Teruntuk dirimu : teman perjalanan.
Dulu, kita berdua pernah menggebu akan sesuatu. Setiap hari kita berpeluh, mengiba, penuh pengharapan pada Yang Kuasa. Waktu bergulir. Banyak babak terlampaui. Banyak tempat terlewati. Harapan perlahan dalam genggaman. Namun, nyatanya tak ada hajat yang benar-benar usai. Makin dapat, makin banyak akal hati ini merajuk pada-Nya. Hidup bagai abu di atas tunggul. Lalu kita tersadar, kita tidak punya apa-apa.
Jadi, mari berhenti sejenak dari dunia sawala. Pejamkan mata. Rasakan dersik yang sedari dulu berirama. Dengarkan denyut alam yang tak pernah berhenti berdegup. Selagi jemari kita menyatu, semua ini rasanya lebih dari cukup.
Besok kita berjalan lagi ke asmaraloka. Kita pejuang sejati. Kau panglima paling pemberani. Musuh bisa datang dari kanan dan kiri. Tapi pertahanan tersulit ternyata melawan diri sendiri. Mari berjerih payah, karena kemuliaan hanya pada mereka yang tidak pernah menyerah.
Jadi, mari berhenti sejenak dari dunia sawala. Pejamkan mata. Rasakan dersik yang sedari dulu berirama. Dengarkan denyut alam yang tak pernah berhenti berdegup. Selagi jemari kita menyatu, semua ini rasanya lebih dari cukup.
Besok kita berjalan lagi ke asmaraloka. Kita pejuang sejati. Kau panglima paling pemberani. Musuh bisa datang dari kanan dan kiri. Tapi pertahanan tersulit ternyata melawan diri sendiri. Mari berjerih payah, karena kemuliaan hanya pada mereka yang tidak pernah menyerah.
Selalu hati-hati di jalan. Karena di setiap petualangan, jutaan doa terserak menuju langit pias. Ada kawan yang tak jemu beriringan dengan penuh keyakinan. Selamat ramadhan untukmu, teman perjalananku :)
Komentar