Hari ini ada kejadian besar yang membuatku panik. Aku datang ke ATM untuk setor tunai. Karena jarang sekali menggunakan ATM di tempat itu, jadi aku coba setor dulu sebagian kecil. Aman. Aku coba sekali lagi dengan nominal yang hampir mirip, masih aman. Tanpa ragu aku masukkan semua uang yang mau aku setorkan. Voilaaa..mesinnya error. Transaksi dibatalkan tapi uangnya tidak keluar semua. Aku coba memasukan kembali kartu ATMku tapi mesinnya malah offline, tidak bisa digunakan. Aku sungguh panik dan menelepon suamiku. Lalu aku juga menelepon call center dengan gemetar. Saat itu sore hari. Bank juga sudah tutup. Sungguh pengalaman yang menegangkan sekaligus menyedihkan mengingat kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Selang 30 menit, aku sudah mulai tenang dan pasrah dengan keadaan. Aku mencoba mengikhlaskan keadaan ini, meskipun sangaaat sulit. Aku malah tidak enak hati dengan suamiku yang sudah bekerja keras siang dan malam untukku tapi uangnya sedang tertahan di ATM sana. Belum jelas bagaimana kondisinya.
Kemudian, aku dijemput suamiku untuk pulang ke rumah. Di jalan suamiku bilang, " Kalau gak balik, berarti belum rejeki. Rejeki kita ya yang masuk di tabungan. Kalau balik berarti rejeki kita." Nyess, agak berkurang kegalauan hati ini. Meski masih tidak enak dan malu sama pak suami karena belum bisa menjaga pemberiannya dengan baik.
Di rumah, aku mulai mencari info di internet dan ternyata kejadian serupa memang sering terjadi. Kalau kita sedang "apes", mungkin hal tersebut bisa juga terjadi kepada kita. Subhanallah. Tapi aku yakin, Allah memberikan suatu kejadian pada kita pasti ada sebabnya.
Untuk menghibur hatiku, aku mencoba meraba-raba hikmah apa yang bisa aku petik.
1. Segala yang di dunia tidak akan kita bawa selamanya. Minggu ini aku mendengar dua kabar meninggalnya pegawai di tempatku bekerja. Saat meninggal, mereka tentu melepaskan semuanya termasuk jabatan dan gelar agung yang mereka punya. Tak ada lagi target-target yang ingin dicapai, tak ada lagi rencana ke depan dan rezeki yang ingin didapat. Tinggal-lah amal perbuatan yang siap untuk dihitung kelak. Jadi kalau masalah duniawi, tidak seharusnya aku sedih berlama-lama. Saat ajal tiba, maka semuanya jadi fana.
2. Rezeki kita bukan yang di depan mata, tapi yang ada pada kita dan digunakan secara barokah. Aku jadi teringat pesan mamaku itu.
3. Harus makin menghargai dan menghormati pak suami. Di saat aku bingung, panik dan "jatuh" sendiri, dia yang selalu siap siaga untuk menemani. Bahkan langsung datang dari kantornya untuk menjemputku.
4. Harus banyak-banyak bersyukur atas pasangan hidup yang dewasa secara emosional. Bahkan di saat kondisi tadi, dia tetap tenang dan tidak marah karena uangnya hilang. Padahal dia yang lelah-lelah bekerja tapi sedikitpun tidak menyalahkan aku. Dia malah marah karena aku panik, karena kepanikan itu bisa membuatku tidak fokus dan mengganggu aktivitas lainnya. Sebagai manusia normal, aku tahu dia pasti kesal dan marah kepadaku tapi dia membunyikannya dengan apik. Makanya aku harus banyak-banyak bersyukur diberi teman hidup terbaik untuk menenangkan hatiku.
5. Kejadian buruk satu hari membuatku lupa ratusan bahkan ribuan kejadian baik yang aku dapatkan selama ini. Saat ada kejadian bagus datang kepadaku, seringkali aku merasa itu memang sudah seharusnya terjadi. Padahal semua itu terjadi karena kasih sayang Allah. Dalam dua tahun terakhir, semua hajatku terkabul bahkan yang paling sulit sekalipun. Banyak kebahagiaan datang menghampiriku. Banyak kelancaran yang mengiringi tiap langkahku. Jadi sebenarnya, satu kejadian menyedihkan ini tidak sebanding dengan nikmat yang amat banyak yang kudapatkan selama ini. Harus banyak bersyukur dan berdoa kepada Allah juga lebih rajin ibadah.
Banyak lagi sih jika aku jabarkan hikmah apa saja yang bisa kuambil. Jika satu kejadian ini bisa jadi teguran dan pengingat yang paling berkesan, berarti memang itulah harga dari sebuah kesadaran. Tapi aku terus berdoa, semoga ada kabar baik yang datang beberapa hari ke depan.
Komentar