Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Mimi dan Mintuna (Part 2)

Mimi, disebut juga belangkas, adalah hewan purba yang telah ada di dunia sejak ratusan tahun yang lalu. Mereka hidup di perairan dangkal dan pantai mangrove. Kelangkaannya membuat petinggi lingkungan hidup negara kita menciptakan aturan untuk melindunginya. Dalam peribahasa Jawa, mimi lan mintuno artinya cinta sejati. Mimi sering ditemukan berpasangan dan termasuk hewan monogami. Mimi-mintuna disebut-sebut sebagai gambaran kelanggengan pasangan suami istri. Gambaran mimi dan mintuna sangat berkesan untukku. Tapi, dengan siapa aku menikah dan apakah akan bahagia seperti mimi dan mintuna, tidak pernah terbesit di pikiranku 13 tahun yang lalu. Aku hanya berdoa agar diberikan kesehatan dan kelancaran pada studiku di madrasah aliyah. Banyak pengorbanan yang tercipta selama aku pergi. Aku tidak terlahir dari keluarga patriarki kolot sehingga bisa bersekolah sedemikian jauhnya. Orang tuaku memang bukan berprofesi di bidang pendidikan namun mereka berpikiran terbuka. Aku mungkin tidak disekol

Mimi dan Mintuna (Part 1)

Pagi ini dimulai dengan pikiran yang menumpuk. Tugas A, B, C, dan D seakan berdebat untuk menentukan mana dulu yang harus dikerjakan. Tapi dalam kesibukan ini, aku berhenti sejenak. Tentu tidak salah memikirkan sesuatu yang aku suka. Suamiku. Sesaat aku teringat perkataan adikku (adik ipar), "Mbak, kenapa mau sama kakak?" Yang entah berapa kali dia tanyakan. Juga perkataan indung (nenek suamiku) 3 tahun silam, "Kok kamu mau, kamu kan putih". Diriku merasa geli dan selalu tertawa dengan pertanyaan semacam itu. Emang kenapa ya wkwk. Ada apa dengan mas sehingga keluarganya pun seakan ragu jika sampai hari ini kami telah berhasil hidup bersama. Aku tidak pernah benar-benar menjawab pertanyaan itu. Tapi kini pikiranku melayang ke belasan tahun lalu saat pertama kali aku bertemu dengannya. Jadi, kenapa ya aku mau menikah dengan mas? Aku besar dan lahir di ujung bawah Pulau Sumatra. Aku bukanlah suku asli daerah ini tapi kakek nenekku sudah bertransmigrasi ke sini sejak ta

Terapi Memaafkan

Memaafkan itu berat. Kadang pihak yang masih "sakit hati" dianggap kurang ikhlas, kurang bisa menerima, dan membesar-besarkan masalah. Padahal menghilangkan perasaan itu sungguh sulit. Misalnya perasaan cinta, kita bisa menyembunyikannya kapan saja. Tapi bisakah kau musnahkan begitu saja? Apalagi melihat senyumnya yg mengembang dan bulu matanya yang lentik. Perasaan cinta itu bahkan akan meningkat hari demi hari. Begitu pun dengan sakit hati. Meski orang yang menyakiti mungkin sudah lupa, tapi kata-katanya makin menghujam. Rasanya makin membekas. Bertahun-tahun belajar melupakannya, mengikhlaskannya, tapi saat santai pun kadang ucapan-ucapannya terbesit bak diteriakkan di depan mata. Persis seperti sedang jatuh cinta. Tanpa sadar mengingatnya sambil tersenyum meski telah berusaha melupakannya. Lambat laun mungkin berhasil, tapi tak lama ucapan lain yang tak mengenakkan muncul lagi dari dirinya. Bisa jadi lebih banyak, lebih dalam. Kadang tak tahu harus cerita kepada siapa lag

Fase Kami Bertumbuh

Tidak terasa, bayi kecilku sudah berusia 5 bulan. Ada perasaan senang sekaligus sedih yang setiap saat muncul untuk menggoda. Dulu dia begitu kecil dan tak berdaya. Dia membutuhkanku di setiap waktu. Hari demi hari, kekuatannya perlahan mulai muncul. Bukan hanya gerakan kecil pada tangan dan kepalanya seperti dulu. Kini, tingkahnya yang aktif sering membuatku kewalahan. Dia selalu ingin mengangkat badannya, meraih kaki dan sangat menyukai ketinggian. Anakku sudah bertumbuh. Sayangnya, tiap detik progres Kautsar tidak dapat kami (aku dan suami) nikmati berdua karena jarak. Bukan pertama kali kami berada di zona waktu yang berbeda. Namun, LDR sementara ini terasa berbeda sejak Kautsar lahir. Kerinduan yang biasanya menggebu kini sedikit terpadamkan oleh senyum Kautsar. Tapi rasa itu tidak pernah hilang, hanya bersembunyi di balik kesibukan yang menyeruak di tiap pagi petangku.  Setelah 4 bulan penuh video call, mas bisa pulang untuk bertemu kami lagi. Kulihat dia dengan kacamata yang ber

Months are short

Sore ini aku nangis sesenggukan di kamar mandi sambil gosok gigi. Padahal tadi siang lagi seneng-senengnya nyicil perlengkapan MPASI buat Kautsar. Tapi sebenernya itu juga yang tiba-tiba bikin aku sedih. Aku inget dulu waktu Kautsar baru lahir. Badannya kecil, kulitnya lunak, aku sampe takut mau nggendong. Aku belum lancar juga nyusuinnya huhuhu. Aku belum bisa mandiin. Tiap Kautsar nangis, ada rasa takut kalo aku gak bisa nenangin dia. Dan jujur waktu itu emang belum bisa. Di tiap waktuku, aku selalu berdoa, agar kelak dekapanku bisa memberikan kehangatan juga ketenangan.  Tapi hari demi hari berlalu. Usahaku belum juga berhasil. Awal-awal lahir, Kautsar masih sering bobok. Aku seneng. Meski susah sih banguninnya buat mimik, tapi aku masih ngeri kalo Kautsar bangun tidur trus nangis. Suaranya keras melengking bikin pusing. Waktu itu Kautsar juga belum bisa dbf (direct breastfeeding). Jadi aku rutin jadi mama eping. Kadang aku sedih, kenapa anakku kalo nangis malah bisa tenang dengan d