Awal menikah dulu, aku dan suami LDR selama 2 tahun karena aku harus menyelesaikan studi S2 ku. Di semester akhir kuliahku, wabah COVID-19 datang dan aku bisa berkumpul lagi dengan suamiku karena aku bisa kuliah from home sampai wisuda. Sekitar satu bulan setelah wisuda, aku hamil anak pertama. Aku dan mas bisa tinggal satu atap waktu itu dan menjalani hari-hari bak pasutri seutuhnya. Namun saat usia kehamilanku 5 bulan, kami bersepakat agar aku pulang kampung dan melahirkan di rumah orang tua. Aku dan suami tinggal berjauhan lagi hingga anakku berusia 1 tahun 3 bulan. Setelah tinggal bersama 2,5 tahun ini, belum terpikir bahwa kami akan menjalani LDR lagi. Momen-momen yang dulu sangat berat dan menyedihkan akan terulang. Scene sedih di bandara dan stasiun terkadang membayangiku. Tapi di pernikahan kami yang akan menginjak 7 tahun ini, rasanya akan berbeda. Prioritas kami berubah. Cinta-cintaan yang dulu membara bak remaja kini berubah menjadi cinta yang stabil dan penuh target masa de...
Salah satu realita di dunia ini: untuk menjadi sukses, nilai bagus dan ketekunan saja tidak cukup. Kita harus punya banyak pilihan dan peluang. Keduanya dibuka oleh beragam faktor. Waktu SMP dan SMA, aku tidak banyak memilih. Aku dihadapkan satu sekolah yang dipilih orang tuaku. Aku tidak dipaksa tapi lebih memilih untuk menurut karena percaya pilihan orang tua. Lebih lagi, saat itu aku masih di bawah umur, jadi sudah sewajarnya orang tua punya andil yang besar. Aku tidak bersekolah di sekolah yang paling favorit. Tapi aku tetap senang menjalani hari-hari saat itu dan memiliki teman-teman yang solid hingga sekarang. Saat memilih perguruan tinggi, aku lebih tidak punya pilihan. Ketika teman-temanku memilih kampus terbaik A dan B. Aku hanya berpikir apakah aku bisa berkuliah saat itu dengan kondisi yang ada. Aku ingin sekali menjadi dokter, tapi aku juga tahu diri dengan situasiku saat itu. Aku tetap memilih jurusan itu, juga alternatif lainnya yang sesuai feelingku karena tidak ada yang...