendatangkan beribu kebaikan di masa yang akan datang. Yang pasti, setiap makhluk hidup akan diuji, salah satunya dengan perasaan gundah atas sesuatu kejadian yang belum pasti penyelesaiannya. Semangat. Allah tidak akan membebani kita di luar kemampuan kita. If Allah brings you to it, He will bring you through it. Satu hal lagi yang bisa memotivasi: banyak kond

Semoga Panjang Umur

Harusnya aku post ini waktu ulang tahunku. Tak terasa makin dekat saja usiaku dengan kepala tiga.  Sejak Kautsar lahir dan mungkin sampai sekarang, aku sering liat dia tidur. Wajahnya lucu. Matanya, hidungnya, bibirnya semuanya benar-benar imut. Di hatiku ada kekhawatiran, kalau aku lebih duluan berpulang, siapa yang akan merawat anakku. Bukan hanya merawat tapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian penuh. Dan aku tahu, seorang ibu tak bisa digantikan oleh siapapun. Waktu aku dengar berita orang tua Gala Sky meninggal. Trenyuh hatiku. Aku langsung memeluk anakku. Berhari-hari aku memikirkan Gala yang sebenernya aku pun tidak kenal. Usianya baru 2 atau 3 tahun, sedih sekali melihatnya akan tumbuh tanpa kedua orang tuanya. Untunglah Gala punya kakek nenek, om dan tante yang mau merawatnya. Dan alhamdulillah sudah sesuai syariat, kewajiban nafkah anak yatim jatuh ke keluarga bapaknya. Namun perhatian dan kasih sayang tentu boleh dari siapapun. Aku yakin dia akan bertumbuh baik dan ti

Satu Bulan yang Penuh Rasa

Sudah sebulan lebih kami merintis hidup di negeri orang. Mungkin kota yang luas ini akan masuk list : kampung halaman kami. Seperti biasa, dinamika kehidupan di sini begitu menantang. Bukan pertama kalinya kami tinggal di tanah Borneo. Tapi kali ini sungguh berbeda. Hari-hari kami sungguh kaya rasa. Anakku sepertinya bisa jadi contoh manusia yang adaptatif. Di tempat yang baru, yang aku khawatir akan menakutkan untuknya, ternyata dia tetap menjadi pribadi yang ceria. Bahkan Kautsar terlihat lebih baik dari sebelumnya dan ramah pada semua orang yang baru dia kenal. Karena dirinya lah, aku bisa bertahan sampai sekarang. Karena tubuh mungilnya yang lincah itu aku selalu bersemangat meniti tiap langkah. Karena senyum simpulnya itu lah aku siap menerima setiap kesempatan yang datang pada diriku. Memang benar si kecil adalah guru terbaik bagi orang tuanya.  Dan yang tak kalah penting adalah dalam semua kegundahan yang belum berujung : aku masih bisa merebahkan diri di kasur super empuk. Kasu

Soto

Idul fitri artinya makan-makan soto di rumah mamakku. Tamu yang datang di lebaran pertama akan disuguhi soto ala chef netty yang lezat. Tentu saja tamu hari pertama didominasi oleh saudara sendiri. Keluarga besar kami dari dua bani mayoritas berkumpul di sini, di suatu kota kecil bernama Townsville, bukan ding, Metro. Kata "Metro" tentu tidak asing di telinga masyakat internasional. Tiap lebaran juga, aku dan adik-adikku selalu memaksa mamak supaya tidak perlu diadakan makan-makan. Biar gak capek nyuci banyak mangkok. Saking magernya, kami pun sering cari ide. Wadah apa yang bisa menggantikan mangkok soto ini, dengan terus mengedepankan nilai-nilai ekonomi dan tetap go green. Akhirnya, lebaran demi lebaran berlalu dan kami pun tetap nyuci mangkok yang sama. Tapi lebaran di rumah lampung selalu kurindukan, karena banyak makanan yang aku suka. Selain soto atau kupat tahu, makanan lain seperti rendang, empek2, lapis legit, engkak dan dodol ager selalu jadi template wajib masyara

Si Uya

Ada dua kucing yang selalu menghampiri tempat tinggalku sekarang. Salah satunya dikasih nama Uya. Siapa lagi yang hobi memberi nama, kalo bukan Mas Saif. Kendaraannya pun dikasih nama dan huruf depannya harus J. Kesepakatan sama temen-temen kuliahnya dulu. Jadilah dia pernah punya motor namanya Juminten, Junedin, dan Jameta. Insya Allah mudah-mudahan segera menyusul yang namanya Jemroti. Aneh emang namanya. Semoga kami berubah pikiran. Balik lagi ke Uya. Dia dan temannya itu mukanya mirip. Aku belum bisa membedakan mana yang Uya dan mana yang bukan. Tapi paling sering aku lihat ada salah satu kucing tidur di teras, kadang di bawah jemuran bajuku. Aku anggap dia Uya.  Anakku si Ucay suka sekali dengan kedatangannya. Bahkan saking sukanya, dia sering jawil-jawil muka dan narik badannya Uya. Momen itu sungguh mendebarkan bagi mahmud penakut akut sepertiku. Banyak skenario melintas di pikiran seperti adegan cakar-mencakar ataupun gigit-menggigit. Tapi ternyata tidak ada sama sekali. Entah