Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

#1 Satu Januari Dini Hari

Orang-orang punya cara berbeda dalam menjalani hari pertama saat tahun berganti. Ada orang yang rela berdesakan melihat kembang api. Banyak pula sekumpulan orang yang mengabiskan malam dengan “bakar-bakar” hingga dini hari. Ada pula aku, yang malam itu berusaha terjaga karena suamiku belum pulang ke rumah dari luar kota dan aku harus membukakan pintu untuknya 😄 Anakku sudah tidur sejak tadi. Saat dia terlelap, dunia terasa asing. Tak ada hingar bingar yang sedari pagi menghampiri. Tak ada mainan berserakan di lantai rumah kami. Malam rasanya kosong melompong sekaligus hampa. Jangkrik pun seperti enggan bersenandung penuh nada. Tiba-tiba saja ada rindu yang menyeruak di bagian dalam dadaku. Memang, perasaan aneh ini sering muncul sejak menjadi orang tua. Saat suamiku mengetuk pintu, ada kebahagiaan tersendiri bagiku. Seperti biasa, aku mencoba tersenyum meski pertahanan kantukku mulai runtuh. Karena siapa lagi yang akan menyambutnya mesra kecuali aku?

Penghujung 2024

Di hari-hari terakhir tahun 2024 ini, aku hanya ingin mengucap syukur atas semua yang telah berlalu dari Januari sampai hari ini. Banyak kenangan indah dan perjuangan dimulai di tahun ini. Aku sudah 2 tahun menjadi dosen. Pekerjaan yang aku inginkan sekaligus linier dengan background pendidikanku. Posisi ini yang bisa dibilang “hadiah karena nurut dengan suami”. Karena saat itu, aku tidak punya pilihan selain mendaftar bekerja di kota ini agar bisa tinggal satu kota dengan suamiku. Ternyata hal ini menghadiahiku banyak kebaikan: teman dan kolega yang mendukung, fleksibilitas kerja, jenjang karir yang jelas juga kesempatan mengembangkan diri yang luas. Semoga ke depannya aku bisa menjalankan semua ini sebaik-baiknya dan segera lanjut studi. Tahun ini juga, akhirnya kami memulai proyek pembangunan rumah pertama. Banyak kendala di awal-awal, tapi untungnya semua berjalan dengan lancar. Meski belum tahu kapan rumah ini akan selesai, tapi progres yang ada benar-benar membuat hati kami lebih...

Tulisan untukku saja

Tadi malam aku coba menunjukkan tulisan lama yang kubuat untuk mas. Aku memintanya untuk membaca. Dia sejenak berhenti dan melihat satu demi satu yang kutulis. Tapi, tulisan itu rasanya sudah tidak “related” lagi dan dia tidak mengenali sebagai “tulisan untuknya”. Aku tidak menyalahkannya. Memang manusia bukan dukun yang selalu bisa baca isi pikiran seseorang lewat sebuah tulisan di media. Apalagi tulisannya sudah sangat lama. Tapi dunia memang cepat berubah. Di kehidupan ini, banyak hal yang harus dilakukan untuk bertahan. Dua sejoli muda yang dulu hanya bercerita tentang cinta, kini harus menghadapi realita manusia dewasa. Kemapanan malah jadi nomor satu yang dinanti dan dicari. Namun, proses itu ternyata memunculkan banyak pengalaman kaya rasa di benakku. Aku selalu berpikir kini mas bukan milikku saja. Banyak peran yang harus ia jalankan. Aku tahu itu tidaklah mudah. Urusan nafkah dan tanggung jawab, mas selalu nomor satu. Pun urusan waktu. Di sela-sela pekerjaan—jeda yang sangat s...

Pentingnya Tidur yang Cukup dan Mengatur “Attachment” (2)”

Setelah melakukan riset dan analisis, ada beberapa hal yang bisa jadi aku butuhkan saat perasaan "tidak enak" itu tiba-tiba muncul. Yang pertama adalah tidur yang cukup. Punya kekhawatiran besar tentu menguras tenaga dan pikiran. Tidak jarang juga membuat kita insomnia. Kurang tidur terbukti memperparah mood manusia. Begitu pula denganku. Meski aku pun belum tahu metode apa yang paling efektif untuk bisa tidur nyenyak di kala overthinking, aku akan mencoba wkwk Kedua, aku pernah membaca sebuah tulisan. Kalimat tepatnya aku tidak ingat, namun intinya adalah "Kita sering menjadikan suami sebagai obat. Namun, kadangkala kita meminumnya berlebihan". Mungkin itu salah satu yang sedang aku lakukan. Sejak pindah ke Samarinda dan memulai peran sebagai ibu bekerja, aku merasa temanku semakin berkurang. Sebagai "story teller" di lingkar kecil, banyak hal pula yang ingin aku ceritakan mengenai hari-hariku, namun tak bisa kusampaikan ke sembarang orang. Ada batasan ya...

Pentingnya Tidur yang Cukup dan Mengatur “Attachment” (1)”

​Dalam sebulam ini, sudah tiga kali aku uring-uringan dengan suami. Entah mengapa ada saja hal yang membuatnya salah di mataku. Yang menurutku lebih salah lagi adalah suamiku tidak sadar juga apa yang membuatnya salah wkwk. Jadi lah beberapa hal aku utarakan dan beberapa kupendam dengan perasaan dongkol dan air mata. Keadaan ini terasa tidak sehat untukku. Aku menganalisis beberapa faktor yang menyebabkan hal ini.  Hormon? Aku tidak pernah membenarkan perubahan hormon menyebabkan tingkah laku  yang tidak baik. Mungkin hormon sangat berpengaruh bagi emosi seorang manusia, tapi kita punya kemampuan pengendalian diri sehingga tentu hormon bukan faktor utama. Kesibukan mas? Ya kalau ini memang sesuatu yang menguras pikiranku. Apalagi kalau ada tamu, teman atau kerabat yang berkunjung ke kota kami, kesibukannya bisa dua kali lipat. Untuk sekadar telepon saja agak sulit karena berbagai aktivitasnya yang padat. Tapi tentu karena itu adalah keharusan dan tanggung jawabnya, maka bukan ...

Laki-laki

​Waktu kecil aku pernah ingin jadi laki-laki. Mereka terlihat bebas dan bisa berbuat semaunya. Mereka juga pakai outfit simpel: celana pendek dan kaos. Mereka juga dibolehkan main lebih sore. Beranjak remaja aku mulai mengenal bahwa dua insan bisa memiliki rasa suka. Ibuku selalu mewanti-wanti bahwa dalam hubungan pria-wanita yang belum sah, maka kerugian selalu menimpa perempuan. Perempuan selalu mendapatkan stigma buruk di masyarakat. Jika terjadi kehamilan di luar nikah maka 99% wanita lah yang menanggung aib dan rasa malunya. Beberapa laki-laki bisa dengan gagah namun tak pemberani, bersembunyi dan melanjutkan hidup. Semua itu selalu kupegang hingga aku beranjak dewasa. Saat hubungan pria-wanita tadi menjelma ke ikatan yang lebih kuat. Aku terus memperhatikan perempuan-perempuan di sekelilingku menjalani kehidupan pernikahan yang jauh dari ideal. Beberapa wanita tetap harus bekerja keras siang malam, sembari menyeimbangkan urusan domestik dan mengurus anak. Juga dengan beban pengha...

Resepsi

​Resepsi pernikahan merupakan sesuatu yang sakral bagiku dulu. Saat aku masih gadis, aku memimpikan beberapa macam pernikahan yang indah. Mulai dari dekor penuh bunga, juga gaun besar yang mewah. Kadang aku juga membayangkan pernikahan di tepi pantai atau di atas bukit. Biasanya pernikahan impianku berubah-ubah sesuai dengan film apa yang aku tonton saat itu. Saat waktu menjelang pernikahanku tiba, aku tersadar bahwa bayangan kadang tak sejalan dengan realita. Saat kurang satu bulan, aku masih tak bisa mempersiapkan pernikahanku sendiri. Saat itu aku masih studi. Aku belum sedewasa diriku hari ini dan tanpa kemantapan finansial meskipun aku dan calon suamiku sudah punya sedikit tabungan untuk membiayai pernikahanku saat itu. Segala persiapan pernikahan di-handle oleh keluarga besar. Aku bersyukur karena memang aku tidak punya waktu. Calon suamiku pun berada di kota lain yang tak memungkinkan membantu persiapan dari dekat. Hari pernikahanku saat itu tentu kuiiringi dengan penuh haru dan...