Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

I am blessed and grateful.

Hampir tiap hari aku dibuat kagum oleh anakku. Ada saja hal baru yang ia kuasai. Hari ini anakku bisa pakai sendal sendiri. Belum lagi kosakatanya yang semakin lama kian bertambah. Masya Allah. Entah bagaimana rasanya aku harus bersyukur atas hadirnya dia di hidupku. Tiap hari kubilang pada tubuhnya yang mungil, dengan kerlingan bola mata besarnya yang sibuk memandang sana-sini, "Cay, makasih ya sudah jadi anak mama. Mama seneng banget ada Uvay di sini". Dia memang belum bisa menjawab tapi aku tahu hatinya akan hangat.  Terima kasih juga ya untuk suamiku. Meski tak hadir setiap hari karena kesibukan yang teramat sangat, tapi supportmu dalam pengasuhan insya Allah nomor satu. Contohnya dengan mendukung semua ilmu parenting yang aku terapkan, juga meng-acc semua produk perawatan untuk Ucay plus ada ART yang siap menemani hari-hari. Makasih ya sayang.

Mbah utiku

Sejak punya anak, aku jadi lebih sering kepikiran alm. mbah uti (-dibaca mbautik hihi). Mbah bener-bener selalu muncul di puing-puing ingatan kebahagiaan masa kecilku. Aku cucu pertama dan waktu itu cucunya baru dua, yang satu masih bayi. Makanya aku akrab sama mbah uti. Waktu aku TK dan SD, tiap malem minggu aku selalu nginep di rumah mbah. Kebetulan rumahnya deket sama rumahku. Paling sekitar 15 menit. Kalo aku gak kesana, mbah selalu nelp minta aku kesana hehe. Tentu aku suka sekali nginep di rumah mbah uti. Kalo liburan panjang, aku bisa full nginep di sana. Aku bisa mencicipi masakannya yang enak dan sering diajak ke Chandra (toserba, swalayan)/ke pasar dibeliin jajan sama mainan. Urusan jajan, aku suka minum susu. Seringnya beli susu ind*milk coklat sama melon. Yaampun. Makanya sekarang kalo ke alfa indo trus liat indomilk rasa melon, ada sedikit perasaan hangat di dada :) Mbah pinter banget jahit baju. Sering aku dibuatin baju lebaran. Bukan hanya satu tapi bisa sampai empat baj

Setor Tunai

Hari ini ada kejadian besar yang membuatku panik. Aku datang ke ATM untuk setor tunai. Karena jarang sekali menggunakan ATM di tempat itu, jadi aku coba setor dulu sebagian kecil. Aman. Aku coba sekali lagi dengan nominal yang hampir mirip, masih aman. Tanpa ragu aku masukkan semua uang yang mau aku setorkan. Voilaaa..mesinnya error. Transaksi dibatalkan tapi uangnya tidak keluar semua. Aku coba memasukan kembali kartu ATMku tapi mesinnya malah offline, tidak bisa digunakan. Aku sungguh panik dan menelepon suamiku. Lalu aku juga menelepon call center dengan gemetar. Saat itu sore hari. Bank juga sudah tutup. Sungguh pengalaman yang menegangkan sekaligus menyedihkan mengingat kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Selang 30 menit, aku sudah mulai tenang dan pasrah dengan keadaan. Aku mencoba mengikhlaskan keadaan ini, meskipun sangaaat sulit. Aku malah tidak enak hati dengan suamiku yang sudah bekerja keras siang dan malam untukku tapi uangnya sedang tertahan di ATM sana. Belu

Ucay, senang dan sedihku

Dua minggu ini rasanya berat. Banyak pekerjaan, masalah, dan pemikiran melanda. Mbak pengasuh Ucay pamit pulang, urusan kampus tiba-tiba banyak, belum lagi masalah internal dari benakku sendiri. Sore itu aku pulang ke rumah. Masih dengan pikiran yang ruwet. Aku duduk termenung di kasur. Tak lama, anakku datang menghampiriku. Dia memeluk kepalaku, menempelkan pipinya yg halus di wajahku. Entah kenapa semua masalahku tiba-tiba hilang. Aku sadar Ucay adalah rezeki terbesarku. Di antara banyak kenapa-kenapa yang ada di otakku, kehadiran Ucay seperti jawaban atas segalanya. Banyak hal yang tidak kudapat, tapi banyak pula yang aku miliki. Meski Ucay adalah sumber bahagiaku, kadang aku juga sedih memikirkannya. Aku sering sedih, belum bisa memberikan yang terbaik untuknya. Tapi aku pun harus belajar dari Ucay. Aku harus terus tersenyum, seperti senyumnya yang lebar di sore itu.