Langsung ke konten utama

#16 Tentang Pilihan

Salah satu realita di dunia ini: untuk menjadi sukses, nilai bagus dan ketekunan saja tidak cukup. Kita harus punya banyak pilihan dan peluang. Keduanya dibuka oleh beragam faktor.

Waktu SMP dan SMA, aku tidak banyak memilih. Aku dihadapkan satu sekolah yang dipilih orang tuaku. Aku tidak dipaksa tapi lebih memilih untuk menurut karena percaya pilihan orang tua. Lebih lagi, saat itu aku masih di bawah umur, jadi sudah sewajarnya orang tua punya andil yang besar. Aku tidak bersekolah di sekolah yang paling favorit. Tapi aku tetap senang menjalani hari-hari saat itu dan memiliki teman-teman yang solid hingga sekarang.

Saat memilih perguruan tinggi, aku lebih tidak punya pilihan. Ketika teman-temanku memilih kampus terbaik A dan B. Aku hanya berpikir apakah aku bisa berkuliah saat itu dengan kondisi yang ada. Aku ingin sekali menjadi dokter, tapi aku juga tahu diri dengan situasiku saat itu. Aku tetap memilih jurusan itu, juga alternatif lainnya yang sesuai feelingku karena tidak ada yang mengarahkan. Itu pun dengan keraguan bagaimana dan apakah bisa 4 tahun akan berlalu. Tapi berkat rahmat Allah, aku bisa lulus kuliah di kampus negeri dengan jurusan kimia. Meski bukan kampus top 3 atau top 5 yang sering disebut-sebut di Indonesia.

Lulus kuliah, aku diminta untuk bekerja. Pembimbing skripsiku mewanti-mewanti aku untuk studi lanjut. Tapi aku tahu, aku harus mulai berpenghasilan sebagai anak pertama. Selang dua bulan setelah wisuda, aku beruntung mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tinggi di kampung halamanku. Namun takdir berkata lain. Bukannya naik pangkat, aku malah resign setelah 8 bulan dan ini didukung pula oleh orang tuaku karena job desk yang berisiko.

Setelah resign, aku melamar pekerjaan lagi di beberapa tempat. Namun, keberuntunganku sepertinya telah usai. Aku juga mencoba mendaftar beasiswa luar dan dalam negeri, namun tidak ada satu pun yang lolos. Saat itu fokusku hanya mendapat pekerjaan pengganti untuk menyambung hidup. Aku tidak bisa jadi beban orang tuaku karena memang tidak mencukupi. Hingga akhirnya pembimbing skripsiku menawariku pekerjaan sampingan sekaligus kuliah S2 di kampus yang sama. Aku bingung. Sebenarnya, aku masih ingin berjuang agar diterima di kampus lain, atau kampus luar negeri yang mentereng di Edinburgh seperti cita-cita ku dulu (yang selalu aku jadikan wallpaper laptopku) tapi lagi-lagi, aku tidak punya pilihan.

Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku resmi menjadi mahasiswa S2 di kampus yang sama dengan S1 ku dulu dengan beasiswa. Tiba-tiba, saat menghitung hari awal masuk kuliah, aku mendapat panggilan interview di Rumah Atsiri Indonesia. Setelah wawancara, aku menelepon ibuku dan meminta pertimbangan apakah jika diterima, sebaiknya aku ambil pekerjaan itu atau tetap lanjut kuliah. Ibuku tidak meminta tapi menyarankan aku untuk bekerja saja. Toh, lulus S2 nanti juga akan cari kerja. Namun, hingga hari ini, aku tidak mendapat kabar lagi tentang hasil wawancara itu sehingga aku tetap lanjut kuliah S2 hingga selesai.

Setelah menikah, suamiku bekerja di Samarinda. Waktu itu aku belum bekerja, lalu ada lowongan CPNS dosen yang satu kota dengan tempat suamiku bekerja. Tentu saja, aku tidak punya banyak pilihan. Aku mendaftar ke kampus itu dan alhamdulillah diterima.

Kini, aku sudah jadi ibu dari satu orang balita dan satu bayi di kandungan. Namun, masih ada tanggung jawab studi yang belum aku tuntaskan yaitu S3. Aku tidak tahu apakah aku punya kesempatan untuk sekadar mendaftar kampus dan negara yang aku suka. Apakah aku punya pilihan kapan aku bisa memulai studi. Karena makin banyak peran, makin besar tanggung jawab sebagai seorang ibu, tentu makin banyak “penyesuaian” yang harus dilakukan.

Begitulah sekelumit kisahku mengenai “pilihan”. Aku bukan tidak punya pilihan sama sekali, namun saat itu rentang pilihanku sangat sempit. Masih ada sekelumit isi hati yang kompleks, saat teringat beberapa titik penting hidupku hadir karena sempitnya pilihan.

Tapi yah apa gunanya mengutuki langit malam. Nyatanya, tidak punya pilihan pun merupakan suatu pilihan untuk lanjut atau berhenti berusaha. Bisa jadi malah tidak adanya pilihan ini adalah pilihan dari Allah swt. yang berakhir baik seperti sekarang. Bukankah memang itu esensi dari kehidupan?

Meski ada beberapa hal yang dulu tidak bisa kuraih, bukan berarti aku tidak bahagia. Tidak bisa pula diartikan bahwa segala yang aku dapatkan bukan merupakan sesuatu yang membanggakan. Boleh jadi hal kecil yang kita sesali malah adalah jadi sesuatu yang didambakan orang lain.

Maka, aku terus bersyukur akan kehidupan ini. Aku akan menjalani takdirku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks MC Bahasa Inggris di Acara Kuliah Pakar (Stadium General)

Rabu kemarin aku diminta jadi MC di acara kuliah pakar dengan dua pembicara. Satu satunya pembicara dari Turki dan satunya lagi adalah dosen UNS sekaligus mahasiswa post-doc di Dortmund, Jerman. Acaranya alhamdulillah lancar meski didn't run smoothly. So, di sini aku akan share teks MC berbahasa inggris. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang membutuhkan.  Ladies and gentleman, may I have your attention please. Please have a seat because opening ceremony is about to begin. Assalamualaikum wr wb. Good Morning ladies and Gentleman, welcome to  2 nd Floor room, Graduate School, Universitas Sebelas Maret. We would like to express our sincere gratitude to 1.   Excellency The Head of Chemistry Graduate Program / Dr. rer. nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si 2.   Honourable the speaker from Department of Chemical Engineering, Izmir Institute of Technology/ Prof. Selatahattin Yilmaz, welcome to Indonesia. 3. Honourable the speake...

Tahapan Rekrutmen Medical Delegate Trainee (MDT) PT Nestle Indonesia Oktober-November 2015

Karena banyak yang request, akhirya aku bikin edisi yang more detail.  Posisi MDT PT. Nestle Indonesia bisa didapatkan melalui rekrutmen kampus, jobfair, dan event pencarian kerja lainnya. Rekrutmen kampus mungkin salah satu yang berpeluang besar untuk kita, terutama fresh graduate. UNS Surakarta. Posisi yang ditawarkan adalah Medical Delegate Trainee (MDT). Saat aku mendaftar dulu, secara umum tahap seleksinya ada 7 : short interview, focus group discussion, in depth interview, join visit, final interview, medical check up, dan salary offering. Kalau dari rekrutmen kampus, biasanya kita diminta mengisi form online mengenai biodata kita. Kemudian, pada hari yang sudah ditentukan, kita diminta datang ke tempat seleksi. Pastikan pakai baju yang rapi dan bersepatu. Nestle akan  mengawali rekrutmen dengan memberikan presentasi mengenai introduction about perusahaan. Nestle bergerak di bidang nutrition, health, and wellness. Tagline nya adalah good food, good life. Selanjut...

Cara Mengisi Formulir Visa Nasional (Residence Permit) Kedutaan Jerman

Hai travellers! Apply visa untuk pertama kali memang agak membingungkan. Tapi jangan takut, asalkan semua syarat sudah terpenuhi, proses pembuatan visa pasti jadi semakin mudah dan lancar. Formulir merupakan salah satu syarat pengajuan visa. Mau ga mau kita harus mengisinya kan? Kabar baiknya adalah formulir harus diisi dalam bahasa jerman! Saya sempet bingung karena ga bisa bahasa Jerman. Tapi Alhamdulillah, dengan segala macam upaya akhirnya sekarang saya sudah bisa mengisi formulir tsb dan akan share ke teman-teman yang membutuhkan. Pertama download dulu formulirnya di sini :  http://m.jakarta.diplo.de/contentblob/3453968/Daten/4808067/antrag_national.pdf Mengisi formulir boleh dengan cara diketik atau ditulis tangan. Setau saya warna tintanya juga bebas, boleh hitam atau biru. Eh, tapi jangan merah ya, aneh kayaknya haha. Yuk kita mulai mengisinya :)