Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Takut Kehilangan

Pernah ga merasa takut kehilangan yang sangat besar? Aku pernah. Takut ditinggal ibuku. Waktu itu ibuku sakit, aku lagi ujian nasional SMA dan aku tidak diberi tahu sama sekali (aku tinggal di asrama). Setelah UN usai, dapat pengumuman diterima SNMPTN, lalu pulang ke rumah, aku tahu semuanya. Saat itu aku takut sekali kehilangan ibuku. Kemudian aku harus pergi lagi ke rantau untuk meneruskan kuliah dan itu rasanya beraaat sekali. Aku ga mau dapet kabar menyedihkan dari rumah. Tapi, alhamdulillah sekarang ibuku sudah jauh lebih baik dan semakin sehat. Kekhawatiran yang berlebihan itu telah sedikit pudar. Malam ini, aku merasakan lagi hal yang sama seperti beberapa tahun silam. Hal yang membuatku bergetar dan berdoa. Aku sungguh tak ingin kehilangan. Kali ini bukan pada ibuku, tapi pada seseorang, sebut saja A. Aku sudah cukup lama mengenalnya tapi baru beberapa tahun ini jadi akrab. Kami merasa cocok untuk sharing apa pun, diskusi serius atau pun bercanda, dan saling mendukung dalam se...

Nasihat ibu : yang dipilih dari perempuan

Tempo hari ibu saya menasihati saya banyak hal. Maklum, usia anaknya sudah mencapai seperempat abad, ibarat bunga sudah bukan kuncup lagi. Kata ibu, usia 25 tahun itu seperti bunga yang sedang mekar-mekarnya, sedang harum-harumnya dengan warna yang mencolok, menunggu dihinggapi kumbang atau kupu-kupu. Namun, k ita harus dihinggapi dengan cara yang santun, yang mau komitmen. Tidak serta merta kita tebar pesona ya biar cepet dapet pasangan.  Entah mengapa, bagi saya, agak malu jika perempuan yang maju duluan. Ini murni pendapat pribadi. Banyak juga wanita yang berjuang mendapatkan cinta sejatinya. Saya juga tahu kalau pihak Khadijah "Ath-Thahirah" "Sang Ratu Arab yang masyaa Allah cantik dan kaya" itu duluan yang "nembung" Nabi Muhammad. Saya yakin Allah telah mengaturnya demikian. Namun, kalau saya yang disuruh begitu, saya malu hehe. Mungkin sebagian wanita Indonesia juga malu dan "agak gengsi" kalau disuruh menyatakan suka duluan. Nah, berhubun...

Sholatnya gimana?

Sering ditanya begitu sama temen-temen. Urusan sholat memang yang pertama aku khawatirkan ketika pertama kali tiba di Jerman. Alasannya simpel : di sini ga ada ruang sholat di setiap tempat umum, ga ada fasilitas untuk wudhu dan ga ada istirahat sholat juga. Sebelumnya aku udah tanya sama dosen yang dulu kuliah di sini, di mana beliau sholat kalau lagi di kampus. Beliau menjelaskan kalo lagi di kampus beliau sholat di lab, atau perpus tapi kalo lagi keluar rumah, lebih ekstrem, bisa sholat di tram atau s-bahn (kereta). Aku pernah tanya temenku, muslim Egypt. Dia anak kedokteran dan kampusnya beda. Dia bilang biasa sholat di coffee room atau ruang kosong apa aja dan pinjem kunci ke bagian cleaning service.   Minggu pertama di sini, alhamdulillah fine, soalnya belum masuk kuliah. Aku cuma jalan-jalan puter kota Leipzig dan langsung pulang pas waktu sholat. Nah, pas udah masuk kuliah mulai kerasa sulitnya!!!!! Waktu sholat di sini selama autumn dan winter kira-kira : Subuh j...

Mendung

Hari ini sepertinya Kota Leipzig mendung. Langit pukul 7, seperti malam hari. Aku bergegas melihat perkiraan cuaca di ponselku. Nol derajat, hujan salju. Aku menengok ke luar jendela. Nggak ada salju. Ramalan cuaca memang sering salah. Namanya juga ramalan. Meski dengan ilmu, teknologi, perhitungan yang luar biasa kerennya, tak ada yang bisa menggangu qodarullah. Aku beranjak dari kasurku. Segera move on. Lapar. Segera kumakan saja nasi telur yang sudah ku siapkan. Aku putar otak. Aku ingin pergi jam 09.00. Aku harus belanja. Besok hari Ahad dan hampir semua toko tutup. Minggu kemarin aku kecolongan beli daging ayam yang ternyata tidak halal. Aku pikir semua produk dari trademark itu halal. Terpaksa dagingnya aku sumbangkan dan aku harus membeli bahan makanan lagi untuk persiapan musim dingin. Musim dingin = lapar tanpa henti. Jam 09.30 aku baru keluar dari studentenwohnheim. Aku siap mengahadapi cuaca dingin dengan baju dan celana lapis-lapis, pake longjohn, pake syal, dan sa...

Mencintai itu...

Mensyukuri. One word. Easy to say, difficult to do. Believe me.

Saat Tidak Bersemangat

Lama sekali tidak blogging. Kuliah dan lab course benar-benar menyita waktu. Dua minggu belakangan ini rasanya males banget ngapa-ngapain. Kuliah males, nge-lab males, makan males, dan males-males lain. Rasanya pengen pulang aja. Pengen berhenti. Pengen stop semua ini. Pernah ga sih ngerasa gitu? Pernah ga sih ngerasa " tidak bersemangat, terasa penat, hidup rasanya berat".. Ga mau berlarut-larut ga produktif, I have to do something! Aku coba berbagai cara untuk semangat. Salah satunya dengan membuat skenario menakutkan di pikiran supaya sadar dan cepet bangun. Misal lagi males belajar, biar semangat aku buat cerita : kalo ga belajar nanti ga lulus lho, kalo ga lulus nanti pulang-pulang malu, bla bla bla. Pikiranku malah balik jawab "gpp tuh". Eh ga mempan. Uuuuh jangaaan. Aku harus lulus! Aku coba cara lain: Nonton film! Biasanya kalo abis nonton film jadi semangat lagi dan kangen belajar karena ngerasa ngabisin waktu ga penting. Aku mulai cari-cari film d...

Ribetnya Makan

Sesuai judulnya, akhir-akhir ini aku mengalami peristiwa demi peristiwa yang menunjukkan aku jadi lebih "rempong", lebih ribet dari biasanya. Rempong dalam makan, rempong dalam sosialisasi, rempong dalam tempat tinggal, dan rempong dalam hal lainnya. Pertama kali ke Leipzig membuatku harus adaptasi dengan aktivitas sehari-hari yang jauh berbeda dengan di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan syari'at Islam.   Sebagai muslimah, tentunya aku ga boleh jajan sembarangan. Di swalayan, aku melihat macem-macem daging yang dijual dan banyaaak sekali variasi pork seperti sosis, daging mentah dan nugget. Daging ayam dan sapi juga ada tapi ga ada tulisan halalnya. Sangat jarang sekali di sini, bahkan  ga di semua toko ada. Sebagai reminder, Islam udah ngatur bahwa halal itu bukan hanya kandungannya, tapi cara menyembelih dan cara mendapatkannya juga. Walaupun dagingnya halal, rasanya ga mungkin mereka nyembelihnya dengan menyebut nama Allah hehe. Sebagai alternatif, aku bis...

Dipilih untuk Memilih

Kemarin aku duduk di halte Wilhem-Leuschner Platz. Cuaca memang sedang tak bersahabat. Besaran suhunya bisa disebutkan dengan jari. Belum lagi angin-angin menerobos ke sela-sela pakaianku. Tubuhku masih karakteristik Asia. Masih harus adaptasi. Tapi hebatnya tak ada orang masuk angin di sini (karena pasti menyebutnya dengan demam atau flu). Orang-orang Jerman hebat. Tak ada yang manja. Semua oke-oke saja saat harus naik kendaraan umum atau jalan kaki di segala cuaca. Sambil bengong nungguin bus, aku cuma melihat-lihat sekeliling. Tapi tiba-tiba fokusku mengarah ke sumber suara di sampingku. Suara isak tangis. Aku memang tidak berani melihat langsung, tapi sesekali aku melirik. Aku lihat ada seorang wanita usia sekitar 27 tahun sedang menangis sambil menatap handphone yang ia genggam dan menggendong bayi imut. Mungkin dia berkelahi dengan suaminya, atau mungkin juga dapat berita buruk yang membuat ia sedih. Allahu a'lam. Tapi yang paling menarik untuk dilihat adalah penampilanny...

Masalah Semester Fee

Permasalahan datang lagi :D   Mungkin inilah hidup yang hidup, yaitu ketika ada masalah untuk bahan cerita ke anak cucu nanti. Permasalahan ini muncul tanpa terduga karena aku sudah merasa organizing everything well .  Seluruh siswa di Leipzig wajib membayar semester fee. Bukan uang kuliah, tapi kontribusi untuk free transportasi (bus, tram, kereta dalam kota). Setelah bayar semester fee, kita akan dapat enrolment certificate dan unicard. Unicard ini yang nantinya sebagai bukti kalo kita ga perlu beli tiket transportasi selama selama satu semester. Unicard juga bisa diisi (top-up) uang untuk makan di mensa am park dan cafetaria kampus, bisa untuk bayar print dan fotokopi juga di beberapa lokasi kampus. Selain itu, unicard juga berfungsi sebagai kartu perpustakaan. Banyak banget kan gunanya.   *** By the way, ketika sudah beberapa hari di Leipzig, aku memutuskan segera enroll ke kampus pusat (semacam registrasi on-desk) . Tapi tapi tapi ketika aku kasih berkas-berka...

Jakarta-KL-Amsterdam-Berlin

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan -Ebiet G. Ade   Setelah melewati serangkaian fenomena penuh drama, sampai juga di waktu yang telah ditunggu-tunggu. Aku, yang sama sekali belum pernah ke luar negeri, Malaysia atau Singapura aja belum, pada akhirnya malah akan pergi ke Eropa! Sejarah banget. Saat itu aku hanya berjalan lurus ke check-in counter dengan menggeret koper besar berisi 19 kg, tas tentengan 12 kg, menggendong ransel 7 kg, dan membawa hati yang beratnya tak terkira. Aku ga mau menoleh ke belakang, barang satu kali pun tidak. Karena di belakangku, yang aku tinggal, ada ribuan kisah yang belum usai, yang akan berlanjut saat aku pulang tahun depan nanti. Kisah yang juga akan menjemputku di bandara kelak, kemudian menghidupkan lagi detik demi detik hidupku yang sesungguhnya -yang kini sedang di-pause-. Terima kasih menjadi langitku, tanah pijakanku, dan mentari yang menghangatkan. Aku masuk ke pesawat superbesar, yang baru...

Ketinggalan Pesawat ke Jerman (3) - selesai

Oke, kita sambung lagi ceritanya. Akhirnya dengan GIA, aku sampe di Jakarta jam 18.15. Aku langsung lari-lari tuh ke tempat pengambilan bagasi. Nunggu dan nunggu, eh kopernya ga keluar-keluar sampe jam 18.30. Padahal jam segitu pesawat KLMnya sudah close gate, (tarik nafas panjang) artinya aku ketinggalan pesawat :) Sebenernya di pesawat tadi sudah feeling sih pasti ga kekejar. Tapi kan masih berharap ada mukjizat. Siapa tau pesawat ke Jermannya delay juga atau gimana kek hahaha. Ternyata ga semulus yang diharapkan. Yasudah lah, ini qodarullah. Semua sudah berusaha dan hasilnya demikian. Tapi perjuangan belum berhenti. Jadi, sebenernya aku ke Jerman tuh bertiga. Aku berangkat bareng mbak A, terus B (inisial aja ya soalnya belum izin namanya dipublikasi :D) berangkat sendiri dengan maskapai yang beda. Kebetulan si B juga lagi ada masalah. Dia terdholimi karena close gate-nya lebih awal dan ga ada pemberitahuan. Karena doi lagi di terminal 2, akhirnya aku sama mbak A minta tolong dia u...

Ketinggalan Pesawat ke Jerman (2)

Ternyata proses refund itu lama, dan pesawat GIA nya udah mau berangkat. Aku berkali-kali dipanggilin sama mbak-mbak CS GIAnya. Apa daya. Aku ga tau harus gimana. Rasanya pengen marah terus. Berkali-kali aku istighfar, tapi udah emosi dan panik banget. Akhirnya, berhasil deh ngerefund dan dapet 2x lipat dari harga tiket. Masalah barunya adalah beli tiket GIAnya. Aku ga bawa uang cash -_- dan ga bisa bayar pake kartu debit -_-. Aku juga ga yakin punya uang buat bayar tiket GIA karena waktu itu harga tiketnya 1,2 juta. Uangku juga sudah dituker ke euro. Temenku juga ga bawa uang segitu. Aaaaa. Terus aku cek deh saldoku lewat sms banking, alhamdulillah masih cukup di tabungan. Masalahnya lagi aku harus ngambil uangnya lewat ATM, aku ga tau ATMnya di mana dan seberapa jauh. Alhasil aku lari-lari dianter bapak-bapak CS penerbangan yang pertama buat ke ATM. "Kalo ditinggal pesawatnya gimana, pak?" "Enggak kok, masih ditungguin" "Ya Allah~" Setelah uang ada di t...

Ketinggalan Pesawat ke Jerman (1)

Ini merupakan pengalaman yang paling buruk selama berpergian. Setelah semua barang siap, aku mulai ancang-ancang berangkat. Aku akan berangkat ke Jerman dengan maskapai KLM dari Jakarta. Take off nya jam 18.45. Rencananya aku berangkat dari Solo ke Jakarta di hari yang sama, naik pesawat jam 13.40 dan sampe Jakarta jam 14.50. Pas banget waktunya. Aku juga udah check in online untuk pesawat KLM nya. Paginya, aku kondangan dulu haha. Terus sekitar jam 11 aku diantar temen-temen ke bandara Adi Soemarmo, Solo. Kebetulan ga jauh dari tempat kondangan. Sampe di sana aku belum ada firasat apa-apa. Masih happy-happy aja. Aku masiih sempet becandaan dan foto sama temen-temen.   Pas jam 12, eh ada pemberitahuan ternyata jadwal penerbanganku di-delay sampe jam 15.00. Yasudah ga papa deh, masih ada waktu. Kan nyampe Jakarta sekitar jam 16.00, pesawat ke Jermannya masih jam 16.45, santai. Terus aku nungguin dari jam 12 sampe jam 2 siang sampe kering -_- Tiba-tiba ada pemberitahuan lagi le...

Persiapan Barang ke Luar Negeri

Halo semua! Berangkat ke luar negeri menjadi a big deal, khususnya bagi yang baru pertama kali seperti aku.Soalnya, kita ga bisa seenaknya kirim barang kalo ada yang ketinggalan. Bisa menyesal juga kalo ternyata kita bisa bawa tapi ternyata ketinggalan. Buat yang afford buat beli, it's okay. barang-barang yang biasa dibeli sehari-hari mungkin bisa dibeli di negara tujuan (kalo mengandalkan beasiswa seperti aku, rasanya pengen yang bisa dibawa aja semua biar irit). Tapi dokumen-dokumen penting, duh bisa rempong kalo ketinggalan. FYI, aku ikut mobility program ke Jerman dari Erasmus+ selama winter semester. Jadi barang apa aja yang kemarin aku persiapkan? Pertama dan paling utama, cek kuota dan dimensi bagasi anda. Ini sangat penting biar kita ga over bagage. Penerbanganku kemarin, mensyaratkan berat bagasi maksimum 23 kg dan untuk kabin 12 kg. Selain itu, panjang+lebar+tinggi tas juga sudah ada ketentuannya. Jadi jangan sampe salah bawa tas ya, bisa repot kalau terlalu besar. Unt...

Teks MC Bahasa Inggris di Acara Kuliah Pakar (Stadium General)

Rabu kemarin aku diminta jadi MC di acara kuliah pakar dengan dua pembicara. Satu satunya pembicara dari Turki dan satunya lagi adalah dosen UNS sekaligus mahasiswa post-doc di Dortmund, Jerman. Acaranya alhamdulillah lancar meski didn't run smoothly. So, di sini aku akan share teks MC berbahasa inggris. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang membutuhkan.  Ladies and gentleman, may I have your attention please. Please have a seat because opening ceremony is about to begin. Assalamualaikum wr wb. Good Morning ladies and Gentleman, welcome to  2 nd Floor room, Graduate School, Universitas Sebelas Maret. We would like to express our sincere gratitude to 1.   Excellency The Head of Chemistry Graduate Program / Dr. rer. nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si 2.   Honourable the speaker from Department of Chemical Engineering, Izmir Institute of Technology/ Prof. Selatahattin Yilmaz, welcome to Indonesia. 3. Honourable the speake...

30 Hari di Kampung Inggris (bagian 1)

Sebenernya aku masih ada kerjaan untuk bikin paper. Tapi kenapa ya, kadang kita banyak yang harus dikerjain tapi malah ngerjain yang lain yang ga seharusnya dikerjain. Well, aku pengen banget share tentang kebahagianku waktu berada di Kampung Inggris. Yap, tepatnya di Pare, Kediri, Jawa Timur. After resignation, aku berniat ngisi waktu kosong dengan belajar bahasa Inggris khususnya IELTS. Si cantik IELTS ini memang jadi syarat wajib kalo kita mau menimba ilmu di Eropa, apalagi lewat beasiswa. So, dengan berbagai pertimbangan berangkatlah aku ke negeri scholarship hunter itu. Biar dapet transportasi yang lebih murah, aku naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Senen ke Stasiun Kediri. Perjalanannya butuh waktu 13 jam. Mantap banget. Sampai di sana udah banyak bapak-bapak tukang becak yang nawarin, "Kampung Inggris? Kampung Inggris?" gitu. Udah kayak jadi artis. Terus-terus aku akhirnya naik becak sebesar 20.000 untuk dua orang. Terus-terus, aku diturunin di mana ya gitu lupa h...