Memasuki usia kandungan 9 bulan, makin banyak pula persiapan yang aku lakukan. Tas melahirkan sudah siap dengan rapi, pakaian bayi sudah bersih dan wangi, tidak lupa juga aku menyiapkan fisik dan mental. Persiapan yang terakhir itu yang sering terlupa. Walau aku merasa sudah menyiapkannya tapi tetap saja, tidak ada yang tahu kan apa yang terjadi di kemudian hari.
Mulai 36 minggu, aku semakin giat berolah raga. Banyak temanku yang melahirkan di usia kandungan (uk) 37 hingga 39 minggu. Kebanyakan di uk 38 minggu, karena sudah cukup bulan dan waktunya pas. Aku juga berharap demikian. Untuk itu aku tetap rajin mengikuti prenatal gentle yoga, aquatic yoga, berjemur setiap lagi, squat dan olah raga ringan lainnya. Seminggu berlalu, belum ada tanda-tanda melahirkan. Tak apa, masih ada beberapa minggu ke depan, toh HPL ku juga masih lama. 37 minggu pun terlewati sedikit demi sedikit, alhamdulillah posisi bayiku sudah mulai optimal untuk melahirkan normal. Makin gencar aku berolah raga, membaca artikel tentang kelahiran, juga banyak berdoa. Tapi tanpa disangka, gelombang cinta pun belum muncul. Tak ada ngilu, ataupun kontraksi palsu. Walaupun begitu, tiap hasil USG selalu menunjukkan progres yang baik. Anakku sudah semakin dekat dengan pintu panggul.
Memasuki 38 minggu, bidan dan dokter secara serempak mengatakan bahwa posisi bayiku sudah optimal. Dokter obgyn juga memutuskan bahwa aku bisa melahirkan secara pervaginam. Kepala bayiku sudah di bawah dan sudah masuk panggul. Aku semakin bersemangat. Kelas yoga yang biasa ku ikuti seminggu sekali kini kutambah menjadi 2 kali. Aku juga mengambil kelas aquatic yoga secara privat. Squat yang biasanya kulakukan dengan malas-malasan, kini aku kerjakan dengan semangat. Posisi sujud juga terus kulakukan. Segala macam cara kulakukan agar aku segera bertemu dengan anakku. Bahkan suamiku pun sudah mengambil izin kerja untuk menemaniku melahirkan dan mendampingi tiap proses persiapan ini.
38 minggu mulai terlewati sehari demi sehari. Belum ada rasa mulas ataupun firasat bahwa anakku akan segera lahir. Tepat 39 minggu, aku berkonsultasi dengan dokter obgynku dan ternyata ada diagnosis yang mengagetkanku. Posisi anakku oblic. Right occiput posterior. Pantas saja aku sering merasakan gerakan di perut sebelah kiri, sedangkan perut sebelah kanan terasa kosong. Dengan posisi ini, bayiku akan sulit untuk masuk apalagi melewati panggul. Jika dilahirkan pervaginam, bisa saja posisinya berputar menjadi baik dan lancar atau malah sebaliknya yaitu akan terhambat dan lama di jalan lahir. Dokter memintaku untuk kembali 3 hari lagi sambil berikhtiar agar posisi bayiku kembali benar.
Dalam ikhtiarku itu, aku juga memeriksakan diri ke bidan. Kesimpulannya ternyata hampir sama : posisi optimal memang diperlukan untuk melahirkan secara pervaginam karena selain itu pasti lebih tinggi risikonya. Namun, bidan masih menyarankan untuk rutin berolahraga dan yoga agar dapat mengubah posisi bayiku. Sejak saat itu, aku tidak bisa tidur. Banyak skenario yang berputar di kepalaku. Sungguh, tak pernah aku bayangkan justru ada masalah yang timbul di akhir kehamilan. Aku hanya bisa berdoa sepanjang waktu sambil memikirkan kemungkinan tersulit.
Setelah 3 hari, aku datang kembali ke klinik dokter kandungan langgananku pukul 8 pagi. Dokter memeriksa lagi kondisi bayiku dan ternyata posisinya masih sama. Aku dan suamiku sepakat bahwa SC adalah solusi terbaik saat itu mengingat kondisi ketuban dan plasenta sudah tidak memungkinkan untuk menunggu lebih lama. Aku menghela napas, akhirnya terjadilah keputusan ini.
Aku bukan orang yang anti operasai caesar. Sejak awal sudah kuyakini bahwa kedua jenis cara melahirkan itu sama dan normal. Hanya saja, semua usahaku untuk melahirkan pervaginam seakan sia-sia. Tapi Allah yang menentukan segalanya. Melahirkan secara SC tidaklah berdosa, yang berdosa adalah terus menyalahkan takdir dan meratapi keadaan. Maka, aku terima dengan bersemangat keputusan ini. Anggap saja semua ini demi segera bertemu dengan anakku. Allah Maha Baik. Benar saja, tiap prosesnya menjadi indah dan mudah. Pukul 18.40 sorenya aku sudah mendengar tangisan anakku. Pemulihan pasca operasi pun sangat cepat. Setelah 4 hari aku sudah mulai bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Cukup seminggu, nyeri luka di dalam maupun luar sudah sangaat berkurang. Tidak sampai dua minggu, sakit pasca operasi sudah benar-benar hilang sama seperti sebelum operasi. Alhamdulillah.
Kautsar, bayi 39w3d, untuk pertama kalinya menentukan arah hidupnya sendiri sejak dalam kandungan. Dia memutar arah dan tujuan tubuhnya sesuai yang dia inginkan.
Komentar