Idul fitri artinya makan-makan soto di rumah mamakku. Tamu yang datang di lebaran pertama akan disuguhi soto ala chef netty yang lezat. Tentu saja tamu hari pertama didominasi oleh saudara sendiri. Keluarga besar kami dari dua bani mayoritas berkumpul di sini, di suatu kota kecil bernama Townsville, bukan ding, Metro. Kata "Metro" tentu tidak asing di telinga masyakat internasional.
Tiap lebaran juga, aku dan adik-adikku selalu memaksa mamak supaya tidak perlu diadakan makan-makan. Biar gak capek nyuci banyak mangkok. Saking magernya, kami pun sering cari ide. Wadah apa yang bisa menggantikan mangkok soto ini, dengan terus mengedepankan nilai-nilai ekonomi dan tetap go green. Akhirnya, lebaran demi lebaran berlalu dan kami pun tetap nyuci mangkok yang sama.
Tapi lebaran di rumah lampung selalu kurindukan, karena banyak makanan yang aku suka. Selain soto atau kupat tahu, makanan lain seperti rendang, empek2, lapis legit, engkak dan dodol ager selalu jadi template wajib masyarakat. Walau sedikit, biasanya ada. Maaf-maafannya pun ringkas saja. THRnya nyata. Mungkin hal-hal kecil itulah yang jika dekat tidak terasa, namun jika jauh membuat sesak di dada.
Jadi, kuabadikan foto lebaran tahun ini (tapi kurang @fatiyaa_.07 huhu). Sekaligus menyambut @saifurrohmanwahid jadi warga metro resmi yang ke depannya akan pindah lagi wkwk. Juga mengenang keberuntungannya dapet tiket pesawat H-1 (dengan harga normal) di masa persaingan mudik yang cukup ketat.
Tahun depan, mudah-mudahan akan ada lebih banyak cerita. Mungkin lebaran kita akan di tempat yang berbeda. Tapi berkumpul dengan "keluarga" selalu jadi tujuan utama :)
Komentar