"Jangan berubah meski orang lain tak begitu. Lebih baik memberi lebih."
Mungkin seperti itulah intisari percakapanku dengan mas sore itu. Setelah sebelumnya aku curhat panjang lebar mengenai "komitmen" dan "manner" yang selalu ku pegang teguh. Mati listrik pun tak menghalangi ceritaku. Ya, pada siapa lagi aku mengadu selain pada Allah dan masku. Suamiku ini termasuk yang pinter "momong" aku. Betapa banyak curhatan yang selalu aku sampaikan setiap harinya, tapi mas selalu mendengarkan dengan antusias. Aku sungguh mengapresiasi. Meskipun setelahnya kadang aku berpikir, "Tadi ngapain ya kayak gitu aku ceritain ke mas? Wkwkwk".
Sore itu aku bercerita banyak hal. Tentang bagaimana bisa orang "woles" menyerobot antrian. Bagaimana gampangnya orang buang sampah sembarangan. Bagaimana mudahnya orang tidak konfirmasi saat belum bisa memenuhi janji. Sebelumnya aku juga pernah bediskusi bagaimana bisa orang berkata kasar dan berkomentar tanpa berpikir dulu. Apa tidak takut dosa.
"Kenapa seperti itu ya mas?"
Aku menjurus ke perasaan sebal. Ada beberapa pengalaman yang juga pernah ku rasakan berkaitan dengan hal-hal di atas. Mas hanya tersenyum. Mas bilang mas juga sering berpikir begitu.
"Kita seharusnya memberi lebih"
"Maksudnya mas?"
"Ya, kita berbuat saja seperti prinsip kita, jangan sampai berubah karena orang lain tidak melakukan yang seperti kita. Ikhlaskan. Mudahkan jalan mereka ke surga. Mudah-mudahkan kita juga dimudahkan dengan cara tadi."
Iya ya, orang kan tak sama jalan pikirannya. Hendaknya hati kita selalu lurus. Jangan membalas saat tergores. Kita jangan "down grade" gara-gara orang lain tidak seperti kita. Semangat ya.
Komentar