Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

Semoga lekas sembuh

Kalau anak-anak udah tidur, waktu terasa semakin panjang. Kerjaan-kerjaan yang tadi tak sempat dikerjakan, malah jadi ku kesampingkan. Lebih memilih istirahat dan scroll sosmed saja. Hari ini aku antar si bungsu berobat. Di sana sudah banyak anak-anak yang antre ditemani ayah ibunya. Aku jadi ingin juga, rindu ditemani suami atau bapakku untuk periksa Ucay dan Icay. Karena tadi repot sekali bawa bayi ke poliklinik rumah sakit, mendaftar, masuk ke ruang dokter dan antri obat sambil menggendong bayi aktif, menyusui dan bawa tas. Sepanjang 3 jam antre, aku mondar mandir menidurkan Icay yang terus-terusan menangis di koridor. Juga tak lupa mengecek cctv lewat hape, liat si kakak sedang apa. Karena belakangan, kakak juga kurang enak badan dan sering flu. Tapi… selelah-lelahnya bermain sama anak-anakku, aku tidak akan sampai stress dibandingkan ketika mendengar mereka sakit. Lelahnya bukan di fisik tapi pikiran. Aku bersyukur sekali dikaruniai dua anak laki-laki yang lucu. Aku selalu berhara...

It’s just a training phase

Jam 3.45 pagi. Sudah dua jam lebih aku menggendong Icay. Entah mengapa lima hari ini Icay banyak terbangun dan menangis di malam hari. Mungkin karena efek imunisasi. Mungkin juga karena growth spurt. Untungnya kafein yang aku minum tadi bekerja dengan baik. Mataku terjaga, meski badanku tak karuan. Aku masih siap bertempur. Sepanjang sejarah hidupku, ada beberapa keputusan “nekat” yang aku ambil. Beberapa berjalan dengan baik. Beberapa lagi yaah insya Allah semakin membaik. Tapi keputusan kali ini sepertinya memang lain kali perlu dipertimbangkan dan tidak untuk ditiru: punya anak kedua sebagai working mom di perantauan saat ART lama resign dan suami berangkat S2. Dengan catatan lagi: anak pertama super aktif dan titisan avengers. Sebelum mas berangkat, beberapa kali aku mempertanyakan kondisi ini. Orang tuaku ada untuk menemaniku sebelum dan setelah melahirkan tapi tentu tidak akan bisa selamanya. Tak ada juga orang yang bisa aku percaya untuk mengurus newborn kecuali keluarga. Tapi s...

3 hari lagi

Tiga hari lagi adek berusia 4 bulan. Sudah sejauh ini ya perjalananku dan masih harus terus berlanjut sampai anak-anakku besar. Lama juga aku tidak menulis, mungkin ini akan jadi update my life so far. Sepuluh hari setelah melahirkan Icay, suamiku berangkat ke Korea untuk studi S2. Meski sedih, aku masih tenang karena ada orang tuaku yang menemaniku. Hari-hari berjalan dengan berat, mengurus dua anak tanpa ART, tapi masih bisa terlampaui karena dukungan bapak dan mamak. Hampir setiap hari aku menangis. Karena lelah, karena rindu, juga karena Ucay yang tiba-tiba jadi sering tantrum. Entah bagaimana jadinya kalau aku sendirian. Hingga akhirnya Icay berusia 2,5 bulan dan orang tuaku bilang kalau mereka harus pulang kampung. Aku mulai kalang kabut mencari ART untuk mengerjakan pekerjaan harian dan momong Ucay. Akhirnya, ada ART yang aku pekerjakan, H-11 dari kepulangan orang tuaku hingga saat ini. Punya ART baru tentu tidak mudah. Banyak hal yang membuatku mengelus dada. Tapi cutiku telah ...

Menghitung Waktu

Saat ini pukul 20.30. Mas sedang keluar untuk menyelesaikan urusan pekerjaannya. Aku termenung di pinggir kasur. Ku tatap kedua anakku yang tertidur nyenyak di kedua sisiku. Si bungsu tidur di sebelah kanan, di dalam sebuah ranjang bayi warna abu-abu. Si kakak tidur di kasur, tepat di sebelah kiriku. Aku menatap mereka yang tertidur pulas, sambil menunggu kapan di adik akan bangun untuk minta susu. Dalam kesunyian ini, aku merenungi hari-hariku satu setengah tahun ke depan. Aku berjanji menjalaninya dengan baik dan bahagia tapi apakah aku bisa. Malam ini terasa agak lain. Aku merayakan kehadiran anak bungsuku sambil menghitung waktu. Sebentar lagi suamiku akan berangkat untuk studinya. Aku menghitung waktu untuk masih bisa menggenggam tangannya dengan bebas. Aku menghitung waktu untuk bisa mengobrol dengannya tanpa video call yang terbatas. Aku menghitung waktu sambil memikirkan semua kebaikannya padaku selama aku hamil hingga sekarang. Aku menghitung waktu mendengar celotehan anehnya....

#19 Tentang LDR

Awal menikah dulu, aku dan suami LDR selama 2 tahun karena aku harus menyelesaikan studi S2 ku. Di semester akhir kuliahku, wabah COVID-19 datang dan aku bisa berkumpul lagi dengan suamiku karena aku bisa kuliah from home sampai wisuda. Sekitar satu bulan setelah wisuda, aku hamil anak pertama. Aku dan mas bisa tinggal satu atap waktu itu dan menjalani hari-hari bak pasutri seutuhnya. Namun saat usia kehamilanku 5 bulan, kami bersepakat agar aku pulang kampung dan melahirkan di rumah orang tua. Aku dan suami tinggal berjauhan lagi hingga anakku berusia 1 tahun 3 bulan. Setelah tinggal bersama 2,5 tahun ini, belum terpikir bahwa kami akan menjalani LDR lagi. Momen-momen yang dulu sangat berat dan menyedihkan akan terulang. Scene sedih di bandara dan stasiun terkadang membayangiku. Tapi di pernikahan kami yang akan menginjak 7 tahun ini, rasanya akan berbeda. Prioritas kami berubah. Cinta-cintaan yang dulu membara bak remaja kini berubah menjadi cinta yang stabil dan penuh target masa de...

#16 Tentang Pilihan

Salah satu realita di dunia ini: untuk menjadi sukses, nilai bagus dan ketekunan saja tidak cukup. Kita harus punya banyak pilihan dan peluang. Keduanya dibuka oleh beragam faktor. Waktu SMP dan SMA, aku tidak banyak memilih. Aku dihadapkan satu sekolah yang dipilih orang tuaku. Aku tidak dipaksa tapi lebih memilih untuk menurut karena percaya pilihan orang tua. Lebih lagi, saat itu aku masih di bawah umur, jadi sudah sewajarnya orang tua punya andil yang besar. Aku tidak bersekolah di sekolah yang paling favorit. Tapi aku tetap senang menjalani hari-hari saat itu dan memiliki teman-teman yang solid hingga sekarang. Saat memilih perguruan tinggi, aku lebih tidak punya pilihan. Ketika teman-temanku memilih kampus terbaik A dan B. Aku hanya berpikir apakah aku bisa berkuliah saat itu dengan kondisi yang ada. Aku ingin sekali menjadi dokter, tapi aku juga tahu diri dengan situasiku saat itu. Aku tetap memilih jurusan itu, juga alternatif lainnya yang sesuai feelingku karena tidak ada yang...

#8 Noda Lipstik di Sprei Baru

Aku punya sprei warna putih yang baru. Sprei yang bagus dan harganya cukup mahal untukku, satu set pula dengan bed covernya. Aku juga sudah punya sprei yang serupa, makanya aku senang sekali punya sprei yang sama. Istimewanya lagi, sprei ini dibeli dengan diskon yang besar, penukaran poin yang dikumpulkan dari pembelian di toko itu. Saat sang sprei baru dipasang di kasur, kamarku serasa hotel bintang tiga. Spreinya lembut dan adem di kulit. Membuat siapapun yang tidur di atasnya akan merasakan istirahat yang lelap bagai terbuai di awan. Itu yang kurasakan beberapa hari ini. Namun sore ini menjadi sore yang kelabu untukku. Anakku dengan bahagianya mencoret sprei baruku dengan lipstik merah. Aku tak kuasa menahan marah, sedih, dan kecewaku. Melihat wajahku yang marah, anakku langsung merasa takut. Anak 3,5 tahun itu langsung minta maaf padaku. Tapi saat itu, pandanganku masih tertuju ke noda sprei. Aku tahu anakku masih kecil dan belum mengerti situasinya. Dengan berhati-hati aku bilang ...

#7 Memasak

Kata suamiku, skill memasakku berkembang dengan pesat. Setelah enam tahun pernikahan, akhirnya dia baru mengakui dengan tersirat -namun jelas- bahwa di awal pernikahan, rasa masakanku tidak enak. Sebenarnya aku juga sadar, tapi sedari dulu mas tidak pernah komplain. Maka selagi masakanku “edible” maka tidak ada masalah hehe. Tapi dari tahun ke tahun, aku merasa masakanku semakin baik. Dari segi rasa, proporsi dan juga kompleksitas -meski belum sebaik masakan ibuku. Skill memasak ternyata tidak bisa diturunkan dari generasi ke generasi. Walaupun begitu, pembelaanku atas keadaan ini adalah kemampuan memasak sebenarnya dipengaruhi oleh adat istiadat, gaya hidup, dan prioritas hidupku sedari dulu. Waktu TK, aku selalu juara kelas. Begitu pun SD dan SMP. Bahkan ada wacana aku akan dinaikkan satu tingkat karena sudah bisa mengikuti pelajaran dengan sangat baik. Maka saat itu, aku hanya berkutat dengan pelajaran, les, ekskul dan bimbingan olimpiade. Aku tidak pernah diberikan rutinitas dan tu...

#4 Pesan Bapak

Sebelum menikah, Bapak pernah berpesan, “pilihlah suami yang kira-kira kamu bisa menghormatinya”. Karena banyak pahala untuk istri dan beragam syariat Islam dalam pernikahan, datang dari penghormatan istri terhadap suaminya. Dalam hal ini aku menangkap bahwa aku harus memilih laki-laki yang sebisa mungkin aku mudah dalam menghargai orang tersebut dan menghormati setiap keputusan darinya serta tidak memicu “pembangkangan”. Kemudahan dalam menghormati seseorang sebenarnya lahir dari pemikiran, sikap, dan karakter orang tersebut. Orang yang jumawa dan kasar akan sulit dihormati. Sebaliknya, yang pemikirannya santun, sikapnya tenang dan bertanggung jawab tentu akan lebih mudah dihormati. Selain itu banyak faktor pula yang mempengaruhi ini termasuk kecocokan satu sama lain. Kini, tujuh tahun pernikahanku hampir tiba. Kadang aku masih merasa konyol dan agak aneh karena menikah dengan temanku di SMA wkwk. Tapi sungguh, hari ini aku terngiang ucapan Bapak dulu dan boleh jadi apa yang Bapak bil...

#3 Kabar Gembira Sore Ini

Ada berita yang kami tunggu-tunggu di awal Januari ini. Kabar yang mungkin akan mengubah haluan rumah tanggaku juga masa depan kami. Tanggal satu, tanggal dua, belum ada berita pasti. Entah kenapa aku yakin akan ada kepastian di tanggal tiga. Ternyata benar! Mas mengabari bahwa pengumumannya telah released: mas diterima S2 include beasiswanya. Aku mengucap syukur di Jumat berkah ini. Hal inilah yang dalam beberapa bulan ke belakang mas perjuangkan. Sebenarnya yang kutakutkan di awal bukanlah saat mas tidak diterima. Tapi aku takut dan tidak mau mas kecewa. Hidup akan lebih suram dengan kekecewaan. Selain itu mas juga harus putar otak lagi untuk mendaftar sekolah lain dan itu memerlukan waktu lagi yang menyita pikirannya. Aku ingin orang yang aku sayang hidup dengan baik, pikiran ringan dan sehat. Maka, berita ini benar-benar membuatku bahagia. Tapi di samping itu semua, mulai muncul kekhawatiran akan ini itu. Ada perasaan yang bercampur aduk dan belum siap LDR lagi meski sebentar. Duh,...

#2 Tips-tips mendaftar CPNS Dosen

Tips ini bahkan bisa digunakan untuk momen lainnya, yaitu: “Banyak berdoa semoga menjadi hamba yang beruntung 😄” Jika mencari tips-tips yang memotivasi, tentu sudah ada youtube yang menjadi sumber utama. Tapi sebagai orang yang sudah berusia kepala 3 (meski masih terasa 17 tahun), ada beberapa realita hidup yang tak sejalan dengan masa remaja dulu. Aku bukan orang yang percaya mimpi, lalu menulis mimpi itu di secarik kertas dan menempelkannya di dinding. Aku selalu yakin bahwa segala yang kita inginkan hanya dapat diraih dengan kerja keras. Aku tidak bisa mengandalkan siapa pun dalam hidupku. Semua itu aku lakukan sejak SD hingga SMA. Untuk mendapatkan nilai baik maka aku akan belajar, begadang, berdoa, dan ikut bimbel tambahan. Aku juga mengurangi waktu bermain dan hanya ikut satu ekskul. Aku tidak pacaran karena akan banyak drama yang membuang-buang waktu belajarku. Hingga akhirnya aku menghadapi banyak hal yang sudah ku usahakan tapi tidak membuahkan hasil maksimal. Perjuanganku se...