Allahumma shoyyiban nafi'an..
Alhamdulillah, sekarang memasuki musim hujan. Musim yang dinanti-nanti. Musim ini adalah jawaban dari shalat istisqo yang telah dilakukan oleh kumpulan manusia di penjuru negeri. Hujan yang turun merupakan obat dari berbagai permasalahan di Indonesia seperti kebakaran dan kabut asap. Kemarin pemerintah perlu bermilyar-milyar untuk menurunkan hujan buatan di kawasan hutan gambut yang terbakar, namun sekarang Allah memberikan hujan asli secara cuma-cuma. Gratis.
Suasana hujan banyak disukai umat manusia. Suhu udara turun dengan disertai munculnya suara yang khas. Bunyi hujan memberikan ketenangan. Saat itu dunia seakan diam dan mempersilakan sang hujan untuk mengalunkan nyanyiannya. Alunan bunyi hujan digemari banyak orang. Kadang bunyinya ramai sekali seperti datang serempak keroyokan, tapi kadang tenang dan teratur. Suara hujan memberikan efek relaksasi dan cocok untuk menemani istirahat tidur.
Sewaktu kecil aku dilarang hujan-hujanan. Takut sakit dan terkena kuman. Aku hanya bisa memandang ke jendela, melihat teman-teman berlarian di antara hantaman hujan. Sesekali mereka berhenti di bawah grojogan air, yang menyerupai air terjun, kemudian pindah mencari grojogan lain. Mereka tertawa, terlihat bebas. Saat itu aku berpikir mengapa orang tua mereka membolehkan hujan-hujanan dan orang tuaku tidak. Di usia remaja pertanyaan itu terjawab. Tak ada alasan lain. Aku perempuan dan orang tuaku sayang padaku dengan cara begitu. Itu saja. Tidak ada yang aneh.
Di masa kuliah aku sangat suka pergi dengan payung, saat hujan. Terkadang aku harus keluar kos untuk makan atau membeli sesuatu. Saat itu sebagian orang akan malas pergi saat hujan, dan aku adalah sebagian yang lain. Aku suka berjalan di antara hujan dengan payung merahku. Aku suka hujan dan aku suka merah. Saat berjalan, aku pasti melihat pantulan diriku di kaca rumah orang. Perfect imperfection. Hujan dan payung merah. Pemandangan yang menunjukkan perpaduan sempurna dalam ketidaksempurnaan. Aku juga suka bunyi hujan yang jatuh ke payungku. Mereka seakan mendesak masuk tapi tidak bisa. Tetesannya saat tegas, teratur dan tidak putus asa.
Hujan di malam hari sangat ditunggu-tunggu. Saat mendung di sore hari, aku akan segera pulang sebelum hujan menetes, kemudian mandi. Aku suka mendapati diriku bersih dan siap menyambut datangnya hujan. Di waktu hujan mulai datang, aku suka duduk dekat jendela sambil membaca buku. Secangkir teh atau susu hangat biasanya ada di depanku. Susu hangat seringnya. Rasa coklat. Jika bosan membaca buku aku akan menyalakan laptop dan menonton film. Aku akan tertidur seiring dengan selesainya hujan hari itu.
Ada hal yang paling spektakuler tentang sang air dari langit itu. Salah satu waktu mustajab untuk dikabulkannya doa adalah saat hujan turun. Ketika dunia ini ramai teriakan suara hujan, maka saat itu doa-doa sampai ke langit. Turunnya air akan berganti dengan naiknya permintaan-permintaan manusia ke Rabbnya. Aku tak mau kehilangan momen itu. Hujan sepertinya tahu.
Komentar