Tidak terasa, bayi kecilku sudah berusia 5 bulan. Ada perasaan senang sekaligus sedih yang setiap saat muncul untuk menggoda. Dulu dia begitu kecil dan tak berdaya. Dia membutuhkanku di setiap waktu. Hari demi hari, kekuatannya perlahan mulai muncul. Bukan hanya gerakan kecil pada tangan dan kepalanya seperti dulu. Kini, tingkahnya yang aktif sering membuatku kewalahan. Dia selalu ingin mengangkat badannya, meraih kaki dan sangat menyukai ketinggian. Anakku sudah bertumbuh.
Sayangnya, tiap detik progres Kautsar tidak dapat kami (aku dan suami) nikmati berdua karena jarak. Bukan pertama kali kami berada di zona waktu yang berbeda. Namun, LDR sementara ini terasa berbeda sejak Kautsar lahir. Kerinduan yang biasanya menggebu kini sedikit terpadamkan oleh senyum Kautsar. Tapi rasa itu tidak pernah hilang, hanya bersembunyi di balik kesibukan yang menyeruak di tiap pagi petangku.
Setelah 4 bulan penuh video call, mas bisa pulang untuk bertemu kami lagi. Kulihat dia dengan kacamata yang berbeda. Kini dia bukan hanya suamiku, tapi juga bapak dari anakku. Sebenarnya banyak kekhawatiran yang timbul sebelum mas pulang. Ada rasa takut tidak bisa melayaninya dengan baik karena rutinitasku dengan si bayi sehingga membuat hatinya kecewa. Selain itu pula, kadang terlintas rasa khawatir bahwa mas tidak mau berjibaku untuk sama-sama mengurus pekerjaan rumah tangga, juga mengasuh anak kami. Tapi perasaan itu kukubur dangkal sambil terus bermunajat kepada Sang Pencipta.
Sesampainya mas di rumah, mas membersihkan diri kemudian langsung menggendong Kautsar (setelah temu kangen denganku). Kemudian, mas minta diajari menggendong dengan selendang jarik dan strechy wrap. Maasyaa Allaah. Tidak terbesit di pikiranku, pekerja lapangan seperti mas mau belajar hal seperti itu. Aku pun tersadar. Sebenarnya, kekhawatiranku tidak beralasan. Selama aku hamil, mas mengerjakan hampir semua pekerjaan rumah. Mas juga lah yang bertama kali mengurus Kautsar di RS pada saat baru lahir. Dalam sehari, mas belajar menggantikan popok, menggendong, membedong dan mengurus semua keperluan Kautsar bahkan membeli barang-barang di babyshop karena aku bahkan belum bisa bangun :)
Selama di rumah, mas selalu membantuku mengurus Kautsar dan juga ikut bangun malam untuk menemaniku menyusui atau menggantikan popok. Mas juga semakin luwes momong Kautsar sambil mengobrol hangat dengan orang tua dan adik-adikku. Aku melihat mas bertumbuh dan terus bertumbuh menjadi bapak yang baik dan menyenangkan.
Kami juga berkesempatan untuk pergi ke luar kota bertiga dan stay di hotel selama satu hari. Di sana, sungguh mas membantuku dalam segala urusan. Bahkan semua hal dihandle olehnya saat aku menggendong Kautsar. Meski terlihat lelah, tak pernah sekalipun kulihat kesal dan marah di wajahnya. Kini, keraguanku sirna sudah.
Mas sudah dan terus membuktikan diri untuk menjadi suami dan abi yang luar biasa. Juga, menjadi abi yang selalu mendukung seluruh keputusan istrinya. Abi yang selalu jadi tiang pancang yang kuat agar aku tidak rapuh dalam sekali hentakan. Abi yang selalu mau belajar, berdiskusi dan terbuka. Abi yang selalu jadi suri tauladan dalam hal duniawi dan ukhrawi. Abi yang mau menjadi sahabat bagi anak-anaknya. Aamiin Yaa Mujiibassaailiin.
Lambat laun, bukan hanya Kautsar yang bertumbuh tapi aku dan suamiku pun demikian. Semua yang terjadi tidaklah mudah dalam sekejap. Ada masa yang datang dan lewat dengan situasi yang sulit diterka. Di sanalah fase kami bertumbuh (bersama). Bunga-bunga cinta makin terpelihara dalam tiga tahun pernikahan kami. Entah kenapa, tiba-tiba perasaanku menjadi hangat dan sejuk di waktu yang bersamaan.
Komentar