Hari-hari di "rumah baru" terasa sangaaaat menyenangkan. Bonding antaraku dan mas menjadi semakin erat. Sejak 2 tahun menikah, aku merasa sudah mengenalnya. Tapi tinggal bersama beberapa bulan membuatku menyelami kedalaman hatinya. Pagi hari aku sudah membersihkan rumah, memasak untuk mas dan mencuci pakaian dengan mesin cuci baru kebanggaan kami. Aku benar-benar merasakan kesempurnaan sebagai istri wkwk. Karena sebelumnya kami LDR, maka bersama seperti ini memberikan kelegaan tersendiri. Setelah wisuda di bulan Juni, kini hari-hariku lebih ringan. Tak ada lagi yang membebani hati.
Belum genap 4 hari kami di rumah ini, kejutan besar diberikan Sang Illahi. Subuh-subuh, aku cek kehamilan dengan tespack. Beberapa hari sebelumnya aku merasa sering lemas dan berkunang-kunang. Maka pagi itu aku beranikan diri untuk mengulang tesnya yang sebenarnya sudah kulakukan 10 hari lalu dengan hasil kosong. Tak ada harapan khusus. Nothing to lose. Aku juga tidak buru-buru untuk punya anak. Tapi tidak disangka, saat ini ternyata jadi momen bersejarah untukku. Hasilnya dua garis. Aku bingung bukan main. Suamiku masih tidur. Segera aku pergi ke kamar, kubangunkan mas sambil menyodorkan hasil tesnya, "Mas, ima positif". Mas mulai membuka mata, sepertinya mas juga bingung dan hanya menjawab "Oh, iya". Sekitar 10 menit mas "mengumpulkan nyawa", mas kemudian bangun dan langsung memelukku. "Alhamdulillah, sekarang dek ima ga usah ngapa-ngapain ya. Biar mas yang ngerjain kerjaan rumah". Tak ada tangis haru atau teriakan girang pagi itu. Kami berdua bingung wkwk. Mas terlihat lebih banyak berpikir setelah itu. Mungkin memikirkan biaya persalinan, pendidikan anak, kuota, dan bagaimana kalo si anak ini besok minta dibelikan motor haha. Tapi pagi itu benar-benar membuat hati ini bungah. Wajah kita sumringah menyembut malaikat kecil yang akan bertumbuh di perutku. Selama ini aku dan mas sangat menikmati tiap momen berdua. Kami bahkan tak tahu pasti kapan akan memprogram punya momongan. Tapi Allah sudah pilihkan waktu yang terbaik bagi kami. Segera kami kabari ibuku dan ibu mertua. Dan masih belum percaya, kami tes lagi di siang hari dan masih dengan hasil yang sama. 14 Agustus 2020, kami tak lagi hidup berdua tapi sudah bertiga :)
Setelah libur perayaan kemerdekaan usai, aku memeriksakan kandunganku ke bidan. Saat itu di Sangatta Utara tidak ada obgyn wanita yang sedang praktik. Suamiku belum acc jika aku diperiksa oleh dokter laki-laki kecuali kondisi darurat. "Dek ima sudah menjaga aurat sejak kecil. Mas aja harus nikah dulu sama dek ima untuk bisa lihat" alasannya begitu hihi. Kami pun memilih bidan senior yang terkenal dan berdasarkan hasil usg alhamdulillah sudah ditemukan kantung janin.
Awal kehamilanku terasa sangat menyenangkan. Aku masih doyan makan dan tidak merasakan keluhan. Tapi di minggu ke-6 hingga 12, mual, pusing, dan lemas jadi makanan sehari-hari buatku. Untungnya suamiku sabar menghadapi kondisi itu hingga semua terlewatkan dengan baik. Bersyukur pula selama pandemi, sebagian besar pekerjaan mas dilakukan di rumah alias WFH sambil menemaniku. Tiap bulan kuperiksakan "si kakak" lewat alat usg. Tumbuh kembangnya sangat baik, detak jantungnya pun sudah terdengar. Tanpa sadar kami terus membicarakan kakak setiap harinya. Seolah-olah kakak sudah lahir ke dunia. Aku dan mas selalu membayangkan bagaimana kakak tidur, saat dia menangis minta susu dan belajar berjalan. Sungguh, dunia kami sudah benar-benar tersihir oleh keberadaan kakak.
Dalam suasana kehamilanku, mas juga sedang mempersiapkan seleksi kedua untuk pekerjaan yang sudah mas inginkan sejak 3 tahun lalu. Dulu sekali, mas pernah daftar beasiswa yang se-Indonesia cuma diambil satu. Waktu itu aku berpikir, ngapain daftar karena probabilitasnya kecil banget. Saingannya juga udah pasti greget. Tapi mas bilang, "Kali aja satu orang itu aku, ya kan". Husnudzon-nya tinggi kayak peci tentara di biskuit Monde. Dan mas tetep mendaftar, melanjutkan prosesnya dengan hati, dan menyelesaikan semua dokumen yang diperlukan. Benar saja, pas pengumuman : mas gak keterima. Hmm sudah kuduga. Tapi gak kapok sampai di situ, dari tahun ke tahun mas daftar lagi "kompetisi-kompetisi" yang kuotanya cuma satu orang. Bukan cuma sekali dua kali tapi sering. Termasuk melamar pekerjaan, lomba, dan juga ikut audisi mencari cinta sejati (melamar aku wkwk). Beberapa momen bisa mas taklukan, namun sisanya pun banyak yang tak sesuai harapan.
Kali ini pun sama. Mas mendaftar pekerjaan yang kuotanya hanya diambil 1 orang saja. Pelamarnya ada 91. Aku sampai geleng-geleng. Nekad dan berani. Eh tapi ternyata eh ternyata. Apa yg terkesan nekad oleh orang yang melihat, sebenarnya sudah diimbangi prediksi yang cermat, dibarengi ikhtiar, doa dan tawakal yang tidak terlihat. Sisanya biar Allah yang memberi berkat sesuai dengan jalan hidup manusia yang sudah tersurat. Segala bentuk usaha dan tawakal sudah dilakukan suamiku. Maka, saat ini suratan takdir pun berpihak pada mas. Mas diterima sebagai satu orang yang beruntung itu. Ini jadi rejeki mas, rejeki si kakak, dan rejeki keluarga kecil kami.
Kita tidak pernah tahu baik buruknya masa depan yang kita pilih. Namun sungguh di mata kami sudah terpancar harapan baru yang lebih indah. Seindah kehadiran kakak di tengah-tengah kami yang tersenyum setiap pagi.
Komentar