Dua hari yang lalu adalah satu tahun pernikahanku. Orang-orang biasa menyebutnya anniv (baca : enif). Sudah lama aku dan mas merencanakan untuk bisa bersama pada tanggal itu. Bukan untuk merayakan tapi lebih untuk mengenang. Ya, mengenang perjuangan kami dulu untuk bisa menikah. Sebenarnya prosesnya sederhana. Tak ribet-ribet pakai adat. Tak sulit juga mencapai mufakat dan sepakat dua keluarga. Tapi karena kami berasal dari dua pulau yang berbeda, plus waktunya pun sungguh sangat dikejar-kejar deadline maka urusan ini jadi penuh pengorbanan. Kesusu banget rasanya wkwk, tapi niat baik tak apa-apa kan disegerakan?
Aku menikah 2 minggu setelah kepulanganku ke Indonesia. Aku ingat bagaimana aku harus bolak balik Lampung-Solo-Lampung sepulang dari Jerman hingga tak ada lagi deg-degan sebelum menikah. Saat-saat sebelum menikah itu malah membuatku makin mantap untuk menikahi mas. Aku lihat sendiri bagaimana mas menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul. Bahkan saat itu mas sempat pindah kerja dari Jakarta ke Kalimantan Timur, tempat kami menetap sekarang. Mas selalu tenang, tidak manja, dan sangat dewasa. Semuanya ia selesaikan sendiri. Pun dalam urusan persiapannya menikah menuju ke rumahku. Kematangan emosionalnya buat aku kaku tak mau berpaling. Mas itu selalu apa-apa sendiri. Meski tak dapat dipungkiri dukungan tenaga dan restu dari keluarga juga sangat berarti. Alhamdulillah. Kegalauanku justru muncul pada malam sebelum pernikahan. Saat itu aku berpikir keras, menguji keseriusanku yang harusnya kupikirkan kemarin-kemarin. Besok adalah malam yang akan mengubah hidupku selamanya. Aku tak mau menyesal. Dan bodohnya aku adalah semua kelabilan itu aku utarakan ke mas via telp dan whatsapp. Hal itu pastilah menambah beban pikirannya :/ Saat itu mas hanya menjawab, "banyak doa ya".
Tapi voilaaa.. semua tinggal kenangan. Sekarang aku sudah menyandang gelar Ibu Saifurrohman selama setahun dan tak ada penyesalan seperti yang aku takutkan dulu. Momen setahun pernikahanku ini sangat berarti. Berkali-kali aku cek jadwal dan harga tiket pesawat. Bali. Bangkok. Lombok. Raja Ampat. Aku ingin semuanya spesial tapi selalu bingung mau kemana. Saat aku tanya ke mas, selalu dijawab "terserah dek ima, yang penting dek ima seneng". Ternyata bukan cuma remaja saja yang hobi bilang terserah, bapak-bapak ini juga hehe
Lalu tibalah saat mas harus mengajukan izin cuti. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya tanggal cuti yang dipilih adalah 7 hingga 17. Menjelang tanggal itu aku mencari-cari hadiah apa yang cocok untuk suamiku itu. Berkali-kali aku mengecek aplikasi belanja online. Berkali-kali pula aku mengetik "ide hadiah untuk suami" di google. Aku bingung. Suamiku adalah pria yang unik. Semua yang tertulis di internet sepertinya tidak relevan untuknya. Aku sempat berpikir, apa aku beri kue yang terbuat dari bakso dan cilok ya? Tapi sepertinya tidak mungkin hehe. Mas juga sempat menanyaiku mau beli apa nanti untuk anniv kita. Aku juga jadi bingung.
(Bersambung)
Komentar