Bapak itu pelengkap hidupku.
Tak banyak cerita yang bisa ku kisahkan. Hanya terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiranmu.
Dulu aku bersekolah TK dekat rumah. Bapak selalu mengantar jemput aku dengan sepeda mini. Aku duduk di belakang. Diberikannya bantalan empuk yang bisa aku duduki. Kakiku diikat di depan. Agar tidak masuk ruji-ruji.
TK berlalu, berganti SD, berganti SMP, dan aliyah. Saat itu aku masih teringat lambaian tangan bapak saat melepasku pergi naik Rosalia. Aku melihatnya dari kaca jendela bus yang berembun. Bapak tak berhenti melambaikan tangan saat bus melaju. Bapak terus melihat ke arahku, semakin maju ke depan dan ke depan untuk terus melihatku.
Saat aku bilang akan menikah, bapak yang paling terharu. "Bapak mau punya anak lanang". Katanya. Selama ini bapak jadi minoritas di rumah. Hadirnya mas tentu menambah prosentase kaum adam.
Sebelum resepsi bapak berpesan, "Pokoknya besok jangan menangis saat di acara. Tidak ada yang hilang. Ima tetap anak bapak mama. Itu momen bahagia. Kita mau tambah keluarga."
Terima kasih atas hadirnya bapak 22 tahun yang lalu. Terima kasih sudah melepasku dengan sukacita. Tanggung jawab bapak padaku telah hilang, tapi kasih sayang bapak selalu penuh.
Komentar