Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Puisi Cahaya Bulan

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui Apakah kau masih selembut dahulu Memintaku minum susu dan tidur yang lelap Sambil membenarkan letak leher kemejaku Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih Lembah Mandalawangi Kau dan aku tegak berdiri Melihat hutan-hutan yang menjadi suram Meresapi belaian angin yang menjadi dingin Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu Ketika kudekap Kau dekaplah lebih mesra Lebih dekat Apakah kau masih akan berkata Kudengar detak jantungmu Kita begitu berbeda dalam semua Kecuali dalam cinta.. Cahaya bulan menusukku Dengan ribuan pertanyaan Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu Bagaikan letusan berapi Membangunkanku dari mimpi Sudah waktunya berdiri Mencari jawaban kegelisahan hati -Ost Soe Hok Gie-

Puisi Chairil Anwar

Saya sangat menggemari puisi-puisi Chairil Anwar. Walau pun kita semua tahu, beliau bukan figur yang baik untuk dijadikan panutan hidup, namun karya-karya beliau sangat memberikan kontribusi bagi perekembangan sastra di Indonesia. Kata demi kata dalam setiap sajaknya memiliki suatu arti yang besar dan multiinterpretasi. Saya suka sekali...Ini beberapa puisi favorit saya ^^ Aku Pengarang: Chairil Anwar Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Maret 1943 Cintaku Jauh Di Pulau Pengarang: Chairil Anwar Cintaku jauh di pulau, gadis...

Tahu Petis yang Menghindarkan Masa Tua

Suatu senja yang dingin, saya singgah di pinggir Jalan Surya Utama. Disitu ada sebuah kedai kecil yang menjual tahu petis. Tahu petis masuk dalam salah satu kategori cemilan menarik versi saya. Sejak pertama kali mencicipinya di Kota Semarang, saya menyukainya. Melihat ada kedai tahu petis di dekat kost, saya tak mungkin melewatkannya begitu saja. Sepulang kuliah beberapa waktu saya singgah disana walau sekadarr membeli tiga atau empat buah tahu petis. Sore itu saya membeli enam buah. Penjualnya adalah seorang kakek yang masih terlihat sehat. Dengan bersemangat, kakek tersebut segera melayani pesanan saya. Seperti itulah yang saya amati selama ini. Walaupun saya hanya membeli dua atau bahkan satu buah, kakek tersebut tidak pernah menunjukkan semangat yang berbeda. Sudah menjadi kebiasaan saya mengajak sang penjual (penjual apapun) untuk mengobrol atau mungkin hanya sekadar menyapa. Sehingga saya mulai bertanya dan mengajak sang kakek mengobrol tentang berbagai hal. Sang kakek pun menan...

Saya sebagai Penjaja Ilmu Amatiran :P

Jadi guru privat memang salah satu alternatif untuk berlatih hidup mandiri bagi mahasiswa. Selain waktu kerjanya yang fleksibel, dunia privat tidak terlalu melenceng dari bidang yang sedang kutekuni saat ini. Ya, bidang pendidikan. Walaupun bukan dari FKIP, kita semua bisa mengajar privat. Banyak lembaga-lembaga privat yang menyediakan lowongan kerja bagi para mahasiswa jurusan apa pun. Nah, sekarang aku mau cerita ni tentang jadi guru privat. Kebetulan dari semester satu aku udah ngajar privat kimia untuk kelas X  SMA. Tapi cuma beberapa bulan karena di sekolahnya udah diadakan les wajib. Yaaah, sedih ya.. kasian banget aku dicampakan. :'( Tapi gapapa gan. Semangat..! Lagian kalo gak ngajar jadi gak capek. walapun gak dapet duit sich. Duit bisa dateng dari mana aja, termasuk nemu! Haha.. eits! Kembali ke jalan yang benar. Alhmdulillah semester 2 ini ada tawaran lagi. Ngajar anak SMP. SMP? Ok, pasti pelajarannya lebih mudah. Eh, tapi ngajar fisika sama matematika. Fisika?? Ya Allah...

Meng-interview Sang Pengemis

     Kisah ini terjadi ketika matahari sepenggalahan naik. Matahari mulai muncul dengan percaya diri, kawan. Sinarnya menghangatkan dunia. Peluhku sedikit menetes. Namun, tingkahku yang selalu dinamis tak pernah mempersoalkan hal itu. Setelah jam kuliah selesai, aku segera meninggalkan kelas. Mataku tertuju pada kerumunan di depanku. Teman-temanku. Mereka berjumlah 5-7 orang dan duduk di kursi-kursi yang telah disediakan di depan kelas. Mereka sedang sibuk berdikusi tentang baksos. Kehadiranku sepertinya mengganggu mereka karena aku tidak termasuk orang-orang yang namanya tertera dalam daftar panitia. Tak ingin larut dalam kesendirian akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Ide yang sangat cemerlang.       Segera ku melangkah dengan pasti. Namun, terhenti sekejap. Sesosok makhluk Allah menyapaku. Ramah dan hangat. Benar-benar aku merasakan sesuatu di kalbuku. Aku mengamatinya sambil tersenyum. Kulitnya kusam dan rambutnya yang dikucir ...