Si A nikah sama B lho
Kok bisa? Kok dia mau sih?
Beberapa hari ini aku sedikit kepikiran perihal jodoh. Bukan galau karena jodoh tak kunjung bertandang ke rumah (hehe), tapi karena masalah yang akan aku ceritakan di bawah ini.
Jadi, suatu hari dengan sangat antusias, ibuku mencarikan jodoh dengan luar biasa untuk anak temannya. Seorang wanita, usia 27, seorang pengajar di PTS. Kenapa bisa-bisanya digalaukan oleh orang tuanya. Memang sih, usianya sudah matang. Tapi aku ga yakin dia ga laku. Aku pernah mengobrol dengan si mbak di suatu pagi, pingin tau gimana sih orangnya. Ketika sudah ngalor-ngidul ngobrol, tidak terasa sudah semakin siang dan aku pamit pulang. Di jalan aku sadar bahwa si mbak ini luar biasa, masya Allah, Allahu akbar. IQ, EQ, maupun SQ benar-benar unggul. Lulusan magister PTN ternama, lemah lembut, tertata bicaranya, tidak sombong, dan lainnya. Pokoknya high quality single. Saat ibuku sudah menemukan laki-laki yang akan dikenalkan ke mbak itu, aku berpikir : "Eman-eman banget mbak itu sama si mas! Mbak itu bisa dapet yang lebih keren!:" Saat itu, aku membatin, semoga mereka tidak sampai menikah. Aku mendoakan agar ada pangeran kesiangan yang tiba-tiba datang untuk meminang.
***
Someday, aku dapet undangan pernikahan. Pas aku baca nama-nama calon mempelainya ternyata dua-duanya aku kenal. Aku sedikit sebal. Aku tahu perempuannya itu anaknya great, kulitnya putih, religius, dan cerdas. Aku kenal dia sekitar 2-3 tahun. Tapi laki-lakinya itu lho. Aku taunya dia punya track record yang *ah sudahlah*.. Rasanya sayaaang banget tuh dapet laki-laki itu. Aku ngerti sih, sekarang si cowok udah sangat berubah mulai dari penampilan, perbuatan dan sangat tekun belajar agama tapi tetap saja ya.. Ah, sayang banget!
***
Mungkin banyak dari kita yang sering berpikir demikian.
Tidak diucapkan.
Hanya di batin saja.
Aku menulis semua ini dengan kesadaran penuh bahwa aku benar-benar salah (dan aku mohon ampun). Pikiran sesaatku membuatku lupa bahwa kriteria dalam perjodohan itu jauh dari kata mutlak. Nisbi. Pantas tidak pantas, baik buruk, cocok tidak cocok adalah hal-hal subyektif. Ingat foto gaun yang dulu sempat heboh? Ada yang bilang warnanya biru hitam dan ada yang bilang warnanya putih emas. Itu adalah masalah warna, yang sebenernya kelihatan sangat jelas di depan mata. Semua menjadi tidak pasti ketika dua orang punya dua pikiran, dua orang melihat dari dua sudut pandang. Perbedaan sudut pandang menghasilkan penilaian yang tak sama. Relatif. Aku bilang begini, mungkin temanku bilang yang lain. Aku setuju, mungkin dia tidak. Sama halnya ketika kita menilai serasi atau tidaknya dua orang dalam satu hubungan. Banyak aspek yang kita nilai dalam pemutusan sebuah kecocokan. Aspek-aspek itu pun lagi-lagi relatif. Ada yang benar-benar memperhatikan sisi edukasinya. Ada yang hanya fokus pada watak. Adapula yang mempertimbangkan semua sisi, semua hal. Lalu saat aku bilang cocok, mungkin temanku yang lain akan bilang tidak karena prioritas aspek penilaian kami berbeda. Bahkan, "si pelaku yang dibicarakan" sebagai obyek penilaian juga punya penilaian tersendiri terhadap pasangannya. Lalu tau apa kita, yang cuma penonton, tentang kecocokan jodoh orang lain?
Kita tidak pernah tahu 100% kehidupan mereka. Bahkan mau stalking akun sosmednya setiap hari pun, kita tak akan bisa tahu cerita hidup orang dengan pasti tanpa mengalaminya sendiri. Kita juga tidak pernah mengerti dengan pasti, apa isi kepala dan isi hati seseorang. Jadi sungguhlah sebuah penilaian yang dangkal, apabila kita menilai cocok tidaknya si A dengan si B, yang notabene kita tidak tahu bagaimana setiap detiknya, bagaimana peluh perjuangannya, apakah yang setiap hari dia lakukan, dan apa kebaikan dari masing-masing mereka yang membuat keduanya akhirnya cocok untuk bersanding. Dan yang terakhir, ketika memang kita masih bersikukuh untuk menilai kecocokan yang relatif tadi maka ingatlah :
Jika jutaan tahun yang lalu Allah telah menakdirkan dua insan akan menjadi satu maka siapa lagi yang bisa mengubahnya?
Note : thanks for my lovely one for discussing :*
Picture source : http://www.ummi-online.com/po-content/po-upload/Cara-Mencari-Jodoh-Impian.jpg
Komentar
Sedang insan lah sing usaha