Hari ini aku mau bercerita tentang keajaiban. Keajaiban itu ada bagi sebagian orang yang percaya. Keajaiban tidak lain dan tidak bukan adalah anugerah dari Allah yang diimbangi kerja keras kita. Asal mau berusaha Allah pasti akan membantu kita. Sekarang aku ingin bercerita tentang sesuatu yang aneh tapi nyata dan terjadi pada keluargaku sendiri. Wah, ada apa ya? Jadi begini, dua tahun yang lalu saat aku masih kelas 3 SMA keluargaku membangun rumah. Rumahnya kecil tapi indah. Selama bertahun-tahun kami dipercaya menempati rumah kakek nenekku. Jadi, mempunyai rumah sendiri bagaimanapun bentuknya merupakan suatu nikmat dari Allah yang tidak terkira. Punya rumah baru itu ternyata sangat merepotkan. Mulai dari memindahkan barang-barang, menghias ruang tamu, memasang listrik, air PAM, dan lain sebagainya. Tapi alhamdulillah semua bisa selesai dengan baik. Selama dua tahun rumah kami sudah selesai 100 %. Sudah dicat, diberi teras, pagar dan lainnya. Selama dua tahun pula kebahagiaan mengisi rumah kami. Walaupun aku jarang pulang ke rumah, tapi aku bisa merasakannya. Suatu hari, ibuku meneleponku seperti biasanya dan mengatakan belum bisa membelikanku laptop karena sedang ada masalah di rumah. Setelah aku sedikit memaksa ibuku bercerita bahwa bapak didenda oleh pemerintah. Berapa jumlahnya? Ibuku tidak memberitahukanku. Aku memaksa lagi. Aku anak pertama, aku harus tahu apa pun tentang keluargaku. Bukankah dulu ibu pernah mengatakan bahwa aku lebih dari sekadar anak, tapi juga teman, mitra orang orang tua. Tapi mengapa sekarang harus menutupinya dariku. Ibu tahu bahwa aku sedang fokus kuliah dan tidak ingin membebani pikiranku. Namun, akhirnya ibu mengatakannya juga bahwa dendanya sebesar beberapa juta. Jumlah yang cukup banyak, dari mana bisa mendapatkan uang sebesar itu secara tiba-tiba. Untungnya pembayaran bisa dicicil selama 3 bulan. Sebenarnya kenapa didenda? Ternyata ada pengecekan pencurian listrik dan ternyata bapak salah satu yang didenda karena mencuri listrik. Astaghfirullahal adzim, kenapa bisa begitu? Semua itu tidak mungkin dan tidak benar. Bagaimana bisa begitu, apalagi pemasangan listrik dikerjakan oleh petugas sebelum kami menempati rumah tersebut. Kami bahkan tidak pernah berniat mencuri listrik. Apalagi bapakku orang yang baik, aku yakin. Tetapi ternyata memang ada sambungan ilegal yang kami tidak mengetahuinya. Sambungan listrik itu di tempat tertutup. Dulu memang pernah ada kerusakan dan sudah diperbaiki oleh tukang listrik. Ternyata, perbaikan tersebut malah memberikan cobaan sedemikian rupa. Ya Rabb ini benar-benar cobaan bagi keluarga kami. Cobaan perekonomian dan juga sosial. Para tetangga tentu tahu bahwa keluargaku didenda karena mencuri listrik dan tidak sedikit yang mencemooh. Ya Allah, kuatkan..kuatkan.. Pada hari itu juga listrik di rumahku dicabut dan akan dipasang kembali ketika membayar cicilan pertama, yang untungnya jumlahnya tidak banyak. Karena kami butuh listrik, bapakku segera membayar cicilan pertama. Ibuku hanya bisa menangis. Aku sangat sedih karena tidak bisa menemani mereka dalam saat-saat seperti itu. Hari-hari selanjutnya tentu berat bagi mereka karena harus mengumpulkan uang untuk membayar denda. Aku sudah lupa pada laptop yang harusnya sudah aku miliki. Aku hanya bisa mendoakan agar semua kuat dan sabar. Aku yakin ujian itu akan mengukur seberapa kilau pada diri kita. Bukankah semakin tinggi pohon semakin kencang angin akan bertiup?
Namun, alangkah terkejutnya aku saat ibuku tiba-tiba menelepon aku dan bercerita. Jadi begini, ibuku benar-benar tertekan dan ingin segera melunasi dendanya. Akhirnya dengan susah payah terkumpullah sejumlah uang sesuai denda yang harus dibayarkan. Pada hari itu juga bapak segera berangkat membayar denda. Bapak segera menemui petugas dan menyebutkan sejumlah nomor seri. Tetapi, saat tiba di kantor dan dicek nama bapak tidak ada di database. Bapak bingung dan meminta dicek kembali. Namun, setelah dicek beberapa kali nama bapak memang tidak ada dan itu artinya bapak tidak terkena denda. Bapak orang yang jujur dan menceritakan semuanya serta meminta namanya dicek sekali lagi. Petugas mengecek lagi dan agak sebal seraya berkata, "Pak, kalo saya jadi bapak saya udah pulang dari tadi. Malah kebeneran kalo ga ada. Dikasih enak malah ga mau". Akhirnya bapak pun pulang dengan bingung bercampur senang dan bercerita pada ibu. Ibu juga bingung. "Yaudah pak, jaga-jaga aja mungkin bulan depan ditagih". Tapi ternyata sampai sekarang tidak pernah ditagih lagi hehe. Denda pun lunas! Tetanggaku mengatakan nama bapak dicoret oleh malaikat. Adapula yang mengatakan dilunasi oleh Allah. Ya apapun itu semua pasti bantuan dari Allah. Allah sebaik-baik penolong dan pembela. Ketika kita merasa sendirian dan hanya bersama Allah, pastikan bahwa Allah saja lebih dari cukup. Sampai sekarang pun aku bingung tapi senang juga. Alhamdulillah Ya Allah. Aku bercerita agar teman-teman yakin bahwa apa yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika Allah berkehendak jadi jangan berputus asa terhadap rahmat Allah. Lalu, bagaimana dengan laptop yang dulu tertunda untuk kumiliki ? Ya, sekarang aku menggunakannya untuk menulis ini ;)
Komentar