Aku suka melihat foto bunga. Suka juga lihat foto orang di antara bunga-bunga. Elegan dan cantik. Itulah mengapa saat di sebelah Gumuk Pasir ada taman bunga, aku langsung berbinar-binar. Sebenarnya biasa saja. Tidak seperti kebun lavender di luar negeri, bukan juga seperti taman kembang Eropa di musim semi. Tapi, yang membuat spesial adalah bunga-bunganya ditanam berbentuk hati dan aku datang dengan pujaan hati :)
Selepas lelah bermain pasir, aku menarik tangan mas menuju ke taman bunga itu. Suamiku dengan sigap mengikuti langkahku. Pasti mas tahu apa tugasnya setelah ini : memfoto aku. Sepanjang hidup bersama, memang aku yang hobi berfoto. Tiap momen akan aku abadikan. Tetapi, mas agak pemalu untuk hal ini. Mas tidak selalu mau diajak berfoto di tempat ramai. Mas memilih ber-selfie dibandingkan minta tolong orang asing memfotokan kami. Jadi biarlah urusan obyek foto ini jadi pekerjaan istrinya.
Mayoritas yang ditanam di sana adalah bunga matahari. Ada juga jengger ayam dan bunga-bunga lain yang aku tak tahu pasti. Aku sibuk memposisikan diriku. Mencari background terbaik. Mas duduk di kursi. Mirip kursi tinggi di gumuk pasir. Dari ketinggian, mas bisa melihat aku dengan jelas dan mengambil foto dengan baik. Katanya begitu.
Setelah lelah berfoto sendiri, aku berjalan-jalan mengitari taman.
"Dek, tau ga kenapa bunga mataharinya menghadap ke sana?"
"Emang kenapa mas?"
"Karena mataharinya di sana".
Oh iya benar juga. Aku kira suamiku mau merayuku, ternyata tidak hahaha. Kalau itu aku juga sebenarnya sudah tahu. Kemudian, aku terus berjalan-jalan menyusuri kebun dengan berjingkat dan sesekali merunduk. Mas selalu memperingatkan. "Hati-hati dek banyak ulat". Mas sangat tahu betapa akan pecah keheningan siang jika aku menyenggol makhluk lunak itu.
Aku merasa belum afdol jika belum berfoto bersama. Karena memang salah satu tujuan perjalanan kami adalah mengukir sejarah berdua. Sejarah akan lebih mudah diilustrasikan jika ada bukti otentik nyata. Foto misalnya hehe.
"Sayang, jangan suruh mas foto di antara bunga-bunga ya. Ga keren sayang, ga macho, ga lakik."
Aku tersenyum. Sihir istri mulai dimainkan. Sejenak kemudian mas sudah di sebelahku. Berpose bersama. Handphoneku kuletakkan di kursi tinggi tadi. Diganjal botol air mineral. Mas akhirnya berfoto denganku di antara bunga-bunga. Mas selalu tahu bagaimana membuatku bahagia. Foto yang bagus pun bisa membuat wanita bangga.
"Udah?"
"Yuk mas".
"Yuk mas".
Perjalanan masih panjang. Setelah ini kami akan ke pantai. Pantai kita, yang kini telah bernama. Aku keluar dari taman bunga, pun dengan hati yang berbunga-bunga. Aku merasa kami akan kembali. Entah kapan. Mungkin nanti.
Komentar