Hari ini sepertinya Kota Leipzig mendung. Langit pukul 7, seperti malam hari. Aku bergegas melihat perkiraan cuaca di ponselku. Nol derajat, hujan salju. Aku menengok ke luar jendela. Nggak ada salju. Ramalan cuaca memang sering salah. Namanya juga ramalan. Meski dengan ilmu, teknologi, perhitungan yang luar biasa kerennya, tak ada yang bisa menggangu qodarullah. Aku beranjak dari kasurku. Segera move on. Lapar. Segera kumakan saja nasi telur yang sudah ku siapkan.
Aku putar otak. Aku ingin pergi jam 09.00. Aku harus belanja. Besok hari Ahad dan hampir semua toko tutup. Minggu kemarin aku kecolongan beli daging ayam yang ternyata tidak halal. Aku pikir semua produk dari trademark itu halal. Terpaksa dagingnya aku sumbangkan dan aku harus membeli bahan makanan lagi untuk persiapan musim dingin. Musim dingin = lapar tanpa henti.
Jam 09.30 aku baru keluar dari studentenwohnheim. Aku siap mengahadapi cuaca dingin dengan baju dan celana lapis-lapis, pake longjohn, pake syal, dan sarung tangan plus jaket bagus tapi murah dari Primark. List perjalananku adalah aku mau ke Mac Geiz beli termos kecil, ke Muller lihat-lihat stationary, ke Mekong untuk beli bahan makanan asia, terus ke Kaufland beli ayam halal dan cake, terus ke Jack Wolfskin store mau lihat-lihat jaket ganteng, terus pokoknya jam 12 atau jam 1 siang udah nyampe rumah lagi. Di sini jam 12 udah Dzuhur dan jam 2 siang udah Asar.
Beruntungnya, aku cuma nunggu tram 3 menit dan ga lama aku udah sampai di Mac Geiz di Petersbogen, terus aku ke LIDL dan ke Rossman. Setelah keluar dari Petersbogen, aku ke Muller, ke Jack Wolfskin, terus naik tram lagi, jalan kaki dan sampai di Mekong. Setelahnya, aku bahkan ke Hauptbahnhof terus liat-liat di Tom Tailor store, Chelsea, Esprit, toko-toko kosmetik, dan akhirnya belanja di Rewe Hauptbahnhof. Aku memutuskan ga jadi ke Kaufland karena jauh dan bawaanku udah banyak. Dengan jalan-jalan sebegitu banyaknya harusnya seneng dong ya. Tapi satu hal yang aku cermati dari tiap perjalananku itu adalah kok aku ga semangat ya.
Aku lirik jam di hapeku. Jam 12.30. Aku cuma tersenyum tipis dengan kelakuanku hari ini dan menunggu tram untuk segera pulang. Beginilah rasanya ketika pergi dengan niat yang salah. Beli bahan makanan adalah kambing hitam untuk semua wira-wiri itu. Tak perlu keliling sebanyak itu untuk beli bahan makanan. Alasan sebenernya aku pergi adalah karena mendung. Bukan Lepzig, tapi aku.
Aku lirik jam di hapeku. Jam 12.30. Aku cuma tersenyum tipis dengan kelakuanku hari ini dan menunggu tram untuk segera pulang. Beginilah rasanya ketika pergi dengan niat yang salah. Beli bahan makanan adalah kambing hitam untuk semua wira-wiri itu. Tak perlu keliling sebanyak itu untuk beli bahan makanan. Alasan sebenernya aku pergi adalah karena mendung. Bukan Lepzig, tapi aku.
Komentar