Agama, menurut bahasa sansekerta, berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau) dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Di dunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama ini, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian, perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang dilakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu memberikan gambaran bahwa “addiin” merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965). Dari sudut sosiologi, Emile Durkheim (Ali Syari’ati, 1985 : 81) mengartikan agama sebagai suatu kumpulan keyakinan warisan nenek moyang dan perasaan-perasaan pribadi, suatu peniruan terhadap modus-modus, ritual-ritual, aturan-aturan, konvensi-konvensi dan praktek-praktek secara sosial telah mantap selama genarasi demi generasi.
Agama sangat diperlukan oleh setiap manusia. Tanpa agama, tak ada landasan manusia dalam membatasi perilakunya. Setiap manusia yang baru lahir adalah suci. Bersih dari dosa. Yang membuatnya memeluk Islam, Nasrani, Buddha, atau Majusi adalah kedua orang tua yang membesarkannya. Sesuai dengan sebuah hadis shahih riwayat Iman Muslim dan Abu Hurairah Rasulullah bersabda, ”setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah/suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Alhamdulillah, aku lahir dan dibesarkan oleh keluarga muslim. Dan bisa dikatakan keluarga muslim yang taat. Kedua orang tuaku pun selalu memberikan pendidikan keislaman sejak dini. Aku diberikan kesempatan untuk mengeyam pendidikan di sekolah-sekolah Islam yaitu Bustanul Athfal dan Sekolah Dasar Islam di Metro, Lampung. Aku sudah mengenakan jilbab sejak di taman kanak-kanak. Lingkungan tempat tinggalku pun mendukung keislaman kami. Aku tinggal tepat di depan sebuah masjid. Dan tentu saja aku sudah terbiasa mendengar alunan adzan, tilawah, serta suara khotib menyampaikan khutbahnya. Tak pernah terpikir dariku bahwa Islam merupakan agama yang benar. Yang aku jalani setiap harinya adalah rutinitas sebagai muslim dan tanpa ada pemaknaan yang mendasar. Tak pernah muncul keraguan karena memang seluruh anggota keluargaku hingga buyut-buyut juga beragama Islam.
Ketika saatnya aku harus bersekolah di sekolah menengah, aku memilih untuk bersekolah di sekolah negeri. Saat itu, aku dihadapkan oleh suasana yang sangat berbeda. Para guru dan siswa memiliki keyakinan yang hetrogen. Tidak semua wanita mengenakan jilbab. Tetapi dalam pergaulan, semua orang sangat ramah dan santun tanpa membeda-bedakan agama. Guruku pun sering mengundang kami ke rumahnya pada waktu natal walaupun tak pernah sekalipun aku menghadirinya. Terkadang aku berpikir, setiap agama yakin bahwa agamanya benar. Aku pun yakin agamaku benar. Tapi dasar apakah yang meyakini keyakinan tersebut.
Sejak awal aku tahu bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama Allah dan bukan agama buatan manusia. Poin itu mulai membuat aku yakin. Suatu ketika aku menemukan sebuah ayat al Qur’an Ali Imran : 19 “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. Aku menyimpulkan bahwa agama selain Islam tidakklah diridhai di sisi Allah. Ayat tersebut juga cukup sinkron dengan Q.S. Al Maidah : 3. Dan pada Q.S. Adz- Dzariyat : 56 yang berbunyi “Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku”. Sempat muncul kebingungan dalam diriku karena Allah menggunakan dua kata ganti yang berbeda yaitu “Kami” dan “Ku”. Apakah “Kami” menunjukkan “jamak” bahwa Allah tidak seorang diri. Ternyata setelah aku kaji dan kutanyakan pada beberapa ahli. Memang dalam setiap ayat Allah menggunakan kata ganti “Kami”. Tetapi hal tersebut bukan menunjukkan bahwa Allah lebih dari satu, melainkan diterjemahkan sesuai dengan kesopanan dan kesantuan kalimat. Dan dalam beberapa ayat, Allah menggunakan kata ganti “Ku” untuk menegaskan bahwa hanyalah Allah dan tak ada lagi kecuali Allah. Seperti dalam ayat tersebut, hanyalah Allah yang harus disembah, tidak ada yang lain kecuali Allah. Dan hilanglah kebingunganku.
Setelah aku mempelajari lebih dalam, ternyata agama Islam juga agama yang sangat mudah dan sangat toleran. Ketika seorang mu’allaf belum dapat mengerjakan shalat. Tidakklah mengapa mereka tidak megerjakannya hingga mereka bisa. Betapa indahnya Islam itu. Islam juga tidak membeda-bedakan ras, keturunan, dan fisik manusia. Yang membedakan manusia hanyalah ketaqwaannya.
Agama Islam juga merupakan agama yang lengkap. Segala sesuatu diatur oleh Islam. Seperti fiqih, aqidah dan akhlaq. Dalam fiqih, mulai dari jual-beli, pernikahan, warisan, hukuman atas kejahatan, dan lainnya semua diatur oleh Islam. Tentu saja semua pengaturan itu bertujuan untuk menciptakan keteraturan dalam hidup manusia. Agama Islam juga agama yang adil. Contohnya nyawa dibalas dengan nyawa yaitu ketika seseorang membunuh mana akan mendapat hukuman qishosh. Agama Islam juga agama yang tegas tetapi fleksibel. Contohnya hukuman qishosh yang baru saja dijelaskan, juga hukuman potong tangan bagi para pencuri. Hukuman tersebut sangat tegas tetapi tentu hukuman tersebut tidak mutlak melainkan masih ada syarat dan ketentuan yang berlaku sehingga tidak memberatkan manusia.
Dari segi aqidah dan akhlaq, segala sesuatu yang kita kerjakan yang berkaitan dengan ibadah harus sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangakan selebihnya tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan manusia terutama pada zaman ini. Kita juga diajarkan untuk memuliakan tamu seperti dalam hadits :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Kita diajarkan mengenal sifat-sifat terpuji, dan ditegaskan menjauhi sifat-sifat tercela. Selain itu diajarkan pula adab-adab bertamu, adab makan dan minum, adab pergaulan dengan sesama jenis dan lawan jenis, adab berprilaku dengan orang tua, dan masih banyak lagi.
Islam juga menjunjung persaudaraan sesama muslim, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan baik (sakit) demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim). ”Tidak beriman salah seorang di antara kamu sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam Al qur’an juga dijelaskan tentang ilmu pengetahuan. Contohnya : tentang proses penciptaan manusia : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” [QS. al-Mukminun (23):12-14]. Juga menjelaskan hal-hal lain yang secara ilmiah kita pelajari sekarang ini. Padahal ayat-ayat tersebut turun jauh sebelum para ilmuwan mengetahui dan menemukan hal-hal tersebut. Berarti memang ayat-ayat tersebut bukanlah buatan manusia melainkan kata-kata Allah Swt. Rabb kita. Tidak mungkin ada manusia yang bisa berkata seperti apa yang telah difirmankan oleh Allah Swt. Tidak mungkin yang yang bisa menciptakan agama seindah dan selengkap Islam. Oleh karena itu, aku benar-benar yakin terhadap Islam. Keyakinan terhadap Islam tidak bisa hanya dibuktikan dengan akal tapi juga hati dengan kemantapan yang teguh.
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” [QS. al-Mukminun (23):12-14]. Juga menjelaskan hal-hal lain yang secara ilmiah kita pelajari sekarang ini. Padahal ayat-ayat tersebut turun jauh sebelum para ilmuwan mengetahui dan menemukan hal-hal tersebut. Berarti memang ayat-ayat tersebut bukanlah buatan manusia melainkan kata-kata Allah Swt. Rabb kita. Tidak mungkin ada manusia yang bisa berkata seperti apa yang telah difirmankan oleh Allah Swt. Tidak mungkin yang yang bisa menciptakan agama seindah dan selengkap Islam. Oleh karena itu, aku benar-benar yakin terhadap Islam. Keyakinan terhadap Islam tidak bisa hanya dibuktikan dengan akal tapi juga hati dengan kemantapan yang teguh.
Komentar