Ini hari pertama di tahun 2023. Tahun ini merupakan awalan baru untuk tugas yang sepertinya tidak mudah. Tahun ini juga sebagai pengingat bahwa meskipun dengan modal "sambat" siang dan malam, kepala "nyut-nyutan" pagi dan petang, 2022 sudah terlewati dengan baik. Maka, 2023 juga pasti, insya Allah, bisa kita jalani dengan hati yang lebih lapang dan jiwa yang lebih kuat.
Sore ini aku sedang tiduran dengan memeluk anakku. Dia tiba-tiba terbangun dan menangis. Seperti biasa, dia akan mencari mamanya saat bangun tidur. Kemudian tidur kembali sambil menyusu. Lima hari ini aku dan mas libur bekerja. Kami berjalan-jalan ke luar kota selama 2 malam kemudian sisanya dihabiskan di kota tercinta, Samarinda. Tak terasa anak kami makin bertumbuh menjadi anak yang pintar dan cerdas. Dia sudah paham dengan instruksi dan banyak hal yang aku ucapkan. Dia juga mulai belajar mengikuti kata demi kata yang ia dengar. Masya Allah. Usia 1+ memang tahun emas bagi pertumbuhan manusia. Aku jadi teringat akan kekhawatiran ku dulu.
Saat kelas dua SMA, aku merasa perutku agak mual. Ada tonjolan di perut sebelah kiri bawah. Tapi karena tidak terlalu parah maka kuabaikan saja. Hari demi hari, gejalanya hilang dan timbul. Saat libur sekolah dan mudik, aku dan mamak pergi ke dokter. Kata dokter aku menderita hernia. Saat itu yang kutahu itu adalah robeknya pembungkus usus sehingga ususnya jadi turun. Aku tidak tahu apa sebabnya. Kata dokter, aku tidak boleh mengangkat yang berat-berat, juga dilarang mengejan terlalu keras. Jika aku tiba-tiba muntah, maka harus langsung ke rumah sakit untuk dioperasi. Dan pesan bu dokter yang paling kuingat adalah "nanti kalau mau hamil, konsultasi dulu ya". Meskipun aku ingat, tapi pesan itu seperti kukesampingkan karena saat itu aku baru 17 tahun. Beberapa kerabat juga bilang bahwa itu bisa sembuh. Tapi aku yakin bahwa cepat atau lambat, suatu saat nanti, aku pasti dioperasi. Itu sudah tertanam di diriku dan menjadi sesuatu yang aku terima.
Saat aku kembali ke asrama sekolah, aku ceritakan masalah ini ke teman-temanku karena kami ada piket mengangkat galon. Tidak tanggung-tanggung, galonnya berisi air dan harus diangkat oleh dua orang dari lantai 1 ke lantai 2 melalui tangga. Hebat sekali ya siswi saat itu. Tapi hal itu sepertinya tidak mungkin aku lakukan lagi karena si hernia ini. Teman-temanku sangat baik dan mereka mengerti kondisiku sehingga aku terbebas dari piket yang melatih otot-otot ini. Selain itu, meskipun sebenarnya tidak pernah berhasil aku lakukan, aku mulai belajar menjadi pribadi yang anggun, tidak banyak loncat-loncat dan lebih kalem. Hal itu semata-mata agar tidak memperparah gejala hernianya.
Tapi ternyata, makin bertambahnya umurku, hernia ku tidak pernah kambuh. Atau aku yang tidak tahu. Entahlah. Hingga aku menikah dan dinyatakan hamil. Saat itu aku teringat segala keluhanku dulu dan ada kekhawatiran besar kepada bayiku. Hal itu menjadi salah satu pertanyaan utamaku saat konsultasi ke bidan. Alhamdulillah ternyata bu bidan tidak menjadikan itu sebuah masalah. Dan setelah diusg, semuanya aman. Anakku pun berkembang dengan baik dan lahir dengan lancar. Jika kuingat-ingat, mungkin itu adalah sesuatu yang sangat aku syukuri di awal tahun ini.
#30haribercerita #januari #2023
Komentar