Tiga bulan setelah pernikahan benar-benar memberi arti. Hidup ini rasanya sudah nyaman, enggan sekali beranjak. Tapi hidup selalu dinamis. Ada tanggung jawab yang harus diselesaikan. Ada hati-hati yang perlu dijaga. Ada banyak peran yang dimainkan satu manusia. Dunia bukan surga tempat menikmati kegembiraan. Dunia adalah tempat manusia bersusah payah. Meski kebersamaan dengan orang yang tepat membuatku merasakan surga setiap harinya.
Salah satu ujian pernikahan adalah perpisahan sementara. Seperti hari ini. Aku yang lunglai hari ini. Dada ini rasanya gemuruh, seperti genderang mau perang, tapi rapuh seperti mau runtuh. Ini kali pertama aku bepergian seorang diri dengan status "istri". Entah kenapa terasa lain. Dulu aku seorang yang kuat, kesana kesini pergi sendiri. Aku wanita mandiri dan sering dipuji karena mobilitasnya tinggi. Setelah menikah banyak perubahan yang terjadi. Dulu aku tidak pernah tidur nyenyak saat bepergian karena takut dicopet. Setelah menikah, aku bisa tidur pulas karena merasa aman di sisi suami. Dulu pulang dari kampung ke kosan, aku biasa angkat-angkat barang sendiri, porter lewat aja deh. Sekarang maasyaa Allaah, baru mau pegang barang bawaan aja sudah dilarang. Semua barang yang berat dibawakan suami. Keadaan ini kadang membuatku "manja" dan "sensitif". Sekarang bepergian seorang diri membuatku terasing dan bingung. Biasanya ada seseorang yang mengiringi.
Aku sadar banyak orang di luar sana sering berpisah dengan yang terkasih dan mereka bisa. Kebersamaan memang segalanya tapi bukan berarti yang lain tidak penting. Jiwa ini harus "bakoh" lagi dan tidak perlu menye-menye terbuai perasaan. Ini dunia. Elegi nyata. Cerita hidup ini tergantung kita membuatnya. Be strong ya ladies pejuang LDR! Terkadang perlu jarak untuk mengerti dan lebih menghargai arti kebersamaan. Biarkan jarak menjadi tempat muhasabah dan memperbaiki sikap saat bersama. Selagi masih di dunia, masih memandang langit yang sama, bersyukurlah. Semoga muara kisah ini bukan di dunia fana tapi di surga.
Komentar