Beberapa hari yang lalu, Allah menakdirkan aku dan mas bertemu. Meski singkat, rasanya hilang semua penat. Meski singkat, senyum jadi hiasan terhebat selama bersama. Meski singkat, tubuh yang sakit kini menjadi sehat. Namun, ketika tatapan mata telah usai sementara, bisikan di jiwa terus bertanya sampai kapan ini semua. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja berdua rasanya lebih sempurna.
Tapi perihal hidup manusia, tak elok jika selalu melihat yang di atas. Manusia merasa kurang saat menilai sesuatu yang dirasa tidak pas. Maka, pengalaman orang-orang terdahulu ataupun cerita-cerita orang lain mungkin bisa jadi kunci. Yah meski tak mengobati, minimal bisa mengurangi beban di hati.
Aku tidak sengaja bertemu teman baru. Dia bercerita bahwa sudah hidup berjauhan dengan suaminya sejak dulu. Dari mulai menikah hingga anaknya masuk sekolah. Jika dihitung-hitung lima tahun. Kenapa tidak ikut saja? Sama seperti aku, semua punya kisah yang unik. Tak ada yang mau hidup berjauhan dengan yang dicinta. Semua punya alasan.
Aku lihat lagi, ibuk fenomenal Retno Hening yang punya dua anak luar biasa. Awal-awal menikah ibuk belum ikut ke Oman dan baru menyusul saat Kirana usia tujuh bulan. Ibuk juga bercerita dalam long distance married-nya para tetangga jadi ikut berkomentar dan rasan-rasan. Tapi kini ibuk dan ayah sudah bersama, Kirana dan Rumaysaa bisa jadi role model anak-anak se-Indonesia.
Masih banyak pula cerita yang tidak terungkap, bukan?
Misalnya seorang teman yang belum bertemu suaminya lagi sejak awal menikah hingga setahun berlalu karena suaminya sekolah di luar negeri, istri-istri tentara yang sedang mengabdi, juga pasangan yang harus memperjuangkan nafkah di kota terpisah.
Maka dari semuanya, satu-satunya solusi adalah sholat dan sabar. Lho?
Ya, benar sholat dan sabar. Keduanya memang jawaban dari semua problematika. Allah yang memberi ujian bagi hamba-Nya, maka Allah pula yang akan memberi kemudahan setelahnya. Allah akan turunkan kebaikan atas itu semua. Selain itu, sikap kita terhadap LDM pun jadi krusial. Jika temanku tadi tidak terima dan terus mengeluh terhadap jarak, tentu dia tidak akan menjadi ibu entrepeneur, aktif komunitas, dan mampu mengurus anak bahkan kedua orang tuanya. Jika Ibuk Retno Hening setiap hari sedih dan menyalahkan takdir, tentu Kirana tidak menjadi Happy Little Soul seperti sekarang.
Bersama jarak, Allah ingin membuat hubungan suci menjadi kuat dan berirama. Dengan jarangnya jumpa, kita makin menghargai waktu dan momen-momen bersama. Suami dan istri masih mempunyai banyak waktu untuk bermuhasabah, mengembangkan diri, dan tetap memiliki rumah tangga yang sakinah.
Istri, semangatlah! Ada satu hadits yang indah :
“Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri
kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling
berjauhan.” (HR. Tirmidzi).
Maka dalam LDM ini, mari kita banyak-banyak mendoakan suami kita. Doakan kesehatannya, doakan kelancaran usahanya, doakan kebahagiaannya. Minta kepada Allah agar suami selalu ridho terhadap langkah kita di sini yang selalu menjaga diri. Mohon kepada Allah agar kita terus diberi kekuatan dan keikhlasan.
"Aku dulunya wanita kuat. Biasa tinggal jauh dari kampung halaman. Kini aku lebih kuat karena telah menyatukan jiwa dengan pernikahan. Suamiku, hidup ini semu tapi tak apa jika terus bersamamu. Kehidupan akhirat lebih menawan karena selamanya kita akan bergandengan tangan tanpa takut perpisahan. Ilusi jarak yang sebentar ini biarlah dia hilang. Ikatan hati kita lebih gadang, lebih kencang."
Komentar