Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Kalimat ini kuperoleh dari sahabatku. Kalimat ini pula yang mendasariku memberi seseorang sebuah kertas kosong. Kartu ucapan yang seharusnya ditulisi malah aku biarkan bersih lalu aku bungkus dengan amplop coklat dan aku selipkan di sebuah buku. Buku itu aku berikan padanya. Aku berharap dia segera tahu keberadaan kertas itu dan mulai mengerti maksudku. Kebodohanku semakin menjadi-jadi. Aku berharap dia tahu semua kata yang ada di kertas itu tanpa aku tuliskan. Aku ingin dia mengerti bahwa kertas itu memiliki banyak makna yang seharusnya dia pahami. Aku ingin dia berpikir bahwa kertas itu sangat sakral dan berharga untuknya. Aku berharap lewat angin dia akan membalasnya. Ah, aku terlalu imajinatif. Imajinasi yang bodoh dan tidak rasional. Absurd. Mana mungkinlah seperti itu ya?
Hal yang paling mungkin adalah dia buka buku itu setelah berbulan-bulan kemudian menemukan amplop coklat. Dia pasti berpikir bahwa amplop itu salah alamat. Dia buka amplop itu dan ternyata kosong. Kemudian bagaimana? Kemudian ya sudah. Sampai disitu saja. Alam sadarku tak mau membayangkan lebih jauh lagi. Pasti cukup sampai disitu.
Biar bagaimanapun, terlihat atau tidak, disadari atau tidak, dimengerti atau tidak, semua yang ingin aku katakan ada dan akan selalu ada di kertas itu.
Biar bagaimanapun, terlihat atau tidak, disadari atau tidak, dimengerti atau tidak, semua yang ingin aku katakan ada dan akan selalu ada di kertas itu.
Komentar