Aku punya sprei warna putih yang baru. Sprei yang bagus dan harganya cukup mahal untukku, satu set pula dengan bed covernya. Aku juga sudah punya sprei yang serupa, makanya aku senang sekali punya sprei yang sama. Istimewanya lagi, sprei ini dibeli dengan diskon yang besar, penukaran poin yang dikumpulkan dari pembelian di toko itu.
Saat sang sprei baru dipasang di kasur, kamarku serasa hotel bintang tiga. Spreinya lembut dan adem di kulit. Membuat siapapun yang tidur di atasnya akan merasakan istirahat yang lelap bagai terbuai di awan. Itu yang kurasakan beberapa hari ini.
Namun sore ini menjadi sore yang kelabu untukku. Anakku dengan bahagianya mencoret sprei baruku dengan lipstik merah. Aku tak kuasa menahan marah, sedih, dan kecewaku. Melihat wajahku yang marah, anakku langsung merasa takut. Anak 3,5 tahun itu langsung minta maaf padaku. Tapi saat itu, pandanganku masih tertuju ke noda sprei. Aku tahu anakku masih kecil dan belum mengerti situasinya. Dengan berhati-hati aku bilang bahwa aku sedang marah dan minta tolong anakku untuk bermain di luar kamar. Aku menenangkan diri sambil mencoba membersihkan noda yang ternyata masih membekas hingga sekarang.
Aku jadi teringat kejadian lain saat aku pernah makan nasi padang sambil menangis. Waktu itu aku dapat pembagian nasi padang di kampus. Aku sangat sibuk hari itu dan merencanakan makan nasi padang ketika pulang ke rumah nanti. Sudah kubayangkan ayam kari yang berbaur mesra dengan nasi, daun singkong, kuah santan dan sambal lado. Nikmatnya. Sepulang kerja, aku mencuci tangan lalu membuka bungkusan nasi padangku di lantai. Aku makan satu dua suap dengan lahap dan bahagia. Tiba-tiba, anakku datang dan menginjak nasi padang yang sedang aku santap ☺️ aku mencoba memahami situasi itu. Meski kecewa, aku hanya menghela napas. Setelah membersihkan kaki anakku, aku melanjutkan lagi makan nasi padang itu di bagian yang tidak terinjak. Sambil menangis.
Kadang semua perasaan yang ada tidak hadir karena sekadar sprei, bukan pula nasi padang. Tapi lebih kompleks dari itu.
Komentar