Aku menulis ini di kesunyian malam. Diapit dua anak laki-lakiku yang tertidur pulas. Ditemani juga dengan mbak ART. Kami tidur bersama-sama di sebuah hotel dalam rangka pengungsian. Rumah kami kebanjiran.
Kini air mulai surut. Teman dan kerabat datang membantu. Kami telah beristirahat malam di tempat yang nyaman setelah 10 jam diliputi rasa lelah dan panik. Tapi di tengah keadaan yang mulai membaik, aku tiba-tiba rindu suamiku. Saat kulihat bola matanya tadi menyiratkan kekhawatiran yang besar —saat aku terus mengabarinya tentang keadaan di sini. Seperti cemas tapi tak bisa berbuat banyak karena jarak yang cukup memberi batas.
Aku rindu perasaan aman saat berada di dekatnya. Serasa dunia akan selalu baik-baik saja. Semua duka, lara, dan kecemasan tak bertepi tiba-tiba sirna. Aku rindu saat bumi terasa berhenti, waktu mati, dan hanya aku dan dia yang abadi.
Aku tahu, aku tak pernah salah memilih rumah.
Komentar