Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Kado Setahun Pernikahan (Part 2)

Salah satu momen tersakral setelah akad nikah adalah saat suami menyentuh kepala sang istri sambil mendoakan lalu meniup ubun-ubunnya. Allahumma inni as-aluka khairaha wa khaira ma jabaltaha 'alaihi, wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaih Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan Aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.” Doa ini sempat membuatku bepikir. Mengapa suami berdoa untuk berlindung dari kejelekan istri seolah-olah hanya istri yang punya perangai buruk sedangkan suami tidak. Tapi aku tersadar. Saat menikah semua beban istri akan disandarkan pada suami. Termasuk akhlaq dan perbuatannya. Suami harus menanggung dosa istri tapi istri tidak pernah ikut mempertanggungjawabkan dosa suami. Nah. Jadi, jika kita kaji secara mendalam, doa tsb adalah doa yang romantis. Doa ini adalah sebagai perwujudan tawakal suam

Kado Setahun Pernikahan (Part 1)

Dua hari yang lalu adalah satu tahun pernikahanku. Orang-orang biasa menyebutnya anniv (baca : enif). Sudah lama aku dan mas merencanakan untuk bisa bersama pada tanggal itu. Bukan untuk merayakan tapi lebih untuk mengenang. Ya, mengenang perjuangan kami dulu untuk bisa menikah. Sebenarnya prosesnya sederhana. Tak ribet-ribet pakai adat. Tak sulit juga mencapai mufakat dan sepakat dua keluarga. Tapi karena kami berasal dari dua pulau yang berbeda, plus waktunya pun sungguh sangat dikejar-kejar deadline maka urusan ini jadi penuh pengorbanan. Kesusu banget rasanya wkwk, tapi niat baik tak apa-apa kan disegerakan?  Aku menikah 2 minggu setelah kepulanganku ke Indonesia. Aku ingat bagaimana aku harus bolak balik Lampung-Solo-Lampung sepulang dari Jerman hingga tak ada lagi deg-degan sebelum menikah. Saat-saat sebelum menikah itu malah membuatku makin mantap untuk menikahi mas. Aku lihat sendiri bagaimana mas menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul. Bahkan saat itu mas sempat

Mencari Obat Rindu di antara Puing-puing

"Ikut mas aja yuk". Entah berapa kali mas mengajakku untuk ikut bersamanya. Basa-basi yang dari hati. Mas sudah sangat mengerti jawabannya. Jiwaku ini sebenarnya mau dan sangat ingin, tapi tak tahulah aku harus bagaimana. Cinta ini menggelora, namun banyak tanggung jawab menghadang di mukaku pekan depan. Menunda tugas ini berarti mengulur waktu 'tuk segera angkat kaki dan berkumpul dengan suami. "Sabar dulu" adalah solusi terbaik. Walaupun pahit. Sakit. Juga bagai disayat sembilu. Aku sendu huhuhu. Aku heran, ada banyak pasangan yang mampu hidup terpisah selama bertahun-tahun. Aku tahu sebagian dari mereka tak pernah mau, tapi keadaan yang memaksa. Aku salut. Diperlukan komitmen dan keridhaan hati yang luas. Aku tak tahu apakah bisa. Biasanya, setelah lambaian tangan perpisahan, ada kekosongan di hatiku yang teramat besar. Aku tidak tahu apakah ini bisa disebut rindu. Rindu biasanya muncul saat sudah sekian lama tak bertemu. Mas baru hilang dari pengliha

Dalam sibukmu

Dalam sibukmu, ada jutaan perasaanku yang tak sampai. Juga, ada percakapan yang hilang terbawa angin sepoi-sepoi. Rindu kita perlahan penuh tanya, entah masih sama atau bertambah sesak. Dalam sibukmu, ada doaku yang naik ke langit. Tak ada di sampingku bukan berarti aku melupakanmu. Aku selalu minta kau senang, sehat, dan sejahtera. Aku tahu semua waktu hilang itu akan kembali untukku, hanya untukku . Kau pernah bilang laki-laki romantis itu bukan hanya yang bawa bunga tapi yang mau kerja keras, setia, dan selalu memberi bahagia. Maka kini, biarkan aku jadi istri yang mengerti semua rasa . Dan untuk kau, semoga kau selalu jadi suami yang sejiwa. Kasih, semoga kita selalu jadi mimi dan mintuna.