Salah satu momen tersakral setelah akad nikah adalah saat suami menyentuh kepala sang istri sambil mendoakan lalu meniup ubun-ubunnya.
Allahumma inni as-aluka khairaha wa khaira ma jabaltaha 'alaihi, wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaih
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.”
Doa ini sempat membuatku bepikir. Mengapa suami berdoa untuk berlindung dari kejelekan istri seolah-olah hanya istri yang punya perangai buruk sedangkan suami tidak. Tapi aku tersadar. Saat menikah semua beban istri akan disandarkan pada suami. Termasuk akhlaq dan perbuatannya. Suami harus menanggung dosa istri tapi istri tidak pernah ikut mempertanggungjawabkan dosa suami. Nah. Jadi, jika kita kaji secara mendalam, doa tsb adalah doa yang romantis. Doa ini adalah sebagai perwujudan tawakal suami kepada Allah karena telah memilih seorang wanita sebagai istrinya dan kelak mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi padanya. Berat sekali.
Selepas akad nikah dulu, mas membaca doa ini untukku dengan hafalnya dan ada getaran di hati yang sampai sekarang masih tersisa jika mengingatnya. Aku jadi tahu kado apa yang ingin aku minta pada mas.
"Mas, ima boleh minta sesuatu nanti untuk anniv kita?"
"Apa sayang?"
"Ima minta didoakan lagi seperti dulu setelah akad nikah."
Dan benar saja, pada tanggal 17 dini hari, mas duduk terjaga, menyentuh kepalaku dan mendoakanku. Sama seperti dulu. Aku merasa kisah cinta ini tidak pernah berubah. Selalu baru dari waktu ke waktu. Bahkan bertambah seiring kebahagiaan yang tak pernah pudar. Tak ada kado yang lebih indah dibandingkan ikatan kuat pernikahan dan kebersamaan yang seutuhnya. Tak ada kado yang lebih mahal daripada seluruh jiwa raga, waktu, dan pengorbanan yang diberikan oleh seseorang.
Komentar