Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Ribetnya Makan

Sesuai judulnya, akhir-akhir ini aku mengalami peristiwa demi peristiwa yang menunjukkan aku jadi lebih "rempong", lebih ribet dari biasanya. Rempong dalam makan, rempong dalam sosialisasi, rempong dalam tempat tinggal, dan rempong dalam hal lainnya. Pertama kali ke Leipzig membuatku harus adaptasi dengan aktivitas sehari-hari yang jauh berbeda dengan di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan syari'at Islam.   Sebagai muslimah, tentunya aku ga boleh jajan sembarangan. Di swalayan, aku melihat macem-macem daging yang dijual dan banyaaak sekali variasi pork seperti sosis, daging mentah dan nugget. Daging ayam dan sapi juga ada tapi ga ada tulisan halalnya. Sangat jarang sekali di sini, bahkan  ga di semua toko ada. Sebagai reminder, Islam udah ngatur bahwa halal itu bukan hanya kandungannya, tapi cara menyembelih dan cara mendapatkannya juga. Walaupun dagingnya halal, rasanya ga mungkin mereka nyembelihnya dengan menyebut nama Allah hehe. Sebagai alternatif, aku bis

Dipilih untuk Memilih

Kemarin aku duduk di halte Wilhem-Leuschner Platz. Cuaca memang sedang tak bersahabat. Besaran suhunya bisa disebutkan dengan jari. Belum lagi angin-angin menerobos ke sela-sela pakaianku. Tubuhku masih karakteristik Asia. Masih harus adaptasi. Tapi hebatnya tak ada orang masuk angin di sini (karena pasti menyebutnya dengan demam atau flu). Orang-orang Jerman hebat. Tak ada yang manja. Semua oke-oke saja saat harus naik kendaraan umum atau jalan kaki di segala cuaca. Sambil bengong nungguin bus, aku cuma melihat-lihat sekeliling. Tapi tiba-tiba fokusku mengarah ke sumber suara di sampingku. Suara isak tangis. Aku memang tidak berani melihat langsung, tapi sesekali aku melirik. Aku lihat ada seorang wanita usia sekitar 27 tahun sedang menangis sambil menatap handphone yang ia genggam dan menggendong bayi imut. Mungkin dia berkelahi dengan suaminya, atau mungkin juga dapat berita buruk yang membuat ia sedih. Allahu a'lam. Tapi yang paling menarik untuk dilihat adalah penampilanny

Masalah Semester Fee

Permasalahan datang lagi :D   Mungkin inilah hidup yang hidup, yaitu ketika ada masalah untuk bahan cerita ke anak cucu nanti. Permasalahan ini muncul tanpa terduga karena aku sudah merasa organizing everything well .  Seluruh siswa di Leipzig wajib membayar semester fee. Bukan uang kuliah, tapi kontribusi untuk free transportasi (bus, tram, kereta dalam kota). Setelah bayar semester fee, kita akan dapat enrolment certificate dan unicard. Unicard ini yang nantinya sebagai bukti kalo kita ga perlu beli tiket transportasi selama selama satu semester. Unicard juga bisa diisi (top-up) uang untuk makan di mensa am park dan cafetaria kampus, bisa untuk bayar print dan fotokopi juga di beberapa lokasi kampus. Selain itu, unicard juga berfungsi sebagai kartu perpustakaan. Banyak banget kan gunanya.   *** By the way, ketika sudah beberapa hari di Leipzig, aku memutuskan segera enroll ke kampus pusat (semacam registrasi on-desk) . Tapi tapi tapi ketika aku kasih berkas-berkas untuk enroll