Waktu di dunia rasanya berbeda, kadang aku menyesalinya kenapa terlalu cepat tapi aku pun tak ingin terlalu lambat. Ah, manusia..banyak sekali maunya. Tiba-tiba angin berubah jadi jahat, semilir mengangkut penat kemudian menyebarkannya dengan arogan. Aku termenung dalam kekosongan hatiku yang malah menyesakkan. Aku bingung harus apa dan bagaimana. Penyebabnya satu. Besok, jam 1 siang, aku harus menghadapi sebuah ujian yang belum pernah aku alami sebelumnya. Ujian yang dapat menentukan hidupku selanjutnya akan seperti apa. Ujian skripsi. Setumpuk kertas ini telah aku susun mulai berbulan-bulan yang lalu, tapi rasanya baru kemarin menulisnya dan besok sudah harus aku pertanggungjawabkan. Sebenarnya aku bosan dengan revisi, aku ingin segera berakhir. Ujian skripsi merupakan satu-satunya cara menghentikan semua ini dan lolos dari jeratan frustrasi. Aku sadar, sangat sadar. Tapi aku tak bisa memungkiri pompaan jantungku rasanya jadi lebih kencang jika ingat besok aku harus apa. Aku takut sekali. Aku takut mengecewakan pembimbingku (aku ditarget dapat A), aku takut tidak lulus, aku takut banyak revisi, dan takut-takut lainnya yang malah jadi irrasional. Ah, sudahlah. Aku tutup pintu kamarku.
Ini bulan Ramadhan, aku tidak mau merusak puasaku dengan pikiran-pikiran negatif mengenai pendadaran. Kuhibur diriku. Semua mahasiswa pernah melakukan ujian skripsi. Dosen-dosenku, bapak ibuku, kakak tingkatku, semuanya. Semua mahasiswa yang mau wisuda tentunya. Ujian skripsi adalah fase yang harus dilalui untuk menyelesaikan pendidikan tinggi. Bukan seperti ujian nasional, ujian sekolah dan ulangan harian. Ujian skripsi sangat spesial. Kata orang, sebelum ujian skripsi rasanya tidak tenang tapi jika sudah selesai jadi legaaaa sekali. Aku ingin segera mencapai tahap "lega" itu. Aku sudah berusaha bereksperimen dan menghasilkan data yang terbaik, aku sudah memberikan hatiku pada setiap kata yang aku rangkai, aku sudah belajar dan menguasai semua yang aku tulis. Ada doa di tiap lembarnya. Aku sudah berinteraksi dan membangun perjanjian dengan Rabbku. Bukan sehari dua hari. Sembilan bulan. Aku memang sedikit takut (aku manusia biasa), tapi aku tak pantas untuk menyerah dan gentar. Apa yang harus terjadi besok akan terjadi besok. Besok masih misteri. Tak seorangpun tahu apa yang akan dia dapatkan besok. Jadi ketakutanku hari ini sia-sia. Lebih baik tetap tenang, ayo nonton anime! :)
Komentar