Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Pentingnya Tidur yang Cukup dan Mengatur “Attachment” (1)”

​Dalam sebulam ini, sudah tiga kali aku uring-uringan dengan suami. Entah mengapa ada saja hal yang membuatnya salah di mataku. Yang menurutku lebih salah lagi adalah suamiku tidak sadar juga apa yang membuatnya salah wkwk. Jadi lah beberapa hal aku utarakan dan beberapa kupendam dengan perasaan dongkol dan air mata. Keadaan ini terasa tidak sehat untukku. Aku menganalisis beberapa faktor yang menyebabkan hal ini.  Hormon? Aku tidak pernah membenarkan perubahan hormon menyebabkan tingkah laku  yang tidak baik. Mungkin hormon sangat berpengaruh bagi emosi seorang manusia, tapi kita punya kemampuan pengendalian diri sehingga tentu hormon bukan faktor utama. Kesibukan mas? Ya kalau ini memang sesuatu yang menguras pikiranku. Apalagi kalau ada tamu, teman atau kerabat yang berkunjung ke kota kami, kesibukannya bisa dua kali lipat. Untuk sekadar telepon saja agak sulit karena berbagai aktivitasnya yang padat. Tapi tentu karena itu adalah keharusan dan tanggung jawabnya, maka bukan ...

Laki-laki

​Waktu kecil aku pernah ingin jadi laki-laki. Mereka terlihat bebas dan bisa berbuat semaunya. Mereka juga pakai outfit simpel: celana pendek dan kaos. Mereka juga dibolehkan main lebih sore. Beranjak remaja aku mulai mengenal bahwa dua insan bisa memiliki rasa suka. Ibuku selalu mewanti-wanti bahwa dalam hubungan pria-wanita yang belum sah, maka kerugian selalu menimpa perempuan. Perempuan selalu mendapatkan stigma buruk di masyarakat. Jika terjadi kehamilan di luar nikah maka 99% wanita lah yang menanggung aib dan rasa malunya. Beberapa laki-laki bisa dengan gagah namun tak pemberani, bersembunyi dan melanjutkan hidup. Semua itu selalu kupegang hingga aku beranjak dewasa. Saat hubungan pria-wanita tadi menjelma ke ikatan yang lebih kuat. Aku terus memperhatikan perempuan-perempuan di sekelilingku menjalani kehidupan pernikahan yang jauh dari ideal. Beberapa wanita tetap harus bekerja keras siang malam, sembari menyeimbangkan urusan domestik dan mengurus anak. Juga dengan beban pengha...

Resepsi

​Resepsi pernikahan merupakan sesuatu yang sakral bagiku dulu. Saat aku masih gadis, aku memimpikan beberapa macam pernikahan yang indah. Mulai dari dekor penuh bunga, juga gaun besar yang mewah. Kadang aku juga membayangkan pernikahan di tepi pantai atau di atas bukit. Biasanya pernikahan impianku berubah-ubah sesuai dengan film apa yang aku tonton saat itu. Saat waktu menjelang pernikahanku tiba, aku tersadar bahwa bayangan kadang tak sejalan dengan realita. Saat kurang satu bulan, aku masih tak bisa mempersiapkan pernikahanku sendiri. Saat itu aku masih studi. Aku belum sedewasa diriku hari ini dan tanpa kemantapan finansial meskipun aku dan calon suamiku sudah punya sedikit tabungan untuk membiayai pernikahanku saat itu. Segala persiapan pernikahan di-handle oleh keluarga besar. Aku bersyukur karena memang aku tidak punya waktu. Calon suamiku pun berada di kota lain yang tak memungkinkan membantu persiapan dari dekat. Hari pernikahanku saat itu tentu kuiiringi dengan penuh haru dan...