Shubuh kali ini saya melewatinya dengan bangga. Rasanya sayalah penguasa tempat ini. Keadaan sunyi senyap. Hanya beberapa jangkrik yang bernyanyi dengan malu-malu. Angin dingin ikut menemani, lewat kemudian pergi, lewat kemudian pergi, seperti itu hingga seterusnya. Saya bebas kesana-kemari. Bebas menggunakan fasilitas yang ada. Bebas untuk melakukan apapun yang saya inginkan. Itulah yang saya alami beberapa waktu ini di tempat kost saya. Ketika bangun untuk shalat shubuh, ternyata hanya beberapa orang saja yang bangun tepat waktu untuk shalat shubuh. Padahal di wisma saya yang notabene berjumlah 30 kamar ini mayoritas beragama Islam. Hanya sekitar 3 orang saja yang memeluk keyakinan berbeda. Lalu kemanakah generasi muda-generasi muda yang harusnya bangun untuk mensucikan diri pagi ini. Apakah menunggu teguran sang fajar yang menyilaukan wajah? Saya mulai berpikir, bagaimana dengan seluruh umat muslim di dunia ini. Apakah sama seperti di tempat ini? Apakah berbeda? Saya sama sekali tidak tahu. Fenomena seperi ini merupakan suatu kejadian yang biasa, jika kita menganggapnya biasa. Atau malah merupakan indikasi yang buruk terhadap keyakinan keIslaman suatu kaum.Jujur, saya sangat prihatin terhadap hal ini. Untuk para pemudi saya bisa sedikit berhusnudzon. Mungkin sedang libur dan memang tak ada kewajiban untuk sholat di masjid. Apalagi jika para pemuda yang harusnya memuliakan masjid, malah asyik mendengkur pada saat fajar tiba. Miris sekali. Masjid-masjid yang harusnya penuh kini semakin muram. Jika kita hitung penduduk Indonesia berjumlah sekitar 200 juta jiwa. Mayoritas bergama Islam. Jika dibayangkan, seharusnya jumlah jamaah di masjid-masjid sangat banyak. Atau mungkin menjadi sangat sesak dan sarat akan jamaah. Tapi apakah itu yang terjadi? Ya, saat shalat jumat. Saat shalat fardu? Tidak! Shubuh merupakan waktu yang sulit untuk direngkuh. Untuk on time rasanya amat berat apalagi setelah lembur. Tapi ingatlah kawan, baik pemuda maupun pemudi sebenarnya dianjurkan untuk sholat tepat pada waktunya.

Komentar