Berbuat salah kepada manusia memang payah. Tapi berani meminta maaf adalah sifat ksatria dan memaafkan adalah karakter lapang dada nan bijaksana.
Beberapa orang mencuri untuk mengisi perutnya. Sebagian lagi korupsi untuk memenuhi gaya hidup yang tinggi. Beberapa yang lain bersikap dingin dan kasar untuk menutupi rasa malu di batin yang menggelepar. Keadaan adalah salah satu alasan berbuat buruk tapi bukanlah pembelaan.
Banyak di luar sana yang dengan gemetar tetap berjualan karena tak ingin mengemis. Banyak juga pegawai negara yang mengemban amanah dengan ikhlas dan istiqomah. Beberapa yang lain tetap ramah meski kesehatannya makin melemah.
Maka ungkapan, "Wajar saja dia berbuat salah. Wajar dia berbuat buruk. Dia punya masalah. Hidupnya tak seberuntung dirimu" bagi saya tidak tepat.
Alasannya tentu sudah jelas. Satu, seperti yang telah dijelaskan tadi, keadaan bukan pembelaan. Dua, hidup tak bisa dibandingkan. Tau dari mana seseorang itu lebih beruntung daripada yang lainnya? Bisa saja dia lebih berpeluh tapi tidak pernah mengeluh. Tiga, salah adalah salah. Tak usah banyak alasan.
Meskipun demikian, semoga samudra maaf kita kepada orang lain semakin luas dan dalam. Memaafkan itu tidak mudah, tidak bisa direncanakan, apalagi dipaksa. Tapi, semoga jiwa-jiwa kita dapat belajar memaafkan tanpa diminta. Biarlah senandung sanubari yang terluka jadi saksi. Perjuangan tingkat tinggi pasti dihargai Sang Illahi.
Komentar