Di suatu malam yang dingin, aku dan mas berdiskusi tentang hidup. Suasana tiba-tiba hening tanpa melodi yang biasanya menyertai kelamnya Batu Kajang. Sejenak mas diam, lalu menggenggam jemari tanganku erat dan berkata :
"Mas mau dek ima tetap menulis, dengan positif, lebih banyak sharing yang baik-baik. Mungkin ada orang yang termotivasi dengan tulisan dek ima."
"Beberapa orang memiliki kesempatan mengayunkan pedang yang tidak dimiliki orang lain. Maka hendaknya mereka lebih bijak ke mana akan mengarahkan pedangnya", lanjutnya.
Aku pun merenung dan berpikir. Khususnya kalimat-kalimatnya yang terakhir. Benar juga ya. Apapun peran dan kesempatan yang kita punya, lisan yang tiap hari bicara, hati yang merasa, sikap yang bisa ditata serta tulisan kita di pasar-pasar maya, sebaiknya "diayunkan" dengan sepatutnya dan membawa dampak baik bagi diri sendiri, orang-orang dan ekosistem sekitarnya. Kita bertanggung jawab atas apa yang bisa kita lakukan. Yah, begitulah kira-kira yang aku cerna.
Tambahan lagi, besok mari kita ceritakan ke anak-anak kita. Teladan itu bukan hanya yang sering muncul di koran. Bukan juga semua lakon dunia hiburan. Pahlawan tidak harus pengampu jabatan tapi bisa jadi seseorang di desa kecil terpencil dan sendirian namun membawa perubahan. Meski tak signifikan, tak mengapa, namun ia memberi contoh sekecil apapun usaha baik akan berdampak baik pula. Juga, kita bisa mencontoh si bapak paruh baya yang dengan teguh bekerja halal untuk keluarga, tak mau meminta-minta apalagi ambil yang bukan haknya. Atau bahkan anak kecil yang lugu tapi diam-diam patuh pada antrian. Atau si remaja yang tak banyak aksi tapi bertutur santun pada orang tua dan dewasa di sosial media. Banyak sekali contoh lainnya. Mungkin salah satunya adalah kita. Karena kita semua mampu mengayun pedang di medan kita masing-masing. Semoga selalulah sang pedang tepat diayunkan.
Komentar