Langsung ke konten utama

Meng-interview Sang Pengemis


     Kisah ini terjadi ketika matahari sepenggalahan naik. Matahari mulai muncul dengan percaya diri, kawan. Sinarnya menghangatkan dunia. Peluhku sedikit menetes. Namun, tingkahku yang selalu dinamis tak pernah mempersoalkan hal itu. Setelah jam kuliah selesai, aku segera meninggalkan kelas. Mataku tertuju pada kerumunan di depanku. Teman-temanku. Mereka berjumlah 5-7 orang dan duduk di kursi-kursi yang telah disediakan di depan kelas. Mereka sedang sibuk berdikusi tentang baksos. Kehadiranku sepertinya mengganggu mereka karena aku tidak termasuk orang-orang yang namanya tertera dalam daftar panitia. Tak ingin larut dalam kesendirian akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Ide yang sangat cemerlang.
      Segera ku melangkah dengan pasti. Namun, terhenti sekejap. Sesosok makhluk Allah menyapaku. Ramah dan hangat. Benar-benar aku merasakan sesuatu di kalbuku. Aku mengamatinya sambil tersenyum. Kulitnya kusam dan rambutnya yang dikucir mulai memutih. Wajahnya kotor, bak tentara di medan perang. Pakaiannya benar-benar sangat sederhana. Dihiasi dengan lubang disana-sini. Namun, aku salut. Beliau benar-benar penantang alam, tidak memakai alas kaki. Di tangan kanannya ada karung dan karet gelang. Dia bukan orang gila. Ya,  dia adalah pengemis dan mencoba meminta dariku. Aku  mengamatinya lagi. Dan aku tak tahu apakah aku bodoh atau tidak, tapi aku meng-interview dirinya.
      Aku mengajaknya duduk di sampingku. Dengan berbekal bahasa jawa kromo inggil bercampur bahasa Indonesia, aku menanyakan berbagai hal. Ini dan itu. Tapi dengan bersemangat ibu itu menceritakan elegi hidupnya. Kisah masa lalunya ternyata tak sesuram masa kini. Hatiku sedih. Ternyata aku benar-benar orang yang tak pandai bersyukur. Aku meminta ibu itu untuk tetap kuat dan mengatakan bahwa hidup di dunia tidaklah lama. Cobaan takkan mendera di luar kemampuan kita. Kemudian dengan polosnya aku bertanya, "Bu, kenapa ibu mengemis? Apakah ibu tidak bisa berjualan, menjahit atau membuat kue?".  Beliau terperanjat dengan pertanyaanku. Aku sedikit takut menyinggung perasaan si ibu tadi. Sepertinya itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah kuucapkan selama ini. Namun,  ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepala. Saya pun lega ibu itu tidak marah. Kemudian saya bertanya, "Bu, apakah ibu seorang muslim?". Saya sangat penasaran dengan jawabannya. Beliau pun menjawab, "Ya, saya muslim. Bahkan ayah saya adalah orang Arab asli".  Aku tertegun. Sangat tertegun.
Setelah pertanyaan tadi kulontarkan, perbincangan kami semakin hangat. Aku merasa beliau adalah ukhti fillah. Aku terperanjat untuk kesekian kalinya bahwa ternyata ibu itu sangat paham tentang agama Islam. Beliau bergantian menasihatiku. Beliau bahkan mengucapkan beberapa hadits dan ayat al qur'an plus artinya dengan lancar. Aku seperti berada dalam kegiatan AAI  (Asistensi Agama Islam). Akhirnya aku berpamitan dengan ibu itu karena waktu telah menjelang Dzuhur. Aku sangat berterima kasih dan memberinya selembar kertas dari isi dompetku. Sedikit. Amat sangat sedikit. Bahkan tak sebanding dengan apa yang beliau berikan padaku. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari beliau.

Bekerjalah untuk duniamu seakan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan esok engkau mati. (Biharul Anwar, jilid 4, hal. 138)

Imam Hasan as berkata bahwa hendaknya kita beribadah (misalnya shalat) seakan esok hari kita akan mati, dan hendaknya kita bekerja (untuk dunia) seakan kita hidup selamanya.
  
Sahabatku, ilmu adalah bekal untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Ilmu agama sangat penting. Namun, ilmu agama saja juga tidak cukup untuk membahagiakan diri kita di dunia. Begitu pun dengan ilmu dunia. Ilmu dunia tidak akan menyelamatkan kita kelak di hari pembalasan. Oleh karena itu, keseimbangan antara keduanya sangat diperlukan.
Ini termasuk salah satu pelajaran manajemen kalbu untuk kita. Saat sedang melakukan ritual ibadah, kita tidak perlu mengkhawatirkan urusan dunia, karena kita tak akan menikmati dunia ini selamanya. Kita hanya perlu berkonsentrasi pada ibadah yang kita lakukan saat ini, karena tak lama lagi kita akan mati.
Tapi, untuk hidup di dunia dengan layak kita perlu ilmu dunia. Ada 2 yang kita butuhkan : hardskill dan softskill. Hardskill sering diidentikkan dengan kemampuan akademis, sedangkan softkill lebih pada keterampilan, kepemimpinan, dan yang lainnya.

Oleh karena itu, dengan waktu yang masih Allah berikan pada kita mari kita rengkuh keduanya.. Together we can be better. Hamasah!! ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks MC Bahasa Inggris di Acara Kuliah Pakar (Stadium General)

Rabu kemarin aku diminta jadi MC di acara kuliah pakar dengan dua pembicara. Satu satunya pembicara dari Turki dan satunya lagi adalah dosen UNS sekaligus mahasiswa post-doc di Dortmund, Jerman. Acaranya alhamdulillah lancar meski didn't run smoothly. So, di sini aku akan share teks MC berbahasa inggris. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang membutuhkan.  Ladies and gentleman, may I have your attention please. Please have a seat because opening ceremony is about to begin. Assalamualaikum wr wb. Good Morning ladies and Gentleman, welcome to  2 nd Floor room, Graduate School, Universitas Sebelas Maret. We would like to express our sincere gratitude to 1.   Excellency The Head of Chemistry Graduate Program / Dr. rer. nat. Fajar Rakhman Wibowo, M.Si 2.   Honourable the speaker from Department of Chemical Engineering, Izmir Institute of Technology/ Prof. Selatahattin Yilmaz, welcome to Indonesia. 3. Honourable the speaker from Department of Chem

Cara Mengisi Formulir Visa Nasional (Residence Permit) Kedutaan Jerman

Hai travellers! Apply visa untuk pertama kali memang agak membingungkan. Tapi jangan takut, asalkan semua syarat sudah terpenuhi, proses pembuatan visa pasti jadi semakin mudah dan lancar. Formulir merupakan salah satu syarat pengajuan visa. Mau ga mau kita harus mengisinya kan? Kabar baiknya adalah formulir harus diisi dalam bahasa jerman! Saya sempet bingung karena ga bisa bahasa Jerman. Tapi Alhamdulillah, dengan segala macam upaya akhirnya sekarang saya sudah bisa mengisi formulir tsb dan akan share ke teman-teman yang membutuhkan. Pertama download dulu formulirnya di sini :  http://m.jakarta.diplo.de/contentblob/3453968/Daten/4808067/antrag_national.pdf Mengisi formulir boleh dengan cara diketik atau ditulis tangan. Setau saya warna tintanya juga bebas, boleh hitam atau biru. Eh, tapi jangan merah ya, aneh kayaknya haha. Yuk kita mulai mengisinya :)

Tahapan Rekrutmen Medical Delegate Trainee (MDT) PT Nestle Indonesia Oktober-November 2015

Karena banyak yang request, akhirya aku bikin edisi yang more detail.  Posisi MDT PT. Nestle Indonesia bisa didapatkan melalui rekrutmen kampus, jobfair, dan event pencarian kerja lainnya. Rekrutmen kampus mungkin salah satu yang berpeluang besar untuk kita, terutama fresh graduate. UNS Surakarta. Posisi yang ditawarkan adalah Medical Delegate Trainee (MDT). Saat aku mendaftar dulu, secara umum tahap seleksinya ada 7 : short interview, focus group discussion, in depth interview, join visit, final interview, medical check up, dan salary offering. Kalau dari rekrutmen kampus, biasanya kita diminta mengisi form online mengenai biodata kita. Kemudian, pada hari yang sudah ditentukan, kita diminta datang ke tempat seleksi. Pastikan pakai baju yang rapi dan bersepatu. Nestle akan  mengawali rekrutmen dengan memberikan presentasi mengenai introduction about perusahaan. Nestle bergerak di bidang nutrition, health, and wellness. Tagline nya adalah good food, good life. Selanjutnya masin