Di antara hobiku yang negatif, aku tu sering memikirkan hal-hal yang kadang ga perlu. Aku tanya teman-temanku yang perempuan, mereka katanya juga gitu. Tos deh. Penyakit emang ini ya.
Salah satu yang sering kupikirkan adalah besok aku jadi apa ya. Sebelum menikah aku memang punya sejuta cita-cita. Tapi setelah menikah, rasanya aku kok jadi super nyaman ya. Banyak aktivitas yang lebih 'ku dambakan. Menggendong anak, masak bakso untuk suami, beres-beres rumah. Ah, dulu waktu single ga pernah kepikiran gini. Sekarang rasanya I wanna be a good wife, a good mother. Tapi di sisi lain, ada perasaan-perasaan "ingin" meraih apa dulu yang jadi mimpi-mimpiku. Hal ini juga yang jadi pemantik aku untuk berjuang. Tapi kemudian aku harus menyelesaikan dulu tugasku untuk lulus studi. Lalu galau dengan realita, semangat lagi, risau lagi, dan begitu seterusnya. Sampai-sampai aku berpikir, apa mungkin ya aku bisa.
Dan anehnya, aku pun curhat itu ke suamik. Emang apa-apa aku curhat sih. Detail lagi. Nambah-nambah pikiran mas aja hehehe. Tapi hebatnya laki-laki berinisial SW ini, segala macam "concern" dariku, bahkan yang absurd, bisa diakomodasi. Mas menanyakan apa saja cita-cita hidupku. Dengan berbinar-binar, 'ku ceritakanlah semuanya. Tentang aku ingin mengabdi, ingin berprofesi apa, punya aktivitas apa saja besok dan banyak hal yang sedari dulu berselimut di lubuk hati. Tak lupa aku bertanya apakah boleh. Karena sekarang, ridho suamilah yang terpenting. Dan kabar baiknya, tentu mas membolehkan. Mengamini semua yang aku ingin.
HS : Tapi mas, kalau akhirnya jadi ibu rumah tangga gimana?
SW : Boleh juga. Apa pun itu mas pastikan akan dukung.
HS : Terus yang ga boleh apa?
SW : JADI ISTRI YANG PESIMIS
Ah sore itu, rasanya lebih hangat dari biasanya. Hidup ini manis, kenapa harus pesimis.
SW : Boleh juga. Apa pun itu mas pastikan akan dukung.
HS : Terus yang ga boleh apa?
SW : JADI ISTRI YANG PESIMIS
Ah sore itu, rasanya lebih hangat dari biasanya. Hidup ini manis, kenapa harus pesimis.
Komentar