Setelah 21 hari penuh dengan kerinduan, akhirnya aku dan suami bertemu lagi. Entah kenapa pertemuan ini seperti sinetron. Pesawatku delay selama 3.5 jam dan suamiku pun harus menunggu di bandara. Kesal sekali rasanya. Apalagi aku mendapatkan roti dari maskapai penerbangan sebagai kompensasi keterlambatan pesawat. Sungguh roti tidak bisa menggantikan waktu bertemu dua insan yang saling rindu.
Sesampainya di Sepinggan, segera aku ambil koperku dan menuju exit door. Hati ini rasanya deg-deg-an. Persis juga dengan apa yang suamiku bilang lewat pesan singkat, dia juga merasakannya. Aku pun berjalan sambil senyum-senyum dan tiba-tiba ada lelaki menghampiriku. Berkemeja biru muda, seperti warna jilbab yang kupakai. Ah, suamiku! Bandara terasa kosong hanya ada kita berdua. Setelah sekian lama tidak bertemu, rasanya sangat canggung. Persis seperti orang pacaran, bedanya adalah tentu yang ini berpahala.
Lima detik dia menatapku sambil tersenyum. Aku pun masih tersipu dalam hati, hanya bisa diam dan tertawa malu-malu. Segera ia raih gagang koperku, tali tasku, dan kardus kecil yang aku bawa. Bebanku langsung hilang. Kami pun berjalan keluar bandara.
"Mau beli air putih", kataku
"Ini sudah mas belikan". Ah, sungguh idaman!
Kami pun memesan taksi. Taksinya warna kuning, secerah perasaan kami berdua saat itu.
"Mau beli air putih", kataku
"Ini sudah mas belikan". Ah, sungguh idaman!
Kami pun memesan taksi. Taksinya warna kuning, secerah perasaan kami berdua saat itu.
Komentar