Hari ini aku akan meninggalkan anakku seharian untuk bekerja. Padahal ini Hari Sabtu. Kemarin, aku pergi dari jam 14.00 sampai 17.00. Rasanya sangat lama. Bagaimana hari ini ya.
Setiap aku pulang ke rumah selepas bekerja dan membuka pintu, terdengar suara anakku menangis berlari mendekati pintu. Lalu dia akan merengek minta digendong. Aku ingin langsung memeluknya tapi tubuh dan pakaianku masih kotor. Tapi tak jarang juga aku langsung menggendongnya karena rindu yang tak terbendung. Ibu mana yang tidak trenyuh hatinya.
Aku belum aktif masuk kerja tapi hati ini rasanya sudah rapuh. Anakku sangat lucu. Kami tak terpisahkan sejak adanya dia di rahimku. Kini, aku punya tanggung jawab baru. Dan beberapa hari berjalan, aku merasa inilah yang aku inginkan. Pekerjaan ini yang memang sedari dulu kucita-citakan. Tapi konsekuensinya, aku terpaksa merelakan anakku diasuh orang lain di siang hari. Dilema ibu-ibu yang tak bertepi.
Tapi karena qadar-Nya telah tiba, maka semua rasa ini harus disimpan di beranda hati yang luas. Anak yang kuat berasal dari ibu yang kuat. Kautsar, anakku adalah anak yang sangat baik dan pengertian. Dia juga sehat, aktif, dan mudah beradaptasi. Sungguh sangat jarang dia rewel atau menangis. Terima kasih mau sama-sama berjuang. Semangat ya kita nak.
Aku bekerja untuk anakku. Aku bekerja untuk keluarga kecilku. Semoga masa depan anakku semakin cerah dengan sedikit pengorbanan darinya ini. Aku juga harus menghandle pekerjaanku dengan baik, harus bisa mengatur duniaku di rumah dan di kampus dengan bijaksana. Aku harus bisa terus melimpahkan perhatian dan kasih sayang untuk anak dan suamiku sekaligus menghadiahi mereka dengan prestasi di luar yang membuat mereka bangga. Aku tahu semua tidak mudah. Ayo anakku kita berjuang.
Komentar