Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Anak yang baik dan mengerti

Sejak di kandungan, Kautsar adalah bayi yang periang. Dia suka bergerak-gerak di rahim, menendang sana-sini dan nelemaskan otot-otot jemarinya. Saat usianya di kandungan masih kecil, dia hobi tidur sambil menghisap jempol. Foto-foto USGnya sangat lucu. Dia tidak pernah merepotkan ibunya. Sejak usia 13 minggu di kandungan, dia menguatkan tubuhku menerima semua makanan yang aku makan. Waktu itu abinya sakit cukup lama. Hampir dua minggu. Kautsar masih 4 bulan di perutku. Setiap hari aku mengajak Kautsar mengurus abi dan mendoakan agar segera sembuh. Juga mengerjakan pekerjaan rumah sebisaku. Dia selalu menurut dan tidak rewel. Dia mengerti, ummi abinya ada di rantau dan tak ada sanak saudara yang membantu. Maka Kautsar dengan senang hati mengikuti seluruh aktivitasku dengan semangat. Saat abi sudah sembuh, mulailah perjalanan kami ke Jogja-Solo-Magelang-Jogja-Lampung. Maafkan ummi nak. Waktu itu besar rasa khawatirku untuk membawanya dalam perjalanan sejauh dan selama itu. Apalagi Kautsa

Mimi dan Mintuna (Part 5)

Dia lelaki kurus, lebih tinggi kira-kira 12 cm dariku, dengan rambut gondrong dan kaos kebesarannya. Dia datang membawa semesta dan memberikannya padaku. Dia datang dengan tabir diri yang terbuka lebar. Dia tidak pandai janji-janji. Tidak ada kepastian bagaimana hidupku akan berjalan kelak. Aku bahkan ragu. Kadang hidup itu seperti jual-beli. Kalau aku melakukan ini, apa yang akan aku dapat?  Aku hanya ingin perbaikan yang signifikan. Itu saja. Dalam semua aspek. Juga dalam kehidupan spiritual. Mungkin harusnya ini yang utama. Aku ingin punya keturunan yang segala sikapnya menunjukkan takut pada Tuhan--takut mengecewakan-Nya dan takut melanggar larangan-Nya. Maka, aku harus cari kawan untuk berbenah. Aku sadar, aku tidaklah mumpuni dalam membangun generasi seorang diri. Aku butuh teman belajar, memadu rasa untuk terus introspeksi. Sahabat yang tidak menghakimi, sahabat yang selalu mengerti dan menasihati. Saat itu aku merasa dia lah orangnya, bisa jadi. Dia menawarkan dunia baru untukk

Mimi dan Mintuna (Part 4)

Aku tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama, kecuali saat melihat Kautsar. Tidak juga pada witing tresna jalaran saka kulina. Karena seharusnya 'memulai sebuah perasaan' haruslah penuh perjuangan dan tanggung jawab. Bukan dengan nekat dan terbuai emosi remaja. Maka, tak masalah bagiku untuk 'menyendiri' meski sudah bekerja dan mandiri. Aku menikmati hari-hari dengan teman-teman yang baik, keluarga yang lengkap dan nasi hangat di pagi hari. Apa lagi yang kurang?  "Sebenarnya saya ada niat baik melamar sampean". Tiba-tiba aku teringat sebuah pesan BBM. Waktu itu, aku sangat kaget membaca pesan yang jujur dan berani itu. Tapi tentu aku menolak seperti biasanya. Kamu siapa. Aku siapa. Kamu siapa. Begitulah, seperti kata lagu. Kami tak saling kenal secara mendalam. Dan menikah, ah, belum terpikir di benakku untuk melepas masa lajangku yang sangat berharga. Tapi, kecemasanku terelakkan dengan pesan lanjutannya. "Tapi lupain aja" . Baiklah.

Mimi dan Mintuna (Part 3)

Tiap jam empat Subuh, anakku bangun dari tidurnya dengan sigap. Dia mendekatiku, memukulkan tangan kecilnya ke wajahku. Tak butuh waktu lama, dia terus menekan-nekan perutku untuk membantunya berdiri. Aku selalu terbangun dengan pemandangan yang natural ini. Anakku sungguh gagah berani, dia terus mencoba untuk bisa berdiri di usianya yang baru 6 bulan. Kemungkinan jatuh, memar, dan semua kengerian yang kutakutkan seperti tak ada di benaknya. Dia hanya melakukan apa yang dia inginkan, risikonya akan dipikirkan nanti. Sikapnya itu mengingatkanku pada diriku sendiri kala itu. Tak terasa waktu liburan telah usai. Sejuta tangis ingin ku semburkan beriringan dengan kepergianku. Tapi buat apa? Bukankah ada kehidupan yang lebih besar di rantau? Bukankah banyak harapan baik? Maka aku mengesampingkan perasaanku seperti biasanya dan terus bersiap untuk kembali ke asrama. Mamak menyiapkan banyak bekal juga oleh-oleh. "Ma, ini untuk Bude di Semarang, ini untuk mbah di Boyolali, ini untuk ustad

Kautsar, Nikmat yang Terus-Menerus

Usia anakku sudah enam bulan :) Di usia ini, Kautsar sudah bisa merangkak, sudah ngoceh macam-macam dan pintar merambat untuk belajar berdiri. Suatu kenikmatan yang tidak pernah aku duga. Sedari dulu aku meyakini bahwa perkembangan anak itu berbeda-beda. Asalkan sesuai dengan rentang milestone-nya maka tidak masalah. Tapi perkembangan motorik Kautsar di usia enam bulan ini sudah sangat luar biasa. Terima kasih anakku. Sejak hamil, Kautsar adalah pemberian Allah yang menakjubkan. Kenikmatan selama hamil hingga melahirkan benar-benar kurasakan. Ternyata tidak sampai di situ. Sampai sekarang pun, sungguh Kautsar adalah anak yang menyenangkan. Dia anak yang periang, tidak mudah menangis bahkan saat merasakan sakit. Kautsar juga hobi main dan mudah tertawa pada orang-orang yang dia kenal. Sejak mulai mpasi, dia makan begitu lahap. Makanan homemade ataupun instan fortifikasi selalu habis dimakannya. Dia juga tenang duduk di kursi makannya. Sungguh dari dulu, dia tidak pernah merepotkan ibuny