Tempo hari ibu saya menasihati saya banyak hal. Maklum, usia anaknya sudah mencapai seperempat abad, ibarat bunga sudah bukan kuncup lagi. Kata ibu, usia 25 tahun itu seperti bunga yang sedang mekar-mekarnya, sedang harum-harumnya dengan warna yang mencolok, menunggu dihinggapi kumbang atau kupu-kupu. Namun, kita harus dihinggapi dengan cara yang santun, yang mau komitmen. Tidak serta merta kita tebar pesona ya biar cepet dapet pasangan. Entah mengapa, bagi saya, agak malu jika perempuan yang maju duluan. Ini murni pendapat pribadi. Banyak juga wanita yang berjuang mendapatkan cinta sejatinya. Saya juga tahu kalau pihak Khadijah "Ath-Thahirah" "Sang Ratu Arab yang masyaa Allah cantik dan kaya" itu duluan yang "nembung" Nabi Muhammad. Saya yakin Allah telah mengaturnya demikian. Namun, kalau saya yang disuruh begitu, saya malu hehe. Mungkin sebagian wanita Indonesia juga malu dan "agak gengsi" kalau disuruh menyatakan suka duluan. Nah, berhubung pas masa sekolah saya jarang mikirin begitu, jarang ngurusi "perasaan dengan laki-laki". Saya bersyukur bisa fokus belajar. Dulu buat saya, ga perlu risau memikirkan jodoh, yang penting kita sekolah yang bener terus kerja dan sukses, pasti ada kok yang mau. Tapi ternyata ibu saya berpendapat lain tentang ini.
Ibu bilang bahwa memang pasti ada laki-laki yang mau, tapi yang seperti apa, karena laki-laki juga bebas memilih wanita mana yang akan dijadikan teman hidup matinya, yang ia ambil tanggung jawab dari ayah si gadis kemudian berpindah ke dia. Laki-laki yang baik-baik pasti sama dengan perempuan baik-baik, dia juga ga mau sembarangan. Ketika kita bangga kalau kita pintar, IPK 3.99, juara olimpiade fisika tingkat dunia, ya laki-laki akan suka, tapi bukan itu yang paling dia butuhkan. Ketika kita bangga dengan wajah cantik kita, jangan salah, laki-laki itu gampang sekali dapet perempuan yang lebih cantik. Percayalah. Apalagi udah kerja, udah mapan, menarik sekali untuk didekati di era kebangkitan "pelakor" ini. Punya kelebihan-kelebihan yang relatif tidak serta merta membuat perempuan bebas melakukan apa saja. Laki-laki muslim yang baik akan memilih gadis dari akhlaknya dan karakternya (di samping agamanya tentunya). Dia akan memilih untuk memberi keteduhan di hati, jadi jantungnya rumah tangga, dan jadi ibu dari anak-anaknya. Banyak kriterianya. Dia pasti akan cari perempuan yang bisa manut, bisa diskusi, plus sayang dengan keluarganya juga. Pun, walaupun sudah dipilih dan menikah, perempuan harus tetap menjaga keteduhan. Jangan sampai laki-laki lebih senang berada di luar rumah karena ketika pulang istrinya marah-marah, rumahnya berantakan, dan di meja tidak ada makanan. Kalau sudah seperti ini bisa jadi cintanya akan pudar dan kita bukan perempuan pilihannya lagi. Duh, sedih ya. Kelembutan dan dukungan perempuan sangat diperlukan laki-laki. Kesetiaan suami, bukan sepenuhnya kewajiban istri. Tapi dengan berusaha membahagiakan suami, istri akan mengurangi bahkan menghilangkan "cenderungan laki-laki untuk mendua" seperti kata Pak Habibie. So, sifat baik perempuan itu mahal harganya dan laki-laki tahu itu. Tak semua perempuan cantik itu baik, tak semua perempuan pintar itu penyabar, tapi perempuan yang baik akan terlihat bersinar dan paling cocok jadi pendamping.
Nasihat ibu saya jadi terasa berat. Ladies, it's a bit difficult but we will.
Komentar