Aku tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama, kecuali saat melihat Kautsar. Tidak juga pada witing tresna jalaran saka kulina. Karena seharusnya 'memulai sebuah perasaan' haruslah penuh perjuangan dan tanggung jawab. Bukan dengan nekat dan terbuai emosi remaja. Maka, tak masalah bagiku untuk 'menyendiri' meski sudah bekerja dan mandiri. Aku menikmati hari-hari dengan teman-teman yang baik, keluarga yang lengkap dan nasi hangat di pagi hari. Apa lagi yang kurang?
"Sebenarnya saya ada niat baik melamar sampean". Tiba-tiba aku teringat sebuah pesan BBM. Waktu itu, aku sangat kaget membaca pesan yang jujur dan berani itu. Tapi tentu aku menolak seperti biasanya. Kamu siapa. Aku siapa. Kamu siapa. Begitulah, seperti kata lagu. Kami tak saling kenal secara mendalam. Dan menikah, ah, belum terpikir di benakku untuk melepas masa lajangku yang sangat berharga. Tapi, kecemasanku terelakkan dengan pesan lanjutannya.
"Tapi lupain aja" . Baiklah.
Sejak saat itu, dunia berotasi seperti semula, begitu juga denganku. Kalau dipikir-pikir, sejak lulus aliyah, aku hanya dua kali bertemu dengan Ipul. Pertama, waktu ditraktir makan-makan dan reuni, yang kedua waktu nikahan Halimah. Saat itu, aku dan teman-teman berkumpul di teras masjid. Mas berusaha bicara denganku. Menceritakan pekerjaan sampingannya sebagai guru kimia. Waktu itu kulihat dirinya. Sudah sedikit berbeda daripada waktu di asrama dulu haha. Hingga lulus kuliah dan mendapat pekerjaan, tidak pernah lagi aku bertemu atau menjalin komunikasi yang berarti. Kami hidup di jalan terjal kami masing-masing.
Tahun demi tahun berlalu. Kami tak pernah tahu, bagaimana cara memperjelas segala keburaman dalam roman ini. Sampai kami menemukan sebuah jalan kecil, yang menarik kami untuk berjalan lebih jauh. Allah Maha Besar dan menunjukkan segala kebesaran-Nya. Kami bertemu lagi di persimpangan jalan sebagai individu yang berbeda --di masa sekarang, dengan kisah lalu yang telah usai, dengan masa depan yang baru akan dimulai. Idealismeku tentang perjodohan pun semakin memudar. Aku tahu, kami orang yang sangat berbeda. Bahkan dalam segala hal. Tapi tidak perlu jadi identik untuk bisa bersama, kan?
"The meeting of two personalities is like the contact of two chemical substances: If there is any reaction, both are transformed." — C.G. Jung
Komentar