Banyak dari kita niat menikah untuk memudahkan hidup.
"Nikah ah, biar ada yang nganterin kemana-mana".
"Nikah ah, biar ada yang bayarin facial".
"Nikah ah, biar ada yang jagain kalo pergi malem".
"Males kuliah, nikah ah".
"Cari kerja gak dapet-dapet, nikah ah".
"Nikah ah, biar ada yang bayarin facial".
"Nikah ah, biar ada yang jagain kalo pergi malem".
"Males kuliah, nikah ah".
"Cari kerja gak dapet-dapet, nikah ah".
Menikah seharusnya membuat hidup kita lebih mudah dan bahagia, kan? Siapa yang mau hidupnya tambah sengsara setelah menikah? Pasti tidak ada laaaah. Lalu setelah aku menikah, aku jadi tau sesuatu.
Menurut kalian yang sudah menikah, apakah setelah "berdua" hidup kalian jadi mudah dan indah bak taman syurga? Untuk kasusku, jawabannya adalah iya! Banget! Banyak warna-warna baru yang dulu belum pernah aku tahu. Khususnya untuk kalian yang tidak pernah pacaran dan ganti-ganti pacar, pasti setuju. Maka saranku, bersabarlah. Menikah adalah kado terindah untuk orang-orang yang sabar menunggu dalam keyakinan pada Rabb-nya.
Nah balik ke kasus tadi. Walaupun diri ini selalu ceria dengan adanya dia, tapi ternyata secara tanggung jawab malah berbalik. Tanggung jawabnya jadi berat dan sulit. Baik di hadapan manusia, maupun di mata Allah swt. Yg paling berat ya, yang kedua itu. Jadi, kali ini aku bahas yang kedua ya.
Allah itu Maha Baik dengan segala kebaikan-Nya. Banyak hal kecil dalam pernikahan bernilai pahala. Misal nih : suami istri bercengkrama selepas isya, istri menyisir rambut suami, dan suami bercanda dengan istri. It's sunnah. Yang paling ekstrem asiknya adalah suami istri saling memandang dengan penuh cinta pun dapat pahala. Alhamdulillah. Tapi dengan segala keindahannya itu, suami istri memegang tugas besar dalam menyiapkan bekal di hari akhir bagi dirinya sendiri dan juga bagi anak-anaknya kelak. Segala macam ujian pernikahan pun tentu datang, karena Allah sayang. Baik itu yang ringan, sedang, maupun yang menantang. Kalau sudah begitu, kebahagiaan dan kemudahan hidup setelah pernikahan seakan hilang. Nah, padahal disitulah letak seharusnya suami istri berjuang.
Ada saat suami istri berjarak tak selalu bersama, ada saat ekonomi turun naik tak berirama, ada yang diuji dengan mertua, ada saat cobaan datang dari fisik dan jiwa, ada yang disakiti dengan orang ketiga, ada yang tiba-tiba berpisah raga selamanya. Semua sesuai kemampuan manusia. Semoga pernikahan kita selalu sakinah mawadah warahmah. Semoga cobaan ataupun zona nyaman yang kita hadapi tetap membuat kita berada dan bertindak sesuai syari'atnya. Semoga suami istri bisa saling berjuang, bahu-membahu beramal, beribadah, dan mencari bekal sebanyak-banyaknya menuju surga.
Sungguh kawan, romantisme terbaik adalah berkumpul lagi dengan suami, anak-anak, dan keluarga kita di surga. Muara kita surga. Cinta kita hidup abadi di sana. Maka, dunia bukanlah tempat bermudah-mudahan. Iya kan?
Komentar