Mimi dan mintuna adalah binatang dengan simbol kesetiaan dan cinta sejati. Kepiting yang sejak dulu aku sering baca kisahnya. Tapi apakah mimi dan mintuna pernah ditempa masalah?
Setia bukan berarti tidak pernah bertengkar. Ketika dua sejoli sudah hidup berdampingan cukup lama, banyak hal yang tidak berubah namun memiliki pergeseran makna. Hal-hal yang dulu istimewa lama-lama jadi biasa saja. Satu dua perilaku yang dulu biasa, tak jarang malah jadi membuat murka. Kau yang dulu segalanya dan nomor satu, kini mau tak mau jadi ke seribu karena rutinitas yang membelenggu. Itulah manusia. Sikap dan pemikirannya selalu dinamis seiring dengan aktivitas, wawasan dan usia.
Makin lama hidup bersama, maka makin “semena-mena” juga dalam bersikap. Dulu terbiasa makan dengan malu-malu, sekarang tak jarang “mukbang” bersama-sama. Saat dulu masih kalem menjaga sikap, kini mulai tampil apa adanya. Sampai, mungkin, sadar atau tidak, mulai “saling” menyakiti pasangan baik verbal maupun non-verbal. Termasuk ignorance yang ternyata damage-nya “level dewa” bagi objek yang bersngkutan. Lambat laun menumpuk terus-terusan tak terselesaikan. Semua diam. Membahas malah menimbulkan prahara. Berdiam pun tak ada solusi. Satu atau dua kali dipendam seperti tak terjadi apa-apa. Namanya juga sudah terbiasa. Banyak di sekelilingku contoh yang nyata.
Mimi dan mintuna tentu pernah merasakannya. Mereka berdua hewan purba yang sudah hidup sejak lama. Tapi karena kita manusia, sudah pasti, seharusnya, kita lebih hebat lagi.
Komentar