"Ikut mas aja yuk". Entah berapa kali mas mengajakku untuk ikut bersamanya. Basa-basi yang dari hati. Mas sudah sangat mengerti jawabannya. Jiwaku ini sebenarnya mau dan sangat ingin, tapi tak tahulah aku harus bagaimana. Cinta ini menggelora, namun banyak tanggung jawab menghadang di mukaku pekan depan. Menunda tugas ini berarti mengulur waktu 'tuk segera angkat kaki dan berkumpul dengan suami. "Sabar dulu" adalah solusi terbaik. Walaupun pahit. Sakit. Juga bagai disayat sembilu. Aku sendu huhuhu.
Aku
heran, ada banyak pasangan yang mampu hidup terpisah selama
bertahun-tahun. Aku tahu sebagian dari mereka tak pernah mau, tapi keadaan yang memaksa. Aku salut. Diperlukan komitmen dan keridhaan hati yang
luas. Aku tak tahu apakah bisa. Biasanya, setelah lambaian tangan perpisahan, ada kekosongan di hatiku yang teramat besar. Aku tidak tahu apakah ini bisa disebut rindu. Rindu biasanya muncul saat sudah sekian lama tak bertemu. Mas baru hilang dari penglihatanku belum sampai setengah hari. Tapi aku tidak tahu kata lain yang bisa menggambarkan semua perasaan itu. Baiklah, tetap 'ku namai saja dia "rindu". Dia selalu ada saat mas tak di sisiku untuk memakaikan jam. Dia selalu hadir saat suara mas berkata "hati-hati" dan "lihat kanan kiri, dek" tiba-tiba musnah. Parahnya lagi, dia tidak bisa diobati dengan tangis. Sudah kucoba. Sampai lelah. Dia tetap saja masih. Penyelesaiannya hanya bertemu. Tapi dalam beberapa waktu, aku harus mencari obat alternatif.
'Ku pandangi foto mas yang gagah di layar handphoneku. Mungkin bisa jadi pelipur lara. Aku pikir begitu, ternyata nihil. Kehampaan hati ini malah berubah jadi penuh sesak. Terlebih lagi jika aku ingat rutinitas kami dan kekonyolan yang selalu mas buat untuk membuatku tertawa. Meleleh air mataku. Hatiku patah. Ah, rindu.
Aku mulai mencari barang-barang mas yang tertinggal padaku. Mas masih menyisakan satu cup mie instan yang dibelinya di minimarket waktu itu. Jika dia di sini, pasti sudah habis dimakannya dengan lahap di musim hujan ini. Ada lagi, kasur dan bantal yang kemarin mas pakai. Aku hanya bisa mengusap spreinya, membayangkan mas ada di situ kemarin. Bersamaku. Berdua. Menonton vlog absurd di malam hari. Tertawa lepas.
Aku masih mencari obat yang paling jitu. Berkumpul dengan teman-teman bisa jadi salah satunya. Sejenak aku bisa lupa semua kesedihanku. Tapi hanya sebentar. Sesak ini masih. Setiap cerita seru yang aku bahas dengan teman-temanku, ada peran mas di situ. Membuatku terus dan selalu mengingatnya. Mas selalu ada di kisah-kisah lucu dan semua keseharianku. Aku sadar, aku tak harus membunuh rindu ini. Aku akan membiarkan dia tumbuh, berkembang, dan berbunga-bunga dalam cintaku. Semua perasaan baik tentu akan membawa hal baik pula. Semua rindu ini akan aku pelihara dan 'kan kupersembahkan untuk mas nanti saat berjumpa. Akhirnya 'ku ambil baju yang kemarin mas pakai. 'Ku cium aromanya sejenak. Bau khas tubuhnya. Aku memejamkan mata dan berharap aku sudah di samping mas saat membuka mata. Tapi beberapa saat kemudian aku tertidur, dengan memeluk baju mas.
Aku mulai mencari barang-barang mas yang tertinggal padaku. Mas masih menyisakan satu cup mie instan yang dibelinya di minimarket waktu itu. Jika dia di sini, pasti sudah habis dimakannya dengan lahap di musim hujan ini. Ada lagi, kasur dan bantal yang kemarin mas pakai. Aku hanya bisa mengusap spreinya, membayangkan mas ada di situ kemarin. Bersamaku. Berdua. Menonton vlog absurd di malam hari. Tertawa lepas.
Aku masih mencari obat yang paling jitu. Berkumpul dengan teman-teman bisa jadi salah satunya. Sejenak aku bisa lupa semua kesedihanku. Tapi hanya sebentar. Sesak ini masih. Setiap cerita seru yang aku bahas dengan teman-temanku, ada peran mas di situ. Membuatku terus dan selalu mengingatnya. Mas selalu ada di kisah-kisah lucu dan semua keseharianku. Aku sadar, aku tak harus membunuh rindu ini. Aku akan membiarkan dia tumbuh, berkembang, dan berbunga-bunga dalam cintaku. Semua perasaan baik tentu akan membawa hal baik pula. Semua rindu ini akan aku pelihara dan 'kan kupersembahkan untuk mas nanti saat berjumpa. Akhirnya 'ku ambil baju yang kemarin mas pakai. 'Ku cium aromanya sejenak. Bau khas tubuhnya. Aku memejamkan mata dan berharap aku sudah di samping mas saat membuka mata. Tapi beberapa saat kemudian aku tertidur, dengan memeluk baju mas.
Komentar