Dengan mengucap syukur alhamdulillah, hari ini adek sudah berusia 5,5 bulan. Setengah langkah lagi menuju mpasi. Rasanya bulan-bulan yang lalu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana mengurus adek sendirian seperti ini sejak mama bapak pulang. Tapi ternyata, sambil terseok-seok, semua tetap berjalan dengan baik dan dengan hati yang lapang.
Awal kelahiran adek Icay sangat menyenangkan buatku. Aku merasa cepat recovery dan asi-ku langsung diproduksi. Mungkin karena aku bahagia bisa melahirkan di rumah sakit yang bagus, gratis dan ditemani suami. Aku juga terbantu oleh mama bapak dalam mengurus adek, Ucay serta pekerjaan rumah. Adek sangat lancar minum asi lewat dot dan dbf. Aku pun bisa “bernapas” dan beristirahat saat adek diasuh nenek kakeknya. Aku juga bisa tetap mengurus Ucay yang baru beradaptasi dengan pertambahan anggota keluarga.
Tapi lama kelamaan ternyata 75% asupan asi adek lewat botol dot. Ditambah lagi ternyata adek tongue tie (tapi tidak perlu diinsisi karena derajatnya ringan dan masih bisa menyusu). Aku pun mulai menjadi mama eping dengan segala perintilannya: pompa asi corong dan handsfree, kantong asi, cooler bag, ice gel, kulkas freezer, bottle warmer, dan tentunya botol dot.
Jadi mama eping ternyata sangat “ribet”, baik perlengkapan, persiapan dan effort yang dikeluarkan. Bahkan aku harus terus belajar bagaimana meningkatkan produksi asi dengan memilih corong breastpump yang pas, mode yang tepat, power pumping, juga rutin pumping 2-3 jam sekali (malam hari juga). Aku selalu pergi kemana-mana dengan peralatan “perangku” dan mencari tempat untuk pumping. Semua aku jalani hingga 2,5 bulan.
Kadang aku membayangkan, bagaimana caranya aku pumping jika mengurus adek sendiri. Apakah mungkin akan sempat pumping tiap 2 jam? Apalagi harus pergi keluar rumah dengan seperangkat keperluan pumping yang “seabrek” sambil menggendong adek :(
Tapi tahu gak, ternyata benar, pertolongan Allah sangatlah dekat —jadi pingin nangis terharu. Kurang seminggu mama bapak pulang, tiba-tiba adek menolak dot. Dbf masih mau tapi sebentar-sebentar saja. Aku bingung bukan kepalang. Kok bisa. Dengan kondisi itu berbagai upaya kulakukan agar adek bisa minum botol dot lagi. Aku juga terus rutin melatih dbfnya. Hingga aku berada dititik persimpangan. Aku dan adek harus “dipaksa” belajar salah satu : dot or dbf! dan aku memilih dbf.
Masa transisinya jangan ditanya. Tapi dengan segala daya dan upaya, adek bisa tetap naik berat badan huhuhu meski belum maksimal. It’s okay. Kami akan latihan terus.
Hingga kini, adek membuatku lebih ringan menjalani hidup. Membuat pikiranku tenang karena bisa memberikan full asi. Bawaanku saat pergi-pergi juga jadi lebih simpel. Adek selalu menemaniku kemanapun aku pergi. Terima kasih, Adek.
Adek adalah bayi yang sehat, bayi yang tenang dan menyenangkan. Sejak umur sebulan, adek seperti selalu memberikan respon senyuman saat disapa. Apalagi sekarang. Saat melihat kakak, adek selalu tertawa dan memperhatikan. Semoga jadi sahabat yang baik ya dek sampai dewasa. Adek juga selalu pengertian. Di segala medan dan cuaca, adek tetap merasa nyaman di dekapan mamanya. Orang-orang yang melihat adek terus berkata bahwa adek bayi yang baik. Aku pun bisa bertahan sejauh ini karena bayi keduaku adalah adek. Alhamdulillah.
Terima kasih ya, Dek.
Komentar